Peta kekuatan empat pasang calon di Pilgub Jabar 2018
Merdeka.com - Dinamika Pilgub Jawa Barat telah melahirkan empat pasangan bakal calon gubernur dan bakal calon wakil gubernur. Mereka memiliki waktu hingga 10 Januari untuk mendaftar ke KPU dan mengikuti proses verifikasi dokumen sebelum ditetapkan sebagai cagub dan cawagub.
Secara matematis, pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi yang memiliki dukungan paling banyak. Meski hanya diusung oleh dua partai yakni Demokrat (12) dan Golkar (17), tapi total jumlah kursi di DPRD Jabar dalam poros ini mencapai 29 kursi.
Terbesar kedua yakni pasangan Sudrajat dan Ahmad Syaikhu. Kubu ini diusung oleh PKS (12), Gerindra (11) dan PAN (4). Tiga partai itu menyumbang 27 kursi DPRD Jawa Barat.
-
Siapa yang daftar capres cawapres? 'Pada hari Sabtu sore, kami telah mendapatkan surat, menerima surat pemberitahuan rencana pendaftaran partai koalisi, atau gabungan partai politik dari Partai NasDem, Partai PKB, dan Partai PKS,' kata Ketua Divisi Teknis KPU RI Idham Holik dalam konferensi pers di KPU RI, Jakarta Pusat, Senin (16/10).
-
Siapa yang menjadi calon Wakil Gubernur Jawa Barat? Ronal Surapradja menceritakan dirinya ditunjuk menjadi bakal calon wakil gubernur Jawa Barat di momen krusial sebelum pendaftaran ditutup.
-
Siapa yang menjadi calon gubernur Jawa Barat? Calon Gubernur Jawa Barat Ahmad Syaikhu menggagas program Teras ASIH.
-
Siapa yang mendaftarkan diri sebagai Capres-Cawapres? Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin) telah resmi mendaftarkan diri sebagai pasangan Capres-Cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI.
-
Siapa yang akan didaftarkan PDIP Jabar? 'Hampir dipastikan bahwa malam hari ini DPD PDIP Jabar akan mendaftarkan secara resmi pasangan Calon Gubernur dan calon wakil gubernur yaitu Anies Baswedan dan Kang Ono Surono. Nah ini kita tinggal menunggu tahapan-tahapan berikutnya agar proses pendaftaran secara resmi ini bisa berjalan dengan lancar,' kata Folmer saat dikonfirmasi, Kamis (29/8).
-
Kapan Pilkada serentak di Jawa Barat? Pemerintah Provinsi Jawa Barat membocorkan maskot dua harimau yang rencananya akan dijadikan ikon pemilihan gubernur di masa Pilkada serentak 27 November 2024 mendatang.
Sementara Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum memiliki 24 kursi DPRD Jabar. Pasangan ini diusung oleh PPP (9), PKB (7), NasDem (5) dan Hanura (3). Terakhir, pasangan TB Hasanuddin dan Anton Charliyan yang hanya diusung oleh PDIP dengan jumlah 20 kursi DPRD Jabar.
dedi mulyadi dan deddy mizwar ©2018 Merdeka.com/bram salam
Namun banyaknya kursi di legislatif, hampir dipastikan tak berpengaruh besar dengan kemenangan di eksekutif. Terlebih, karakter calon gubernur dan calon wakil gubernur menjadi pengaruh paling besar untuk dipilih oleh warga Jabar sang pemilik suara.
Pengamat Politik dari Universitas Padjajaran (Unpad) Firman Manan mengatakan, dari tradisi kemenangan dua periode Ahmad Heryawan, paling tidak pemilih di Jawa Barat bisa dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama yakni kelompok tradisional dan kelompok religius.
"Pemilih tradisional cenderung memilih figur populer misalnya, 2008 ada Ahmad Heryawan dan Dede Yusuf, kemudian 2013 ada Ahmad Heryawan dan Deddy Mizwar, itu penting," kata Firman saat berbincang dengan merdeka.com, Senin (8/1).
Ahmad Heryawan menggandeng artis dengan popularitas tinggi di Pilgub Jabar 2008 dan 2013. Strategi itu yang diyakini mampu membuat Ahmad Heryawan berkuasa di Jawa Barat selama 10 tahun.
Partai Gerindra usung Mayjen (Purn) Sudrajat sebagai Cagub Jabar ©2017 Merdeka./Arie Basuki
Era 2008, Dede Yusuf termasuk artis tenar yang hilir mudik di layar televisi. Salah satu iklan yang dibintangi Dede adalah obat sakit kepala 'Bodrek'. Sementara Deddy Mizwar, pada Pilgub 2013 tengah populer dengan film 'Para Pencari Tuhan' yang dibintanginya.
Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul dinilai memiliki popularitas yang paling unggul dibanding calon lainnya. Di posisi kedua ada Deddy Mizar dan Dedi Mulyadi. Nah yang memiliki pekerjaan rumah berat adalah pasangan Sudrajat-Syaikhu dan TB Hasanuddin-Anton Charliyan jika dilihat dari sisi popularitas.
"Yang populer paling tidak sampai saat ini memang Emil-Uu dan kemudian Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi," kata Firman.
Sementara untuk kelompok religius, Jawa Barat salah satu wilayah yang pemilih muslimnya paling besar. Menurut Firman, sebagian pemilih muslim di Jawa Barat juga konservatif.
Firman menjelaskan, hal ini tentu menjadi pekerjaan besar bagi TB Hasanuddin dan Anton Charliyan. Menurut dia, pasangan ini kurang merepresentasikan kalangan religius.
Selain itu, PDIP, kata dia, punya sejarah yang tidak mulus di Jawa Barat. Dalam pemilihan 2008 kalah, Pilgub Jabar 2013 PDIP juga kalah. Begitu juga saat Pilpres 2014, PDIP alami kekalahan.
"Salah satu problemnya, PDIP berjarak dengan Islam, sehingga sekarang dia maju dengan pasangan calon yang juga kurang merepresentasikan kelompok religius, itu bisa jadi problem bagi PDIP," kata Firman lagi.
Hanura dukung Ridwan Kamil-Uu ©2018 Merdeka.com/Yunita Amalia
Anton juga pernah berseteru dengan Ormas keagamaan Front Pembela Islam (FPI). Saat itu, Anton menjadi Kapolda Jawa Barat yang tengah mengusut kasus pimpinan FPI Habib Rizieq Syihab yang dilaporkan atas dugaan penistaan lambang negara Pancasila. Kasus ini dilaporkan oleh Sukmawati Soekarnoputri pada tanggal 12 Januari 2017 lalu.
Dari sisi ini, bagi Firman Manan, pasangan Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum kembali diunggulkan. Menurut dia, sosok Uu Ruzhanul tak bisa dianggap enteng, apalagi politikus PPP itu menjabat sebagai bupati Tasikmalaya.
"Pak Uu itu mewakili basis masa tradisional daerah priayangan, cukup besar jumlah pemilihnya di Priayang barat dan timur, itu basis PPP. Kemudian Sudrajat-Syaikhu, bisa andalkan mesin partai, PKS memang partai Islam, tapi Islam yang modern, di perkotaan, kalau Islam yang tradisional itu PPP dan PKB," kata Firman.
Pengumuman pasangan cagub dari PDIP ©2018 Merdeka.com/Arie Basuki
Untuk kategori ini, Firman juga memberikan catatan kepada pasangan Deddy Mizwar dan Dedi Mulyadi. Memang Demiz, sapaan akrab Deddy Mizwar, mencitrakan figur religius. Tapi, pasangannya Dedi Mulyadi kerap diterpa isu miring karena tradisi-tradisi yang dilakukan saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta.
"Deddy Mizwar awalnya diicitrakan figur kelompok religius, tapi problemnya Dedi Mulyadi agak bermasalah dengan pemilih Islam konservatif karena praktik-praktik yang dianggap tidak sesuai, bisa jadi masalah bagi pasangan Demiz dan Dedi Mulyadi," katanya.
"Jadi kalau lihat dua karakter itu, pemilih tradisional dan pemilih religius, sampai sejauh ini keunggulan ada pada pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul," tutup Firman.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Keempat paslon akan mengikuti tahapan pengundian dan penetapan nomor urut pada hari Senin (23/9) di Kantor KPU Provinsi Jabar.
Baca SelengkapnyaAgenda berikutnya adalah pengundian nomor urut pada Senin (23/9) malam di Kantor KPU Jabar.
Baca SelengkapnyaAdi sempat menyinggung beberapa berkas tersebut juga ada yang berkaitan dengan pendidikan terkait atau berkas LHKPN.
Baca SelengkapnyaKPU Jabar meminta semua paslon melakukan persaingan dengan saling menghormati.
Baca SelengkapnyaPilkada Jawa Barat (Jabar) diikuti 4 kandidat. Di mana dua kandidat diusung oleh gabungan beberapa parpol, sedangkan dua lainnya diusung tanpa berkoalisi
Baca SelengkapnyaSeluruh berkas pendaftaran per hari Minggu (8/9) pukul 15.00 WIB telah dikirimkan ke sekretariat KPU Jateng.
Baca SelengkapnyaPDIP bersama koalisi mengusung Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
Baca SelengkapnyaKPU Ungkap Syarat Minimal Suara yang Harus Dikantongi Cagub DKI Jalur Independen
Baca SelengkapnyaKPU membuka opsi memperpanjang masa pendaftaran calon dalam pilkada Jakarta jika hanya ada bakal calon gubernur dan calon wakil gubernur tunggal
Baca SelengkapnyaSetelah proses tanggapan masyarakat selesai pada 18 September 2024, akan ada proses klarifikasi mengenai tanggapan masyarakat tersebut hingga 21 September.
Baca Selengkapnya"Bakal pasangan calon (paslon) hanya diperkenankan membawa 150-200 orang pendukung," kata Ketua KPU DKI Wahyu
Baca SelengkapnyaPerpanjangan masa pendaftaran akan dilakukan guna mengantisipasi skema pasangan calon melawan kotak kosong di Pilkada Jakarta.
Baca Selengkapnya