Performa PDIP 2014: Pengaruh Jokowi dipertanyakan
Merdeka.com - Memasuki era reformasi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ( PDIP ) menjelma menjadi partai politik terbesar di Indonesia. Keberadaan Megawati Soekarnoputri sebagai putri Sang Proklamator Ir Soekarno membuat partai yang lahir dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) ini meraih simpati warga.
Alhasil, pada Pemilu 1999, PDIP meraup jumlah suara yang sangat signifikan, yakni 35.689.073 (33,74 persen). Partai berlambang banteng moncong putih ini pun mendapat 153 kursi dari 462 kursi di DPR.
Meski menguasai seperempat lebih kursi di parlemen, pada Sidang Umum MPR 1999, poros tengah yang dimotori Amien Rais menutup langkah Megawati untuk menjadi Presiden RI. Posisi tersebut diisi tokoh NU, Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Siapa yang larang Jokowi ikut kampanye? Tidak ada penyebutan presiden dan wakil presiden atau menteri di dalamnya.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Gimana caranya Jokowi ikut kampanye? Pasal 281 mensyaratkan pejabat negara yang ikut berkampanye dilarang untuk menggunakan fasilitas negara atau mereka harus cuti di luar tanggungan.
-
Kenapa Jokowi tidak diundang ke Rakernas PDIP? Presiden Joko Widodo (Jokowi) tidak diundang dalam rapat kerja nasional (rakernas) ke-5 PDIP pada pekan ini. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut, partainya tidak ada refleksi khusus dalam rakernas karena ketidakhadiran Jokowi.'Tidak ada refleksi khusus atas tidak adanya Pak Jokowi,' kata Hasto di DPP PDIP, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (22/5).
-
Di mana Jokowi mencoblos? Presiden Joko Widodo atau Jokowi telah melakukan pencoblosan surat suara Pemilu 2024 di TPS 10 RW 02 Kelurahan Gambir, Jakarta Pusat, Rabu (14/2).
Pada Pemilu 2004 PDIP , suara yang diraih terjun bebas dengan dengan perolehan 20.710.006 suara nasional (18,31 persen). Meski demikian, partai ini tetap mendapat jatah kursi parlemen sebanyak 109 kursi DPR RI.
PDIP pun mengusung pasangan Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi menjadi capres dan cawapres di Pilpres 2004. Namun pasangan ini harus kalah setelah bertarung dua putaran, SBY-JK meraih 69.266.350 suara (60,62 persen) dan Mega-Hasyim 44.990.704 (39,38 persen).
Sementara pada Pemilu 2009, PDIP hanya menempati posisi ketiga di bawah Partai Demokrat dan Partai Golkar dengan perolehan suara nasional 14.576.388 suara (14,01 persen) dan dapat kursi 94 kursi. Lagi-lagi dalam Pilpres 2009, pasangan PDIP Mega-Prabowo harus mengakui kekalahan dari pasangan SBY-Boediono yang diusung Partai Demokrat.
Mega-Prabowo hanya mendapat 32.548.105 (26,79 persen) dan SBY-Boediono unggul dengan perolehan 73.874.562 suara (60,80 persen).
Di Pemilu 2014 ini, PDIP kembali menduduki peringkat pertama dari hasil hitung cepat (quick count) beberapa lembaga survei. Perolehan suara PDIP berkisar antara 18-19 persen, padahal targetnya 27,2 persen.
Sejumlah pengamat melihat, faktor Joko Widodo (Jokowi) tak mampu merebut suara akar rumput partai lainnya. Padahal, di sejumlah partai menempatkan gubernur DKI Jakarta ini dengan elektabilitas sangat tinggi, yakni di atas 30 persen.
"Dari segi data dapat disimpulkan bahwa tidak ada Jokowi effect, tak perlu diperdebatkan bahwa pengaruh Jokowi terhadap suara PDIP kuat, ternyata pengaruhnya enggak kuat," ujar staf pengajar Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing saat dihubungi merdeka.com, Jakarta, Kamis (10/4).
Jokowi dinilai kurang mahir melakukan komunikasi politik sehingga tidak memberi pengaruh besar pada perolehan suara PDIP pada pemilu 2014. Seperti dijelaskan pengamat media UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra. Menurut Iswandi, Jokowi selama ini hanya mengandalkan pencitraan melalui berbagai kegiatan yang diliput media.
"Jokowi kurang melakukan komunikasi dengan rakyat. Blusukan hanya jadi ajang pencitraan. Datang hanya untuk salaman, photo-photo, basa-basi sebentar kemudian masuk televisi. Komunikasi yang dilakukan terlihat tulus dan empati tetapi kering karena publik membaca ada motif lain yang tersembunyi," ujar dosen ilmu komunikasi itu kepada merdeka.com, Kamis (10/4).
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PSI hanya menarik 3 persen dari pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi.
Baca SelengkapnyaDari Oktober 2023, elektabilitas PDI Perjuangan mengalami penurunan dari 20,8 persen, lalu 19,7 persen dan 19,1 persen di Desember 2023
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca Selengkapnya80 persen pemilih puas atas kinerja Presiden Joko Widodo
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaNamun, hal itu berbanding terbalik dengan suara PDI Perjuangan yang tinggi pada Pemilu 2024 ini
Baca SelengkapnyaRidwan Kamil-Suswono yang diusung koalisi gemuk, kemudian Pramono Anung dan Rano Karno calon dari PDIP.
Baca SelengkapnyaCak Imin pun optimistis Ridwan Kamil dan Ahmad Luthfi akan menang, usai Jokowi menyatakan dukungan dan turun kampanye.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA mengungkapkan elektabilitas PDIP disalip Gerindra pada November 2023.
Baca SelengkapnyaPDIP tidak mengundang Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke HUT PDIP.
Baca SelengkapnyaKetika tingkat dukungan untuk Jokowi meningkat, maka berdampak positif bagi PDIP.
Baca SelengkapnyaPopulasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau s
Baca Selengkapnya