PDIP Respons Ibas soal Covid-19: Komentar Nyinyir Menjatuhkan Mental Rakyat
Merdeka.com - Anggota Komisi IX DPR Fraksi PDIP Rahmad Handoyo kecewa dengan pernyataan Ketua Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) yang khawatir RI akan gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya dalam menangani pandemi. Rahmad prihatin komentar itu justru menimbulkan energi negatif.
"Saya sedih saya prihatin dengan banyaknya komentar yang tidak membuat rakyat semangat, justru malah membuat komentar yang menimbulkan kontra produktif dan energi negatif," katanya lewat pesan suara, Kamis (8/7).
Rahmad menyebut, sebagai sebuah negara besar atau negara manapun berbeda pendapat dibolehkan. Bahkan, di negara maju, oposisi dibutuhkan dalam rangka mengawal pembangunan agar terwujud cita-cita bangsa.
-
Bagaimana cara menghindari saling menyalahkan saat konflik? Ketika terjadi perbedaan pendapat atau konflik, penting untuk menghindari sikap saling menyalahkan. Fokuslah pada menemukan solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah tersebut.
-
Siapa yang harusnya saling peduli? Sebuah hubungan percintaan pasti dilakukan oleh dua insan yang saling menyayangi dan memberi perhatian.
-
Dimana solidaritas dibutuhkan? Berikut ini adalah kumpulan 125 kata-kata solidaritas singkat yang dapat menginspirasi dan memperkuat ikatan dalam berbagai situasi.
-
Kenapa pakai masker penting? Masker bisa mencegah penyakit-penyakit tersebut karena masker berfungsi sebagai penghalang fisik yang mengurangi kontak langsung antara droplets atau tetesan cairan yang keluar dari mulut dan hidung seseorang dengan orang lain.
-
Kenapa kebersamaan penting? Persahabatan adalah aspek yang penting dalam kehidupan. Salah satu cara untuk mengungkapkan perasaan bahagia atas persahabatan adalah dengan quote kebersamaan.
-
Bagaimana LPDUK berbenah setelah pandemi? Sesuai arahan Menpora Dito Ariotedjo, LPDUK mencoba melakukan transformasi dengan menjadi lembaga yang lebih progresif dan mendukung ekosistem Industri Olahraga sebagai bagian dari DBON.
"Di negara maju manapun ketika sudah ada musuh dalam peperangan, mereka satu padu untuk melawan musuh itu termasuk di kita," kata Rahmad.
"Saat ini kita mengalami gejolak bencana kemanusiaan yang luar biasa, kita sedang menghadapi musuh besar, bencana kemanusiaan," ucapnya.
Rahmad menegaskan, jika hanya bisa berkomentar, berkomentarlah yang sejuk untuk membangun energi positif. Sehingga, bisa diikuti oleh para pengikut, para pendukung dan siapapun.
"Kita gak perlu saling menyalahkan, saling membela diri, saatnya bersatu padu, bersatu saja tantangannya begitu dahsyat karena musuhnya gak kelihatan apalagi kita bertengkar, nyinyir, saling meledek, musuh bergerak akhirnya kita abai terhadap protokol kesehatan," ujarnya.
Untuk itu, Rahmad mengajak untuk sadar bahwa musuh yang dihadapi tidak terlihat. Sehingga dibutuhkan persatuan melawan Covid-19. Dia bilang, pemimpin perang saat ini adalah pemerintah. Maka, berilah masukan kepada pemerintah yang sejuk dan tidak kontraproduktif hingga berujung rakyat menjadi korban.
"Yang punya biaya silakan membantu rakyat melawan Covid dan yang punya sumber daya, punya duit, ada anggaran punya pengikut, ada partai politik ya silakan bersatu bersama rakyat melawan Covid19," ucapnya.
"Tidak sadarkah komentar yang nyinyir yang membuat pesimis rakyat itu menjatuhkan mental rakyat," pungkasnya.
Ketua Fraksi Partai Demokrat (FPD) DPR RI, Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas, menyatakan Covid-19 makin ‘mengganas’. Keluarga, sahabat dan orang-orang di lingkungan sekitar banyak yang terpapar. Tidak sedikit yang meninggal dunia.
Ibas mempertanyakan sampai kapan bangsa ini akan terus seperti sekarang. Dia khawatir RI disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya.
“Sampai kapan bangsa kita akan terus begini? Jangan sampai negara kita disebut sebagai failed nation atau bangsa gagal akibat tidak mampu menyelamatkan rakyatnya,” ujar Ibas, Rabu (7/7).
Ibas juga menyampaikan bahwa pemerintah terlihat ‘tidak berdaya’ menangani pandemi Covid-19 yang sudah memasuki tahun kedua. Kurangnya tabung oksigen, misalnya, menurutnya menunjukkan antisipasi yang lemah dari Pemerintah.
"Bagaimana mungkin tabung oksigen disumbangkan ke negara lain, tapi saat rakyat sendiri membutuhkan, barangnya susah didapat," kata Ibas.
Preseden Buruk
Kasus tabung oksigen ini, menurutnya, merupakan preseden buruk. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintah seolah-olah kurang sigap mempersiapkan kebutuhan untuk menjawab gejala-gejala yang muncul sebelumnya.
"Kan ada varian baru di negara lain. Kita tahu, itu bukan tak mungkin masuk ke negara kita. Lalu muncul kasus-kasus baru. Kemudian angka yang kita khawatirkan juga terjadi, dan lain sebagainya. Itu semua gejala-gejala yang rasanya mudah dibaca dan terkait dengan kesiapan kita dalam menyediakan kebutuhan medis. Tidak ada yang mendadak. Karena pandemi kan sudah masuk tahun kedua, jadi harusnya bisa diantisipasi," papar legislator dari dapil Jawa Timur 7 itu.
Selain itu, Ibas juga meminta pemerintah tegas mengambil keputusan soal vaksin. Jika vaksin yang sebelumnya tidak cukup manjur, segera sediakan vaksin yang lebih baik. Kemudian percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrem menurutnya harus menjadi prioritas.
"Banyak yang sudah divaksin tetap terpapar varian baru virus ini. Jika vaksin yang sebelumnya digunakan dianggap kurang bagus, pemerintah tak perlu ragu menghadirkan vaksin yang ‘cespleng’ demi melindungi rakyat. Kemudian lakukan prioritas percepatan vaksinasi di kota dan di desa atau daerah ekstrim. Sehingga kita bisa hidup normal lagi seperti negara lain, seperti beberapa negara di Eropa, misalnya," tandas dia.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo mengatakan, menang dan kalah adalah bagian dari kehidupan. Menurutnya, bangsa Indonesia mesti punya jiwa yang besar.
Baca SelengkapnyaSetelah selesai pemilihan masyarakat diingatkan untuk tetap menjaga persatuan
Baca Selengkapnya