Pengamat Nilai Duet AHY-Airlangga Sulit Mengulang Kejayaan SBY-JK
Merdeka.com - Direktur Indo Barometer M Qodari menyebut, wacana Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) berduet dengan Ketum Golkar Airlangga Hartarto seperti era SBY-JK, sangat sulit untuk direalisasikan atau sebatas halusinasi semata.
“Agak halusinasi ya kalau menyebut pasangan AHY dengan Airlangga itu mengulangi kejayaan SBY dan JK ya. Karena elektabilitas AHY itu jauh berbeda dengan SBY di tahun 2004 yang lalu,” kata Qodari kepada wartawan, Selasa (8/6/2021).
Qodari menyebut elektabilitas AHY dan SBY tidak dapat dibandingkan karena jauh berbeda. Menurutnya, duet AHY dan Airlangga hanya akan memberatkan Partai Golkar.
-
Siapa yang menyatakan bahwa Koalisi Indonesia Maju tidak khawatir dengan wacana duet Sandiaga-AHY? Wakil Ketua Umum PAN, Yandri Susanto menjelaskan, Koalisi Indonesia Maju yang partainya bangun dengan Partai Golkar, Partai Gerindra, serta PKB dan mengusung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tidak khawatir dengan poros tersebut.
-
Apa pendapat Sekjen Partai Gerindra soal wacana duet Sandiaga-AHY? Sekjen Partai Gerindra, Ahmad Muzani mengaku, pihaknya menghormati setiap keputusan koalisi partai politik untuk mengusung siapa pun sosoknya menjadi capres maupun cawapres.
-
Apa prestasi Airlangga di Golkar? 'Prestasi AH (Airlangga Hartarto) yang bisa naikkan elektabilitas Golkar tak bisa dibantah,' ujar Pengamat Politik Adi Prayitno, Jumat (29/3).
-
Siapa yang setuju dengan AHY? Menteri ATR/BPN ini mengaku sudah berbicara dengan capres Prabowo Subianto yang memiliki kekhawatiran yang sama. Menurutnya, jika kemiskinan dipertahankan, maka jual beli suara semakin merajalela. 'Kalau kemiskinan dipertahankan, politik vote buying akan merajalela. Jadi ini perlu jadi atensi kita bersama, dan saya telah berbicara intens dengan Pak Prabowo Subianto yang setuju beliau sangat setuju karena beliau juga merasakan hal yang sama dan Gerindra mengalami nasib yang tidak jauh berbeda. Artinya di luar ekspektasi yang telah ditargetkan sebelumnya,' pungkasnya.
-
Siapa yang ingin Airlangga memimpin Golkar? Kendati begitu, mayoritas pengurus dan kader Partai Golkar menginkan Airlangga melanjutkan kepemimpinannya.
-
Mengapa Golkar ingin Airlangga memimpin lagi? Pasalnya, Airlangga dinilai berhasil dengan membawa Golkar berada di urutan kedua Pemilu 2024 dengan perolehan suara 15,28% 'Prestasi AH (Airlangga Hartarto) yang bisa naikkan elektabilitas Golkar tak bisa dibantah,' ujar Pengamat Politik Adi Prayitno, Jumat (29/3).
“Walaupun AHY ini anak SBY, tapi elektabilitanya beda jauh. Karena itu peluang menangnya juga berat. Kasihan Partai Golkar yang punya kursi begitu banyak kalau dipasangkan dengan calon yang popularitasnya tanggung, elektabilitasnya tanggung,” katanya.
Ia lantas membandingkan pengalaman politik AHY dan Airlangga. Menurutnya, AHY belum punya banyak pengalaman politik berbeda dengan Airlangga.
“Kalau AHY dengan Airlangga ya kasihan Pak Airlangganya, kasihan Partai Golkarnya. Elektabilitasnya jauh, belum lagi kita bicara pengalaman. Pengalaman Pak Airlangga di pemerintahan ya jauh lebih banyak. AHY belum pernah anggota DPR, belum pernah menteri, belum pernah kepala daerah,” jelasnya.
Qodari menyarankan Golkar mencalonkan Airlangga Hartartobdengan sosok lain yang memiliki elektabilitas tinggi.
“Partai Golkar lebih baik mengusung Airlangga Hartarto sendiri sebagai calon presiden atau kalau mau mengusul Airlangga sebagai calon wakil presiden harus dipasangkan dengan calon presiden yang popularitasnya sangat tinggi. Misalkan dengan Pak Jokowi, tentu dengan catatan Pak Jokowi 3 periode atau dengan Prabowo,” pungkasnya.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia Tanjung mengatakan, pihaknya tak mau terburu-buru menentukan calon wakil presiden yang akan diusung di pemilu 2024. Sejauh ini Golkar masih mengkaji siapa saja yang akan digandeng.
Sebagaimana diketahui, partai berlambang beringin itu sudan mantap mendukung Ketua Umum Airlangga Hartarto sebagai calon presiden.
"Belum lah Cawapres. Pilpres juga masih lama. Yang lain juga belum punya. Masa kita udah punya," katanya, ditemui di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (7/6).
Ketua Komisi II DPR RI ini menegaskan, Golkar merupakan partai terbuka. Artinya bisa berkomunikasi dengan semua calon yang dinilai potensial. Juga dengan partai-partai politik yang bisa diajak kerja sama.
"Tinggal nanti kemudian perkembangan berikutnya kita harus hitung-hitungan. Karena ini kan politik. Satu, apakah kita punya visi yang sama untuk membangun Indonesia 5 tahun ke depan paska 2024. Kedua, kita punya komitmen apa untuk membangun kebersamaan itu. Ketiga, biasa lah kalau dalam politik kan kita bicara take and give. Benefit yang kita dapatkan ketika kita berpasangan dan ketika kita berkoalisi dengan partai politik lain," terang dia.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Memasangkan Anies dengan Sohibul Iman dinilai tak memberikan nilai tambah kepada Anies
Baca SelengkapnyaAhok melihat keberadaan Kang Emil akan membuat kader Gerindra sulit untuk menangan di Tanah Pasundan
Baca SelengkapnyaKeduanya pernah menjadi gubernur. Akankan berpotensi menang jika keduanya berduet?
Baca SelengkapnyaApalagi isu tersebut berkembang bahwa ada sekelompok orang yang mendorong percepatan Munas Golkar.
Baca SelengkapnyaAhok buka suara soal wacana menjodohkan dirinya dengan Anies.
Baca SelengkapnyaAher yakin dalam waktu beberapa pekan ke depan, elektabilitas Syaikhu dan Ilham Habibie akan naik.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Anies-Cak Imin hanya 16,5 persen. Ganjar-RK 35,4 persen dan Prabowo-ET 31,7 persen.
Baca SelengkapnyaPengamat politik Ujang Komarudin menilai peluang Ganjar dan Anies berpasangan ada tetapi sangat kecil.
Baca SelengkapnyaAHY mengaku belum ada sama sekali komunikasi dengan Sandiaga Uno terkait wacana berduet di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaAirlangga membawa Golkar sebagai partai yang paling loyal pada Pemerintahan Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaPKB menilai Khofifah-Emil Dardak belum aman maju di Pilkada Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaPeluang Ridwan Kamil di Jakarta tetap ada walaupun diakui elektabilitasnya belum optimal.
Baca Selengkapnya