PDIP sebut TNI harus bertanggung jawab soal kasus 'Kudatuli'
Merdeka.com - Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto menyatakan lokasi kantor DPP di Jalan Diponegoro, Menteng, merupakan saksi peristiwa berdarah 27 Juli 1996(Kasus 'Kudatuli'). 19 tahun sudah berlalu peristiwa tersebut namun masih membekas bagi para saksi sejarah.
"Di gedung inilah merupakan sejarah lahirnya partai Demokrasi Indonesia Perjuangan," kata Hasto Kristiyanto di Jakarta (1/6).
Hasto mengatakan pada tahun 2010 Kongres PDI Perjuangan mengeluarkan keputusan mendesak Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menyelesaikan kasus tersebut. Namun, hal itu tidak terwujud sampai akhir periode kekuasaan SBY.
-
Kapan Hadi Tjahjanto menjabat sebagai Panglima TNI? Marsekal (Purn) Hadi Tjahjanto adalah mantan Panglima TNI yang menjabat sejak 2017 sampai 2021.
-
Siapa Jenderal TNI yang pernah menjabat KSAD, Panglima ABRI, dan Menhan? Tokoh militer TNI-AD asal Jambi ini merupakan satu-satunya Jenderal yang menjabat KSAD, Panglima ABRI, dan Menhan Indonesia dalam waktu yang bersamaan.
-
Kenapa TNI AD membantah klaim pelaku? Narasi dalam video yang diunggah pelaku dalam video bahwa pelaku memiliki hubungan kerabat dengan Mayjen TNI Rifky Nawawi adalah tidak benar,' kata Kristomei saat dihubungi, Minggu (28/4).
-
Bagaimana cara TNI AD mengklarifikasi klaim pelaku? 'Narasi dalam video yang diunggah pelaku dalam video bahwa pelaku memiliki hubungan kerabat dengan Mayjen TNI Rifky Nawawi adalah tidak benar,' kata Kristomei saat dihubungi, Minggu (28/4).
-
Apa yang dilakukan Panglima TNI terhadap kasus ini? Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono memastikan proses hukum terhadap anggotanya yang melakukan pelanggaran tindak pidana.
-
Siapa yang memimpin misi TNI? Mereka harus menyelundupkan senjata untuk membantu Bangsa Aljazair yang berjuang demi kemerdekaannya.
"Kita sudah minta ketegasan pemerintah (era SBY), namun belum terlaksana," paparnya.
Lebih lanjut Hasto menuturkan pada tahun 2015 ini, kongres PDI Perjuangan memutuskan dan meminta Pemerintah Joko Widodo untuk segera menuntaskan kasus pelanggaran HAM 27 Juli 2006. Hasto mengungkapkan Jokowi saat kampanye dan konsolidasi Pilpres mengatakan jika Jokowi-JK terpilih sebagai Presiden makan kasus Kudatuli ini akan tuntas.
"Yang harus bertanggung jawab atas kasus 27 Juli 1996 adalah ABRI/TNI bukan PDI Perjuangan," bebernya.
Seperti diketahui, di lokasi bangunan ini di masa lalu menjadi kantor pusat Partai Demokrasi Indonesia. Pada Sabtu, 27 Juli 1996, pecah kerusuhan di tempat itu. Banyak korban tewas. Sebabnya adalah, saat itu kantor dikuasai pendukung Megawati Soekarnoputri didukung anggota Partai Rakyat Demokratik. Tetapi, pendukung PDI kubu Kongres Medan pimpinan Soerjadi melancarkan serangan. Kejadian itu memicu kerusuhan di beberapa lokasi lain.
Dan sekarang bangunan itu diubah menjadi bangunan megah nan mewah. Nantinya bangunan baru ini akan menjadi pusat kegiatan pengurus DPP PDI Perjuangan.
(mdk/efd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Hasto, pengungkapan tragedi Kudatuli diharapkan mampu menghilangkan kekuasaan yang menindas.
Baca SelengkapnyaAcara ini dihadiri oleh Sekretaris Jenderal DPP PDIP, Hasto Kristiyanto, didampingi oleh sejumlah petinggi partai.
Baca SelengkapnyaMereka mendesak Komnas HAM menetapkan peristiwa penyerbuan kantor DPP PDI sebagai pelanggaran HAM berat.
Baca SelengkapnyaSekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bicara lantang mengkritik kekuasaan.
Baca SelengkapnyaHasto mengajak seluruh pihak untuk tetap menggelorakan semangat menjaga demokrasi dan kebebasan berpendapat lewat peringatan 28 tahun Kudatuli.
Baca SelengkapnyaPDI sempat pecah jadi dua, antara Kubu Soejadi dan Kubu Megawati.
Baca SelengkapnyaRibka mengajak kader PDI Perjuangan dan aktivis ikut mendesak Presiden Jokowi memasukkan peristiwa Kudatuli sebagai pelanggaran HAM berat masa lalu.
Baca SelengkapnyaPDIP Maknai Tragedi Kudatuli sebagai gerakan melawan rezim otoriter
Baca SelengkapnyaPDI Perjuangan menyesalkan aksi tindak kekerasan dan penyiksaan prajurit TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali.
Baca SelengkapnyaMenurut Ganjar, peristiwa Kudatuli bukan sekedar penyerangan fisik, tetapi juga tekanan dari rezim yang berkuasa.
Baca SelengkapnyaDalam mengenang peristiwa kudatuli yang dahulu mungkin ideologi Megawati dianggap sebelah mata oleh orde baru.
Baca SelengkapnyaDjarot berujar, memberikan kekuasaan yang berlebihan tanpa kontrol kepada suatu lembaga akan sangat berbahaya.
Baca Selengkapnya