PKB: 60 Ribu Hektare Hutan di Kalsel 'Hilang' Setiap Tahun
Merdeka.com - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan (Kalsel) menilai, banjir di Kalsel akibat 50 persen lahan beralih fungsi menjadi tambang batubara dan perkebunan sawit.
Anggota Komisi IV DPR Fraksi PKB Daniel Johan setuju dengan Walhi. Menurutnya, selain curah hujan tinggi, penyebab banjir di Kalsel dikarenakan jumlah hutan yang terus berkurang akibat alih fungsi lahan.
"Banjir yang melanda wilayah Kalimantan Selatan kini kian meluas, ini sangat memprihatinkan, apabila memperhatikan berkurangnya luas hutan di Kalimantan Selatan. Banjir ini selain diakibatkan tingginya curah hujan, juga sebagai dampak dari semakin berkurangnya jumlah hutan yang terus terjadi dari tahun ketahun," katanya kepada merdeka.com, Selasa (19/1).
-
Mengapa perubahan iklim memperburuk banjir? Perubahan iklim berkontribusi signifikan terhadap peningkatan frekuensi dan intensitas banjir.
-
Apa penyebab utama banjir? Banjir terjadi karena berbagai penyebab utama, termasuk hujan lebat, pencairan salju, badai, dan kenaikan permukaan air laut.
-
Mengapa banjir terjadi di Pekalongan? Dilansir dari akun Instagram @pekalonganinfo, sepanjang hari Minggu (3/3), Desa Sidomulo, Kecamatan Lebakbarang, Pekalongan terus diguyur hujan deras. Akibatnya, banjir dan tanah longsor terjadi di beberapa titik.
-
Apa dampak dari banjir? Banjir tidak hanya menghancurkan rumah dan infrastruktur, tetapi juga mengakibatkan kerugian ekonomi yang signifikan.
-
Kenapa banjir terjadi di Bali? Sejumlah wilayah di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung, dilanda banjir akibat hujan deras atau cuaca ekstrem, pada Kamis (4/4).
-
Kenapa terjadi banjir dan longsor di Pesisir Selatan? Diketahui, 9 dari 19 Kabupaten dan Kota di Sumatera Barat (Sumbar) terdampak bencana menyusul tingginya intensitas hujan yang mengguyur wilayah itu, Kamis (7/3). Salah satunya terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan.
Daniel menuturkan, pada tahun 2009 luas kawasan hutan Kalimantan Selatan sekitar 1.779.982 ha atau 48,3 % dari luas wilayah provinsi (3.685.855 ha). Kemudian, dari data yang ia miliki, luas hutan Kalimantan Selatan dari tahun 2009 hingga 2019 mengalami pengurangan sekitar seluas 614 ribu hektare atau 34,5%.
"Jika dibuat rata-rata deforestasi hutan di Kalimantan Selatan adalah sebesar kurang lebih 60 ribu hektare per tahun. Artinya alih fungsi lahan di Kalimantan Selatan selama 2009 hingga 2019 sangat masif," ucapnya.
Atas hal itu, dia meminta pemerintah perlu mengkaji pemberian izin baru dan mengevaluasi izin lama atas usaha pada kawasan hutan. Serta, perlu mempertimbangkan dan memperhatikan tata ruang.
"Kemudian mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan sehingga tidak terjadi kerusakan lingkungan yang parah kemudian berdampak pada banjir," kata dia.
Daniel meminta Kementerian Lingkungan Hidup perlu segera melakukan penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) di seluruh Indonesia termasuk Kalimantan Selatan. Terlebih, menindak tambang dan perkebunan ilegal.
"Selanjutnya, pemerintah didorong untuk melakukan penegakan hukum atas perambahan kawasan hutan untuk kegiatan tambang dan perkebunan ilegal," ujar Daniel.
"Saya sampaikan belasungkawa kepada masyarakat Kalimantan Selatan atas bencana banjir yang melanda Kalimantan Selatan, semoga kejadian ini menjadi pelajaran berharga dalam mengelola lingkungan hidup dan hutan," pungkasnya.
Diberitakan, Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Selatan, Kisworo Dwi Cahyono mengatakan, banjir di Kalimantan Selatan kali ini disebabkan karena 50 persen lahan di Kalimantan Selatan telah beralih fungsi menjadi tambang batubara dan perkebunan sawit.
Menurutnya, curah hujan yang tinggi tidak akan menyebabkan banjir jika luas hutan primer dan sekunder tidak terkikis.
"Dari 3,7 juta hektar luas lahan di Kalimantan Selatan, 1,2 juta hektar dikuasai pertambangan, 620 hektar kelapa sawit," kata Kisworo kepada merdeka.com, Senin (18/1).
Dia memaparkan, 33 persen lahan atau 1.219.461,21 hektar sudah dikuasai izin tambang, sementara 17 persennya atau 620.081,90 hektar sudah dijadikan perkebunan kelapa sawit. Sementara itu, luas hutan sekunder 581.188 hektar dan luas hutan primer hanya 89.169 hektar.
"15 persen atau 234,492,77 hektar IUPHHK-HA (Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam) dan 6 persen atau 567.865,51 hektar IUPHHK-HT (Hutan Tanaman). Hutan sekunder hanya 89.169 hektar, hutan primer 581.188 hektar," ujarnya.
"Sisa lahan hanya 29 persen," ungkap Kisworo.
Oleh sebab itu, dia mendesak pemerintah untuk untuk mengevaluasi seluruh izin-izin alih fungsi lahan yang dikeluarkan. Sebab kata dia, alih fungsi lahan telah menyebabkan degradasi hutan. Dia meminta pemerintah untuk berani mencabut izin para perusahaan yang hasil audit nantinya terbukti memicu bencana banjir di Kalimantan Selatan ini.
"Saya mendesak Pak Jokowi untuk memanggil semua pemilik perusahaan, tambang, sawit, dan sebagainya. Kita juga mendesak agar dibuat Satgas atau komisi khusus untuk mereview dan mengaudit semua izin-izin itu," tegasnya.
Kisworo mengatakan, banjir kali ini merupakan banjir terparah sepanjang sejarah. "2006 Kalsel pernah banjir besar juga tapi tidak separah ini. Ini terparah, bukan salah hujan. Sekarang kalau musim hujan, banjir. Musim kering, karhutla," tutupnya.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Meski penurunan sudah cukup signifikan, KLHK tidak memungkiri masih marak penebangan hutan di Indonesia.
Baca SelengkapnyaJokowi menuturkan penebangan pohon di hulu sungai membuat bencana banjir terjadi.
Baca SelengkapnyaSelain ekonomi, nasib 50 juta masyarakat di kawasan pesisir juga dipertaruhkan.
Baca SelengkapnyaDampak besar dari Karhutla pernah dialami Provinsi Sumatera Selatan pada tahun 2022.
Baca SelengkapnyaPerubahan iklim juga berpengaruh terhadap ketahanan air di sebagian besar wilayah Indonesia yang diperkirakan akan mengalami penurunan tingkat curah hujan.
Baca SelengkapnyaKemarau panjang menyebabkan warga puluhan desa di Trenggalek krisis air bersih. Tidak hanya itu, dalam hitungan bulan sudah terjadi 32 kebakaran hutan.
Baca SelengkapnyaKarhutla terparah terjadi di Kabupaten Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Rawas Utara, Ogan Komering Ulu Timur, Banyuasin, dan Musi Banyuasin.
Baca SelengkapnyaKebutuhan air di Jakarta mencapai sekitar 30.000 liter per detik, sedangkan jumlah debit air yang tersedia hanya berada di bawah 20.000 liter per detik.
Baca SelengkapnyaTotal sudah 32.496 hektare lahan yang terbakar sepanjang Januari hingga September 2023.
Baca SelengkapnyaBMKG memprediksi wilayah Sumsel tak akan diguyur hujan hingga 67 hari yang berpotensi memicu bencana kekeringan dan karhutla.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan di Sumatera Selatan semakin meluas. Selain Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Ilir, api mulai bermunculan di Banyuasin.
Baca SelengkapnyaBanjir rob telah berdampak pada 23 desa, 157 fasilitas umum, 6.088 hektare lahan pertanian, dan 44.884 jiwa.
Baca Selengkapnya