Performa Hanura 2014: Gencar beriklan malah terpuruk
Merdeka.com - Partai Hanura, atau kependekan dari Hati Nurani Rakyat ini resmi berdiri pada 14 November 2006. Partai ini didirikan Wiranto bersama petinggi lainnya, seperti Fuad Bawazier, Tuty Alawiyah dan lainnya berkumpul untuk sepakat membentuk Hanura pada 13 November 2006.
Partai ini pertama kali ikut serta pada Pemilu 2009. Sebagai partai baru, Hanura berhasil menembus Parliamentary Threshold 3,5 persen dengan menduduki peringkat sembilan. Hanura memperoleh 3.925.620 suara (3,77 persen) dan mendapatkan 17 kursi di DPR.
Di Pilpres 2009, Hanura mengusung ketua umumnya Wiranto sebagai calon wakil presiden mendampingi Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla (JK). Karena gagal merebut kekuasaan, Hanura memilih menjadi oposisi di pemerintahan SBY - Boediono, pemenang pilpres.
-
Bagaimana cara Setyo Wahono berkampanye? Dalam berkampanye, Wahono sering mengadakan blusukan ke pasar-pasar yang ada di Bojonegoro. Di sana dia dengan sabar mendengarkan keluhan para pedagang, mengadakan diskusi, hingga membagikan cinderamata.
-
Apa yang dipromosikan dalam iklan? Dalam peluncuran iklan video musik terbarunya ini, Sido Muncul turut mengundang para penari yang menarikan Tarian Kabasaran khas Minahasa.
-
Bagaimana kata-kata promosi mempengaruhi pembeli? Efektivitas kata-kata promosi juga dipengaruhi dari pesan yang disampaikan kepada pelanggan.
-
Bagaimana poster pemilu menarik minat pemilih? Keindahan visual ini bertujuan untuk menangkap perhatian pemilih dan membuat pesan kampanye lebih mengesankan.
-
Kenapa iklan digital efektif? Keunggulan utama iklan digital yaitu kemampuannya untuk menargetkan iklan secara spesifik. Adanya database pengguna dan perilaku online, perusahaan dapat menyajikan iklan hanya kepada kelompok audiens yang ditentukan.
-
Kenapa Anies-Cak Imin gencar kampanye? Di waktu yang tersisa, tiap paslon kian gencar turun ke lapangan menemui ribuan relawan dan pendukungnya di tiap daerah.
Perolehan suara berhasil meningkat pada Pemilu 2014. Dari hasil hitung cepat (quick count), partai ini menduduki posisi terakhir dari 10 partai yang lolos ke parlemen dengan perolehan 5,11 persen (Kompas) atau 5,28 persen (LSI).
Sebelum pelaksanaan Pemilu 2014, partai ini sudah mengusung pasangan capres Wiranto-Hary Tanoe untuk maju dalam Pilpres 2014 mendatang. Namun, nama keduanya tidak berhasil mengangkat nama partai sehingga tetap stagnan di posisi kesepuluh dari 12 partai peserta pemilu.
Menurut pengamat politik dari Charta Politica, Yunarto Wijaya, suara Win-HT ternyata tidak cukup baik untuk mengangkat elektoral partainya. Kondisi ini jauh berbeda dengan yang dialami Prabowo Subianto di Gerindra ataupun Joko Widodo untuk PDIP.
"Gencarnya iklan sudah terbukti. Namun tidak berkorelasi linier antara iklan dengan pemilih masif. Iklan hanya berfungsi mengenalkan dalam waktu singkat tapi tidak untuk kesukaan," ujar Yunarto saat berbincang dengan merdeka.com, Jumat (11/4) kemarin.
Tak hanya itu, Yunarto juga melihat partai ini tidak memiliki basis massa yang cukup baik jika dibandingkan dengan Partai Amanat Nasional, Partai Persatuan Pembangunan, maupun Partai Keadilan Sejahtera.
"Di sisi lain, infrastruktur politik Hanura yang baru tidak sekuat partai lama lainnya," pungkasnya. (mdk/ren)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Belum tentu adanya korelasi kepuasan Jokowi dengan elektabilitas Gibran.
Baca SelengkapnyaBurhanuddin Muhtadi menilai efek bansos tidak signifikan pada Pilkada Jakarta
Baca SelengkapnyaHanggoro menilai, masyrakat tak dapat menilai secara objektif debat yang berlangsung.
Baca SelengkapnyaResponden yang sama sekali tidak pernah menerima bansos tetap menempatkan Prabowo-Gibran 56,9%.
Baca SelengkapnyaElektabilitas bacapres Ganjar Pranowo masih nomor satu dari hasil survei terbaru Indikator Politik. Bahkan, keterpilihan Ganjar mencapai 37,4 persen.
Baca SelengkapnyaGanjar Mahfud disarankan untuk mencari skema serta format kampanye yang kreatif dan memiliki diferensiasi.
Baca SelengkapnyaMenurut laporan, Ganjar-Mahfud menghabiskan dana kampanye Rp506 miliar, tepatnya Rp506.892.847.566.
Baca SelengkapnyaPenurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud dinilai karena blunder gaya kampanye yang menyerang Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaPenurunan pemilih Ganjar justru diikuti oleh kenaikan dukungan pada capres nomor urut satu Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaYusril pun membandingkan pasangan calon lain yang juga didukung oleh tokoh-tokoh berpengaruh lain.
Baca SelengkapnyaSebelum berpasangan dengan Gibran, elektabilitas Prabowo sesuai survei yang dilakukan beberapa lembaga selalu berada di atas.
Baca SelengkapnyaPada survei terbaru 23-24 Desember 2023, elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai angka 46,7 persen. Angkanya terus naik dari November 2023.
Baca Selengkapnya