Penuh syahwat politik, dana aspirasi DPR sudah tepat ditolak Jokowi
Merdeka.com - Anggota DPD asal Sulawesi Utara Benny Rhamdani menolak dana aspirasi sebesar Rp 11,2 triliun bagi 560 anggota DPR. Dia menduga dana tersebut merupakan dana 'syahwat' para politikus.
"Dana aspirasi adalah dana syahwat para politisi yang memanipulasi konstitusi dan aspirasi masyarakat. Dana aspirasi itu jelas harus ditolak, karena efek domino yang dihasilkan oleh dana aspirasi itu adalah memperlebar jurang antara Timur dan Barat Indonesia. Bagian timur yang semakin tertinggal," ujarnya kepada merdeka.com di Manado, Jumat (26/6) malam lalu.
Dikatakannya, tindakan para legislator yang menyetujui dana aspirasi mencerminkan bahwa negara ini sedang mengoleksi politikus bukan negarawan. "Kalau mereka mengedepankan sikap-sikap kenegarawanan, maka yang harus dipikirkan adalah seluruh tumpah darah mereka, karena itu yang diamanatkan konstitusi," ujar Wakil Ketua Komite I DPD RI ini.
-
Apa yang didukung DPR? Mengomentari hal kebijakan itu, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni menilai, permasalahan PMI di luar negeri begitu beragam dan membutuhkan pendampingan dari pihak Polri.
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Siapa saja yang daftar jadi calon legislatif? KPU Gunungkidul DIY, mencatat ada empat narapidana yang mendaftar sebagai bakal caleg DPRD kabupaten setempat untuk Pemilu 2024.
-
Kenapa DPR apresiasi Jaksa Agung? Komisi III mengapresiasi sikap tegas Jaksa Agung dalam menghadapi oknum Kajari yang ditangkap oleh KPK. Semuanya berlangsung cepat, transparan, tidak gaduh, dan tidak ada upaya beking-membeking sama sekali, luar biasa. Memang harus seperti ini untuk jaga marwah institusi dan kepercayaan masyarakat. Kejagung harus selalu zero tolerance terhadap oknum!
-
Apa yang diapresiasi oleh DPR? Mengomentari hal itu, Wakil Ketua Komisi III DPR RI Ahmad Sahroni ikut mengapresiasi.
-
Siapa yang mendukung tujuan pemilu? Menurut Parulian Donald, tujuan pemilu adalah untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk memilih wakil-wakilnya dalam pemerintahan serta untuk menjaga agar pemerintahan tetap berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.
Yang terjadi saat ini, dilanjutkan dia, pembangunan yang sangat pesat hanya terfokus di pulau Jawa dan bagian barat Indonesia, sementara wilayah timur terus tertinggal dan bahkan miskin.
"Nah coba bayangkan dana untuk 560 anggota DPR itu menghabiskan Rp 11 triliun kemudian Rp 8 triliun itu habis di Jawa. Padahal Jawa ini luasnya hanya 6 persen luas republik. Jadi bagaimana bisa uang negara, uang rakyat yang Rp 11 triliun itu dihabiskan di Jawa yang luas mereka hanya 6 persen. Dan sebagian besar dari republik ini hanya mendapatkan Rp 3 triliun," ujar Rhamdani dengan nada kesal.
Usulan DPR memasukkan dana aspirasi atau Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP) ke dalam Rancangan Anggaran dan Pendapat Negara 2016 menurut pengamat politik Universitas Paramadina Hendri Satrio hanya menguntungkan partai politik bukan rakyat.
"Anggaran itu belum layak, beban rakyat yang ditanggung semakin besar. Harusnya rakyat menjadi opsi pertama dalam berbagai kebijakan pemerintah," kata Hendri ketika dihubungi merdeka.com, Sabtu (27/6) kemarin.
Presiden Joko Widodo ( Jokowi) memberi sinyal menolak usulan dana ini, karena dianggap bertentangan dengan visi misi pemerintah yang tertuang dalam program Nawa Cita. Atas itu, Satrio mengapresiasi keputusan mantan wali kota Solo tersebut menolak dana yang diajukan DPR sebesar Rp 11,2 triliun.
"Saya menghargai langkah Jokowi yang menolak dana aspirasi," kata Hendri Satrio.
Menurut dia, fraksi-fraksi DPR yang mengusulkan dana aspirasi dalam rapat sidang paripurna mesti menerima keputusan presiden untuk tak meloloskan dana tersebut.
"DPR juga seharusnya menghargai keputusan pemerintah, tidak angkuh dan memaksakan pemerintah," ujar dia.
Sampai hari ini, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro belum menerima proposal dewan. Jika ada, menurut dia sangat sulit memasukkan ke rancangan RAPBN 2016, karena ruang fiskal tak dapat menampung usulan tersebut.
Dalam kesempatan terpisah, Hendri Satrio mendukung Jokowi untuk menolak adanya dana aspirasi atau Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP). Jokowi dianggap telah mendengarkan suara masyarakat.
"Sudah bagus Pak Jokowi menolak. Karena yang kami takutkan kan adalah yang pertama, biasanya kalau sudah diloloskan dana aspirasi ini bisa jadi sendiri-sendiri. Dana aspirasinya terpisah, dana sendiri aspirasi sendiri," kata Hendri di Hall Dewan Pers, Jumat (26/6).
Hendri berharap agar Jokowi berani tetap konsisten pada pilihannya tersebut. Sebab jika dana aspirasi lolos dikhawatirkan menjadi celah bagi sarang korupsi.
"Mudah-mudahan pemerintah konsisten, sehingga tidak disetujui. Kalau misalnya disetujui nanti bayangkan saja incumbent DPR ini pasti akan luar biasa punya alatnya. Ada dana desa, kemudian ada dana aspirasi, dana untuk parpol baru dinaikkan, dana reses," tuturnya.
Menurutnya, ini merupakan langkah baik dari Jokowi untuk menahan dana aspirasi walaupun belum ada pernyataan resmi atasnya.
Di sisi lain dengan adanya dana aspirasi Hendri khawatir lembaga lain akan memintanya juga. Misalnya wakil daerah yaitu DPD. Pasalnya dana yang dialirkan bernilai besar.
"Rp 11,2 triliun per satu tahun dan Rp 50 juta per sekali reses itu kan besar sekali," tutupnya. (mdk/has)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penceramah kondang Dasad Latif sentil anggota DPR yang terkadang bersikap lebih hebat.
Baca SelengkapnyaJokowi memastikan pemerintah akan mengikuti putusan Mahkamah Konstitusi terkait syarat pencalonan kepala daerah pada Pilkada serentak 2024.
Baca SelengkapnyaDemonstrasi menolak pengesahan RUU Pilkada menjadi undang-undang oleh DPR, Kamis (22/08/2024) kemarin, sukses menarik perhatian dunia internasional.
Baca SelengkapnyaSetelah sempat demo di DPR, Joko Anwar juga ikut berunjuk rasa di depan Gedung MK.
Baca SelengkapnyaCawapres Muhaimin Iskandar tegas menolak usulan DPR soal Gubernur DKI dipilih oleh presiden.
Baca SelengkapnyaCivitas akademika Universitas IBA Palembang turut menyampaikan keprihatinan pada kondisi negara menjelang Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaSejumlah Mahasiswa Fakultas Ilmu Politik UGM menggelar aksi mengajak Pratikno dan Ari Dwipayana untuk kembali 'pulang' ke jalan demokrasi.
Baca SelengkapnyaIkhsan pernah melakukan penelitian saat pemilihan Walikota Serang, Banten tahun 2013 dan mendapati salah satu calon membayar Rp5 miliar.
Baca SelengkapnyaAksi unjuk rasa untuk mengawal putusan MK terus berlanjut. Setelah mengepung Gedung KPK, demonstran kini menggeruduk markas KPU.
Baca SelengkapnyaRapat ini mengesahkan Rancangan Undang-Undang tentang Daerah Khusus Jakarta (RUU DKJ) menjadi Undang-Undang (UU).
Baca SelengkapnyaRevisi UU Pilkada dinilai menguntungkan individu atau kelompok tertentu sehingga dianggap merupakan bentuk korupsi kebijakan.
Baca SelengkapnyaMemanasnya kondisi politik di Indonesia dinilai akan menyebabkan ketidakpastian ekonomi di tanah air.
Baca Selengkapnya