PDIP sebut elektabilitas Jokowi melorot karena kampanye hitam
Merdeka.com - Sejumlah lembaga survei nasional menyatakan elektabilitas pasangan Jokowi-JK terus merosot jelang Pilpres 9 Juli nanti. Sebaliknya, pasangan Prabowo-Hatta justru terus meningkat dan menyaingi Jokowi-JK.
Menanggapi fenomena ini, Ketua Timses Jokowi-JK Tjahjo Kumolo menilai hal ini disebabkan oleh serangan kampanye hitam yang diterima Jokowi sehingga mempengaruhi persepsi masyarakat. Namun, pasangan nomor urut 2 itu tetap optimis melihat realitas di lapangan.
"Kami meyakini bahwa Pak Jokowi dan Pak JK tetap teratas. Indikasinya sederhana. Setiap kampanye Pak Jokowi turun, ribuan rakyat berbondong-bondong hadir spontan tanpa mobilisiasi," kata Tjahjo dalam pesan singkat, Minggu (29/6).
-
Siapa yang diserang menjelang Pemilu? 'Jadi media center ini bukan media center capres-capresan, jadi tidak untuk capres-capres tapi ini untuk pelurusan informasi data dari pemerintah sehingga masyarakat bisa mendapatkan informasi yang valid ataupun serangan yang diterima (untuk pemerintah). Sekarangkan banyak juga serangan yang kami terima, urusan capres tapi serangannya ke Pemerintah,' imbuhnya.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Apa isu yang diangkat Prabowo untuk menyerang Jokowi? Prabowo 'menyerang' Jokowi dengan isu penegakan hukum di era Jokowi pertama belum adil.
-
Siapa yang menggugat Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI)
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Apa yang dibicarakan Jokowi dengan PKB? Menurut dia, Jokowi memuji raihan suara PKB dalam Pileg 2024.
Sebagaimana diketahui, hasil survei yang dirilis Indobarometer hari ini menyebutkan selisih keunggulan Jokowi-JK terhadap pasangan Prabowo-Hatta tinggal 3 persen saja. Menurut dia, salah satu yang menyebabkan Prabowo-Hatta hampir mengungguli Jokowi-JK adalah kampanye hitam yang dilakukan oleh tabloid Obor Rakyat.
"Hasil survei Indobarometer dilakukan pada saat puncak serangan hitam melalui Tabloid Obor Rakyat dan juga terjadinya berbagai bentuk intimidasi, termasuk gerakan di lapangan yang mendukung capres tertentu," jelas Tjahjo.
Disisi lain, Sekjen PDIP ini menyebut Tim Jokowi-JK melihat masyarakat Indonesia karakternya suka menyimpan segala sesuatu dalam hati. "Suara diam itu lebih menunjukkan dukungannya ke Pak Jokowi," tegas Tjahjo.
Karena itu meski Indobarometer menyatakan bahwa selisih makin tipis, Tim Jokowi-JK tetap meyakini bahwa rakyat pada akhirnya tidak akan goyah. Tjahjo menambahkan, rakyat akan condong memilih pemimpin yang merakyat, sederhana, mendengar dan selalu bersentuhan langsung dan teruji kerjanya dan anti manipulasi berita dan anti kampanye hitam.
"Kami tim kampanye Jokowi-JK tetap bekerja bergerak mengorganisir diri dengan sebaik-baiknya. Pada akhirnya, ini merupakan pertempuran karena keyakinan. Siapa paling yakin untuk memberikan pengabdian terbaik bagi bangsa negara, akan menjadi penentu kemenangan," pungkas Tjahjo.
Diketahui, Indo Barometer hari ini melakukan rilis atas hasil survei suara kedua pasangan capres dan cawapres yang bertarung di pilpres 9 Juli mendatang.
Menurut Direktur Eksekutif Indo Barometer M. Qodari, hasil survei bulan Mei, pasangan Jokowi-JK berada di posisi aman lantaran elektabilitas mereka tidak terganggu.
"Berdasarkan hasil survei 28 Mei-4 Juni 2014 suara Prabowo-Hatta : 36,5% dan Jokowi-JK: 49,9%. Jika kita ibaratkan di World Cup ini 3-0 untuk Jokowi," ujar M. Qodari, di Hotel Harris, Tebet Jakarta Selatan, Minggu (29/6)
"Sedangkan pada Survei 16-22 Juni 2014 elektabilitas Prabowo terus mengalami peningkatan dan Jokowi mengalami penurunan. Prabowo-Hatta 42,6% dan Jokowi-JK 46%, dan ini merupakan lampu kuning untuk tim kampanye Jokowi," imbuh Qodari.
Qodari mengatakan, dari perbandingan survei Mei dan Juni tampak dalam masa kampanye 3 minggu mesin politik Prabowo-Hatta berhasil mendongkrak 6,1% suara sebaliknya Jokowi turun 3,9%. Jika berdasarkan head to head capres dan cawapres, elektabilitas capres Prabowo dan Jokowi saling mengejar. Hasil survei menunjukkan suara Jokowi ada di 45,3% dan Prabowo 42,9%.
"Kalau cawapres Hatta dan JK menunjukkan hasil head to head JK 44,6% dan Hatta 39,3%," ujarnya. (mdk/ded)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari Oktober 2023, elektabilitas PDI Perjuangan mengalami penurunan dari 20,8 persen, lalu 19,7 persen dan 19,1 persen di Desember 2023
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA mengungkapkan elektabilitas PDIP disalip Gerindra pada November 2023.
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca SelengkapnyaKetika tingkat dukungan untuk Jokowi meningkat, maka berdampak positif bagi PDIP.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaSekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, menilai pemilihan umum (Pemilu) 2024 bukan sekedar Jokowi effect.
Baca SelengkapnyaPenurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud dinilai karena blunder gaya kampanye yang menyerang Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaJuru Bicara RIDO Herzaky Mahendra Putra mengingatkan, Jokowi merupakan sosok yang pernah memimpin Jakarta dan memiliki basis pendukung kuat.
Baca SelengkapnyaKejutan hasil survei Litbang Kompas membuat Pilpres 2024 semakin seru, sehari jelang debat perdana pada 12 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaLembaga survei Indikator Politik merilis hasil surveinya yang menunjukkan Partai Gerindra menyalip PDIP dan PKB di Jatim.
Baca SelengkapnyaProjo Sentil Keras Kader PDIP Ribka Tjiptaning: Dulu Dukung Jokowi, Sekarang Ajak Orang Melawan
Baca SelengkapnyaPanel Barus menyebut PDIP tengah memainkan taktik bambu
Baca Selengkapnya