Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Pemilu 2019, Pemilih Partai Nasionalis Diprediksi Mengalihkan Dukungan

Pemilu 2019, Pemilih Partai Nasionalis Diprediksi Mengalihkan Dukungan Perakitan kotak suara Pemilu 2019. ©Liputan6.com/Gholib

Merdeka.com - Pemilu 2019 merupakan pertama kalinya pemilu legislatif digelar serentak bersama pemilihan presiden. PDIP dan Gerindra sebagai partai utama pengusung capres-cawapres paling menikmati coattail effects. Kedua-duanya dapat dikelompokkan dalam spektrum partai nasionalis yang berpotensi menjadi partai dominan di parlemen mendatang. Namun diperkirakan, preferensi pemilih nasionalis akan bergeser dan mengalihkan dukungan.

"Suara PDIP dan Gerindra memang mengalami peningkatan signifikan dibandingkan hasil Pileg 2014," ungkap Direktur Eksekutif INDOMETER (Barometer Politik Indonesia), Leonard Sb, melalui keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (17/3).

Indometer menggelar survei elektabilitas parpol 1-7 Maret 2019, dengan jumlah responden 1.280 yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan secara acak bertingkat (multistage random sampling), dengan margin of error ±2,98 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Pendalaman kajian dilakukan melalui focus group discussion dengan mengundang pakar terkait.

Temuan survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP mencapai 23,5 persen, sedangkan Gerindra 13,4 persen. Pada Pileg 2014, suara PDIP tidak mencapai 20 persen, sementara posisi Gerindra masih di bawah Golkar.

Menurut Leonard, faktor presidential threshold yang mengunci jumlah pasangan calon hanya dua pasang memberi keuntungan bagi kedua partai politik. PDIP diperkirakan akan menjadi partai pemenang pemilu, disusul Gerindra sebagai runner up. Di sisi lain, Pemilu 2019 juga akan menjadi akhir dari kejayaan Golkar.

"Sejak pemilu pertama pasca-reformasi Golkar selalu menempati peringkat pertama atau kedua, baru kali ini Golkar tergeser ke posisi ketiga, dengan elektabilitas 10,2 persen," jelas Leonard.

Posisi Golkar juga dibayangi oleh PKB, dengan elektabilitas 8,9 persen. Menurut Leonard, PKB sedikit banyak diuntungkan oleh figur Ma'ruf Amin sebagai cawapres. Dengan latar belakang NU yang menjadi basis massa tradisional, posisi PKB relatif lebih aman dibanding Demokrat.

"Berkebalikan dengan hasil Pileg 2014, PKB juga berpeluang menggeser posisi Demokrat yang meraih elektabilitas 6,3 persen, meskipun masih termasuk lima besar," papar Leonard.

Posisi papan tengah didominasi oleh partai-partai Islam, yaitu PPP (3,9 persen), PAN (3,7 persen), dan PKS (3,4 persen). Lalu ada partai Nasdem yang memimpin elektabilitas papan tengah sebesar 4,1 persen. Dua partai baru menyusul, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Perindo berhasil menembus papan tengah. PSI meraih elektabilitas 3,6 persen, sedangkan Perindo menjadi juru kunci dengan elektabilitas 2,8 persen.

Sisanya adalah partai-partai yang diprediksi tidak bakal lolos ke Senayan, yaitu Hanura (1,1 persen), PBB (0,9 persen), PKPI (0,8 persen), Berkarya (0,5 persen), dan Garuda (0,2 persen).

"Hanura menjadi satu- satunya partai lama yang bakal terpental tidak mendapat kursi, demikian pula dengan PBB dan PKPI yang sejak 2009 tidak meraih kursi lagi di Senayan," kata Leonard.

Sedangkan Berkarya dan Garuda menjadi partai baru yang bakal tersisih oleh ambang batas parlemen (parliamentary threshold). "Temuan menarik adalah capaian PSI sebagai partai baru yang berhasil menyejajarkan diri dengan partai- partai papan tengah," tutur Leonard.

Jika melihat hasil survei sejumlah lembaga sejak dimulainya musim kampanye pada September 2018 lalu, elektabilitas PSI cenderung mengalami peningkatan. Dari kisaran nol koma selama tiga bulan pertama, bergerak merayap ke 1,5 hingga 1,7 persen pada pergantian tahun. Dalam dua bulan, Februari-Maret 2019, elektabilitas PSI melonjak dari 2,8 persen menjadi 3,6 persen.

"Dua partai utama, PDIP dan Gerindra mengalami peningkatan dalam tiga bulan pertama, tetapi trennya kemudian menurun," jelas Leonard.

Sedangkan tiga partai besar lainnya, yaitu Golkar, PKB, dan Demokrat cenderung stabil. Demikian pula dengan partai-partai papan tengah, termasuk Nasdem dan Perindo. Menurut Leonard, besar kemungkinan terjadi migrasi pemilih dari partai nasionalis utama yaitu PDIP dan Gerindra, di mana diperkirakan PSI mendapat limpahan paling banyak.

Menurut dia, sikap PSI mendukung capres Jokowi dan serangan gencar yang dilakukan terhadap oposisi memberi efek elektoral signifikan. Sebagai bagian dari koalisi, PSI tidak segan-segan melancarkan kritik keras seputar isu korupsi dan intoleransi. "Masih perlu pendalaman lebih lanjut, tetapi tampak terjadi pergeseran prefensi pemilih nasionalis," pungkas Leonard.

(mdk/bal)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
28 November Mulai Kampanye, Ini Elektabilitas Partai Politik Hasil Survei Terbaru
28 November Mulai Kampanye, Ini Elektabilitas Partai Politik Hasil Survei Terbaru

Ada lima surat suara yang akan diterima pemilih saat mencoblos pada 14 Februari 2024.

Baca Selengkapnya
Gerindra Legowo Tak Dapat Coattail Effect Prabowo pada Pemilu 2024
Gerindra Legowo Tak Dapat Coattail Effect Prabowo pada Pemilu 2024

Prabowo yang juga merupakan calon presiden (capres) tidak hanya mementingkan Gerindra.

Baca Selengkapnya
Survei LSI: 66% Pemilih Jokowi di 2019 Dukung Prabowo di 2024
Survei LSI: 66% Pemilih Jokowi di 2019 Dukung Prabowo di 2024

Loyalis Jokowi juga malah lebih banyak memilih untuk mendukung paslon nomor urut satu Anies-Muhaimin.

Baca Selengkapnya
Survei LSI: Prabowo Menang Putaran Kedua Lawan Ganjar Berkat Dukungan Pemilih Anies
Survei LSI: Prabowo Menang Putaran Kedua Lawan Ganjar Berkat Dukungan Pemilih Anies

Survei LSI: Prabowo Menang Putaran Kedua Lawan Ganjar Berkat Dukungan Pemilih Anies

Baca Selengkapnya
Survei Indikator Politik, Elektabilitas Gerindra Salip PDIP dan PKB di Jawa Timur
Survei Indikator Politik, Elektabilitas Gerindra Salip PDIP dan PKB di Jawa Timur

Lembaga survei Indikator Politik merilis hasil surveinya yang menunjukkan Partai Gerindra menyalip PDIP dan PKB di Jatim.

Baca Selengkapnya
Jokowi Effect Dinilai jadi Faktor Utama Pemilih PDIP Alihkan Dukungan ke Prabowo
Jokowi Effect Dinilai jadi Faktor Utama Pemilih PDIP Alihkan Dukungan ke Prabowo

Prabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.

Baca Selengkapnya
KPU Tetapkan PDIP Peroleh Suara Terbanyak Pemilu 2024
KPU Tetapkan PDIP Peroleh Suara Terbanyak Pemilu 2024

Suara PDIP pada pemilu ini turun dibanding raihan 2019 yaitu 27.053.961 atau 19,33 persen dari total 139.971.260 suara sah.

Baca Selengkapnya
Elektabilitas Partai Politik Terbaru Versi Poltracking
Elektabilitas Partai Politik Terbaru Versi Poltracking

Poltracking menggelar survei tatap muka pada 29 Oktober-3 November 2023.

Baca Selengkapnya
Survei Pileg ICRC: PDIP-Gerindra Teratas, Partai Baru PSI dan PKN Berpeluang Lolos ke Senayan
Survei Pileg ICRC: PDIP-Gerindra Teratas, Partai Baru PSI dan PKN Berpeluang Lolos ke Senayan

10 Partai Politik (Parpol) yang berpeluang untuk masuk ke DPR RI pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 ini.

Baca Selengkapnya
Survei LSI: Ternyata Prabowo Didukung 34,8% Suara PDIP, 53,5% Suara NasDem, 47% Suara PKB
Survei LSI: Ternyata Prabowo Didukung 34,8% Suara PDIP, 53,5% Suara NasDem, 47% Suara PKB

Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menyampaikan, suara para pemilih sesuai basis partai politik nyatanya terpecah.

Baca Selengkapnya
Survei Indikator Politik: Target Hattricknya PDIP di 2024 Terganjal Gerindra
Survei Indikator Politik: Target Hattricknya PDIP di 2024 Terganjal Gerindra

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, memaparkan elektabilitas partai politik

Baca Selengkapnya