Perseteruan Rizal Ramli dan Jusuf Kalla sudah meletup sejak 2004?
Merdeka.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli menilai bahwa target pemerintah membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt terlalu sulit dicapai. Bahkan, dia menilai bahwa proyek yang dicanangkan Jokowi hingga 2019 itu tak masuk akal. Terlebih, target tersebut semakin besar lantaran ditambah dengan sisa target pembangunan 7.000 megawatt listrik peninggalan pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Wakil Presiden Jusuf Kalla pun merasa gerah dengan pernyataan Rizal Ramli tersebut. Terlebih, Rizal juga sempat membuat berang sejumlah menteri dalam Kabinet Kerja dengan mendesak Presiden Joko Widodo meninjau ulang rencana aksi ekspansi PT Garuda Indonesia. Yakni soal rencana pembelian 30 unit pesawat.
Menteri BUMN Rini Soemarno yang memiliki wewenang perihal pembelian pesawat itu menyindir Rizal yang terlalu jauh mengurusi hal yang bukan haknya sebagai Menko Kemaritiman. Jusuf Kalla juga menegaskan agar setiap menteri harus memahami setiap perkara sebelum mengeluarkan pernyataan atau komentar. Menurut JK, akan berbahaya apabila seorang menteri yang tidak memahami persoalan, lantas mengeluarkan pernyataan. Apalagi, pernyataan Rizal tersebut dinilai JK telah membuat wibawa Presiden Joko Widodo jatuh.
-
Kenapa Ridwan Kamil bertemu Jusuf Kalla? 'Beliau kan orang pintar ya dan penuh dengan pengalaman, arif, bijaksana. Sehingga saya perlu mendapatkan arahan, wejangannya dari beliau,' sambungnya.
-
Apa yang Ridwan Kamil sampaikan ke Jusuf Kalla? 'Saya sudah sampaikan saya memuliakan semua program gubernur sebelumnya, siapapun itu selama baik kita lanjutkan,' kata RK kepada wartawan di Jakarta, Kamis (5/9).
-
Kenapa Rizal Ramli suka mengkritik pemerintah? Masyarakat Indonesia pasti mengenal Rizal Ramli sebagai Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya. Namun, banyak juga yang mengenal Rizal Ramli sebagai sosok yang kritis terhadap sesuatu yang dianggapnya tidak berpihak pada kepentingan bangsa dan negara, sehingga dia mendapat julukan baru 'Rajawali Ngepret'.
-
Kapan pertemuan Ridwan Kamil dan Jusuf Kalla? Pertemuan yang di gelar di kediaman JK di Jalan Brawijaya Raya, Jakarta Selatan ini berlangsung selama hampir satu jam.Dalam pertemuan itu, mantan Gubernur Jawa Barat ini mengaku, jika dirinya akan memuliakan semua program gubernur Jakarta sebelumnya.
-
Bagaimana cara PKB melawan Ridwan Kamil di Pilgub Jabar? PKB sudah lama berkomitmen mengambil poros yang berlawanan dengan Ridwan Kamil. Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) PKB Syaiful Huda membeberkan bahwa partainya berkomitmen untuk selalu memilih poros yang berlawanan dari Ridwan Kamil.
-
Apa yang dibahas Risma dengan Jokowi? Menteri Sosial Tri Rismaharini bertemu Presiden Joko Widodo atau Jokowi di Istana Merdeka Jakarta, Jumat (30/8) pukul 08.30 WIB. Risma melapor dirinya diusung PDI Perjuangan (PDIP) maju dalam pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Timur (Jatim) 2024.'Bu Risma melaporkan kepada Bapak Presiden bahwa beliau dicalonkan oleh partai politik sebagai bakal calon Gubernur dan telah mendaftar ke KPU Provinsi Jatim,' kata Koordinator Staf Khusus Presiden, Ari Dwipayana kepada wartawan, Jumat (30/8).
"Oh malah kalau begitu mengurangi kewibawaan Presiden, karena yang resmikan kan Presiden, bukan saya. Policy pemerintah, Pak Jokowi yang meresmikannya, berarti memandang kurang pantas Pak Jokowi kalau gitu, kan. Tapi begini, tentu sebagai menteri harus pelajari dulu sebelum berkomentar. Memang tidak masuk akal, tapi menteri harus banyak akalnya, kalau kurang akal pasti tidak paham itu memang," kata JK di Gedung MPR, Senayan, Jakarta, Selasa (18/8).
Mendengar sindiran dari JK tersebut, ternyata tak membuat Rizal takut. Bahkan, dia menantang JK untuk berdiskusi di depan umum.
"Gini, kalau mau paham minta Pak Jusuf Kalla ketemu saya kita diskusi di depan umum, ya," kata Rizal.
Beberapa pihak seakan tak kaget dengan perseteruan antara Rizal Ramli dengan Jusuf Kalla. Sebab, bukan barang baru keduanya saling berseteru. Keduanya disebut-sebut telah 'bermusuhan' sejak tahun 2004. Penyebabnya, saat JK menjabat sebagai Wakil Presiden era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan saat keduanya saling berunding menentukan formasi kabinet Indonesia Bersatu. Seorang sumber di Istana saat itu mengatakan, terjadi perundingan yang sengit antara SBY dan JK dalam menentukan kursi Menko Perekonomian.
Diketahui, saat itu, SBY mengumumkan formasi kabinetnya pada pukul 23.40 WIB atau tertunda 3 jam lebih dari jadwal yang telah ditetapkan. Penyebabnya, kata sumber Istana itu, SBY sudah menunjuk nama Rizal Ramli jauh-jauh hari sebagai Menko Perekonomian. Namun, di ujung deadline pengumuman kabinet, JK tak setuju dengan pilihan SBY itu. Di detik-detik akhir, JK justru meminta agar Aburizal Bakrie saja yang menjabat Menko Perekonomian.
"Peran Pak JK dalam penyusunan Kabinet memang besar. Dia juga berperan dalam pemilihan pos penting," kata Sumber tersebut kepada merdeka.com, Rabu (19/8).
Sumber tersebut menjelaskan bahwa SBY bahkan telah sampai membuat resmi penunjukan Rizal Ramli sebagai Menko Perekonomian. Namun, hanya karena JK tak merestui, maka pengumuman kabinet pun menjadi molor. Sampai pada akhirnya SBY pun mengalah dan memutuskan menggeser posisi Rizal ke Menteri BUMN. Namun, lagi-lagi JK menolaknya.
Koordinator Gerakan Indonesia Bersih (GIB) Adhie Massardi yang juga teman dekat Rizal Ramli mengakui hal tersebut. Sayangnya, dia ogah menjelaskan secara rinci saat dihubungi merdeka.com, semalam.
"Saya juga dengar seperti itu, tapi itu kan rumor ya," kata Adhie.
Adhie memberikan dukungannya kepada sahabatnya itu, bahwa sah-sah saja apabila seorang menteri memberikan saran kepada pemerintah terkait Garuda Indonesia dan pembangkit listrik 35.000 megawatt.
"Kalau ada masalah diam saja kan nggak mungkin," katanya.
Adhie juga tak setuju dengan pernyataan Rini Soemarno yang menyebut Rizal terlampau jauh sampai harus mengurusi masalah Garuda Indonesia. Sebab, kata dia, permasalahan yang ada di sektor manapun tidak harus hanya diurusi oleh kementerian terkait.
"Kalau sudah urusan pembenahan pemerintahan itu sebenarnya nggak perlu dikapling-kapling. Saya rasa tidak seperti itu, dia kan punya saran-saran sendiri, jangankan Menteri rakyat biasa saja kan boleh berikan saran," imbuh mantan Juru Bicara Presiden keempat Abdurrahman Wahid ini.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jusuf Kalla mengenang masa-masa bersama Mantan Koodinator Bidang Maritim dan Sumber Daya Manusia Rizal Ramli
Baca SelengkapnyaRizal Ramli meninggal dunia pada Selasa (2/1) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada pukul 19.30 WIB.
Baca SelengkapnyaYusril Ihza Mahendra menyinggung kondisi pemilu 2004, ketika Megawati Soekarnoputri dikalahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaMuzani menilai, pernyataan JK tidak fair lantaran belum pernah menjadi oposisi.
Baca SelengkapnyaRizal Ramli di mata kolega: Rekan diskusi, aktivis tulen dan penjaga demokrasi
Baca SelengkapnyaJK mengatakan, partai politik didirikan sebagai kendaraan politik untuk mendapatkan kekuasaan dan kewenangan.
Baca SelengkapnyaZulhas menilai perbedaan dukungan partai-partai KIM di Pilkada 2024 merupakan hal wajar. Sebab, ada ratusan daerah yang menyelenggarakan Pilkada.
Baca SelengkapnyaJuru Bicara Anies Baswedan, Billy David Nerotumilena mengatakan, hubungan antara Jusuf Kalla dan Anies Baswedan memang sudah terbangun sejak lama.
Baca SelengkapnyaJK juga menyinggung situasi yang terjadi saat debat kemarin tak berbeda jauh pada debat Pilpres 2019
Baca SelengkapnyaKubu Ganjar Mahfud telah mempetakan tokoh-tokoh yang telah mendukung mereka.
Baca SelengkapnyaDia menyebut, bahwa usulannya tersebut disetujui oleh pihak yang hadir dalam rapat itu.
Baca SelengkapnyaJusuf Kalla dilaporkan karena mengomentari film Dirty Vote yang disutradarai oleh Dandhy Laksono pada saat masa tenang pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Baca Selengkapnya