Pilgub 2017, Djarot prediksi parpol buat koalisi besar lawan Ahok
Merdeka.com - Wakil Gubernur DKI Jakarta, Djarot Saiful Hidayat mengatakan, tidak menutup kemungkinan hanya akan ada dua pasangan calon gubernur yang akan bertarung di Pilgub DKI. Mengingat adanya potensi untuk melakukan koalisi besar antar partai politik untuk melawan calon incumbent, Basuki Tjahaja Purnama.
"Kalau lihat dinamikanya sekarang ini, memungkinkan untuk bikin koalisi besar, dan terbuka pada siapapun juga. Kalau 2012 koalisi kan kecil-kecil tapi ketika mengerucut dua pasangan baru pada menyatu, nah sekarang ini ada nuansa ke situ saya lihat," katanya di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (13/5).
Ketua DPP PDIP Bidang Pengkaderan dan Organisasi ini mengungkapkan, partainya tidak akan memberikan syarat apapun dalam koalisi gemuk ini. Mengingat, pada Pilkada serentak 2015 partai politik sangat cair dalam berkoalisi.
-
Bagaimana cara Pilkada DKI 2017? Pemilihan umum Gubernur DKI Jakarta 2017 (disingkat Pilgub DKI 2017) dilaksanakan pada dua tahap, yaitu tahap pertama di tanggal 15 Februari 2017 dan tahap kedua tanggal 19 April 2017 dengan tujuan untuk menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta periode 2017–2022.
-
Mengapa Pilkada DKI 2017 menarik perhatian? Pilkada DKI 2017 menjadi salah satu pemilihan kepala daerah yang menarik perhatian. Saat itu, pemilihan diisi oleh calon-calon kuat seperti Basuki Tjahaja Purnama, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
-
Bagaimana Pilkada DKI 2017 dijalankan? Pilkada DKI Jakarta 2017 merupakan salah satu pemilihan kepala daerah yang paling menonjol dalam sejarah Indonesia karena berbagai dinamika politik dan sosial yang terjadi.
-
Apa itu Pilkada? Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah adalah proses demokratisasi di Indonesia yang memungkinkan rakyat untuk memilih kepala daerah mereka secara langsung.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
"Enggak ada syarat, itu pengalaman kemarin pilkada serentak kemarin sangat cair, dan semua kemungkinan bisa terjadi," terangnya.
Mantan Wali Kota Blitar ini menegaskan, koalisi tidak hanya bisa dilakukan dengan Gerindra, PKS dan PPP, tetapi oleh seluruh partai. Namun, dia juga mengingatkan, tokoh-tokoh masyarakat juga harus ambil bagian.
"Komunikasi dengan siapapun, bukan hanya pada partai saja tapi pada seluruh organisasi yang ada tokoh masyarakat harus buka," tutup Djarot.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Djarot menegaskan koalisi gemuk bukan jaminan menang.
Baca SelengkapnyaMenurut Djarot, sama dengan Pilpres, Jokowi akan cawe-cawe kembali.
Baca SelengkapnyaTernyata, fenomena koalisi ‘gemuk’ di Pilkada Jakarta pernah terjadi pada 2007 lalu.
Baca SelengkapnyaAhok melihat keberadaan Kang Emil akan membuat kader Gerindra sulit untuk menangan di Tanah Pasundan
Baca SelengkapnyaPertemuan tertutup ini merupakan tugas untuk menindaklanjuti keputusan DPP maupun Partai Koalisi Indonesia Maju.
Baca SelengkapnyaPDIP terus melakukan komunikasi sejumlah partai untuk berkoalisi di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Barat.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDI Perjuangan Djarot Saiful Hidayat menantang Partai Keadilan Sejahtera untuk mengusung Ahok.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP Hasto Kristiyanto membocorkan strategi koalisi Ganjar Pranowo melawan koalisi gemuk Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaTurunnya Jokowi untuk mendukung RIDO dalam Pemilihan Gubernur DKI Jakarta akan membawa dampak yang besar.
Baca SelengkapnyaSaat ditanya, apakah lebih berpeluang berkoalisi atau bertarung di Pilgub DKI Jakarta nanti, Zaki mengatakan bahwa kemungkinan akan berkoalisi dengan PSI.
Baca SelengkapnyaPDIP tidak masalah menghadapi koalisi besar di Pilpres.
Baca SelengkapnyaPeluang koalisi Partai Golkar dengan PDIP di Pilkada Banten semakin terbuka lebar.
Baca Selengkapnya