PKB Diprediksi Jadi Partai Islam yang Selamat di Pemilu 2019
Merdeka.com - Politik kontemporer di Indonesia diwarnai dengan kebangkitan populisme Islam. Sejak gelombang reformasi, perda-perda syariah diberlakukan di berbagai daerah. Warna Islam semakin menguat dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Tetapi apakah partai-partai Islam berhasil menguasai perpolitikan dalam kontestasi dengan partai-partai nasionalis?
Pada Pemilu 2014 saja hanya PKB yang mampu menembus posisi lima besar. PDIP, Golkar, Gerindra dan Demokrat menjadi juara saat itu. Partai-partai berbasiskan Islam seperti PKS, PAN, dan PPP hanya mampu menempati posisi papan tengah. Terakhir PBB yang mengklaim sebagai pewaris semangat Masyumi gagal meraih kursi di parlemen.
-
Apa isu yang diangkat Prabowo untuk menyerang Jokowi? Prabowo 'menyerang' Jokowi dengan isu penegakan hukum di era Jokowi pertama belum adil.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Bagaimana Prabowo mendapatkan dukungan dari Jokowi? “Dorongan dari Pak Jokowi itu membuat Pak Prabowo Subianto sekarang lebih unggul. Endorse dari Pak Jokowi yang sudah kelihatan itu kan.“
-
Apa klaim Prabowo tentang dirinya dan Jokowi? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan. Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
-
Siapa yang dukung Prabowo? Konferda Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Pro Jokowi (Projo) Sumatera Barat (Sumbar) memutuskan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
"Partai-partai nasionalis cenderung mengalami peningkatan dibanding partai-partai berbasis Islam," kata Direktur Eksekutif Indometer (Barometer Politik Indonesia) Leonard seperti dilansir dari Antara, Sabtu (13/4).
Temuan survei Indometer menunjukkan elektabilitas PDIP naik (25,5 persen), demikian pula dengan Gerindra (14,8 persen). Hanya Demokrat yang turun elektabilitasnya (5,9 persen).
Di antara partai berbasis Islam, PKB mengalami kenaikan (9,2 persen) dan mempertahankan posisi di lima besar. Pada papan tengah, hanya PKS yang naik elektabilitasnya (3,9 persen). PAN turun elektabilitasnya (3,4 persen), begitu pula dengan PPP (3,3 persen). PBB tetap berada pada papan bawah (0,8 persen) dan diprediksi kembali gagal melenggang ke Senayan.
Partai-partai nasionalis lainnya menempati posisi papan tengah, seperti Nasdem (4,3 persen) dan Partai Solidaritas Indonesia (3,8 persen). Lalu ada Perindo (2,0 persen) dan Hanura (1,2 persen). Sisanya terlempar ke papan bawah, yaitu PKPI (0,7 persen), Berkarya (0,6 persen), dan Garuda (0,1 persen). Seperti halnya PBB, partai-partai ini pun sulit untuk dapat lolos ambang batas parlemen.
Dalam peta pemilihan presiden (Pilpres), tokoh-tokoh nasionalis menempati posisi kunci sebagai calon presiden (capres) maupun calon wakil presiden (cawapres). Hanya Jokowi yang didampingi oleh ulama NU Kyai Ma’ruf Amin, sedangkan Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno dibanding tokoh-tokoh Islam yang pernah diusulkan dalam ijtima ulama.
"Pasangan calon (paslon) Jokowi-Ma’ruf sebagai kombinasi nasionalis dan relijius (Islam) unggul dengan elektabilitas 55,6 persen," kata Leonard.
Prabowo-Sandi tertinggal dengan raihan elektabilitas 32,9 persen. Menariknya, Jokowi justru kerap menjadi korban serangan hoaks anti-Islam. Sebaliknya dengan Prabowo yang dituduh mengakomodasi kepentingan kelompok-kelompok pengusung ideologi khilafah.
Karena itu, menurut Leonard, wajar jika mantan presiden SBY melancarkan kritik terhadap kampanye akbar Prabowo-Sandi yang dinilai eksklusif. Demokrat tampak menginginkan warna nasionalis tidak luntur oleh kuatnya label khilafah di kubu Prabowo-Sandi.
"Kubu petahana Jokowi-Ma'ruf lebih elegan dalam mengakomodasi representasi ideologi nasionalis dan Islam," pungkas Leonard.
Survei INDOMETER dilakukan pada 26 Maret–2 April 2019, dengan jumlah responden 1280 orang mencakup seluruh provinsi di Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan secara acak bertingkat (multistage random sampling), dengan margin of error ±2,98 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo mendapatkan dukungan sebesar 33,7 persen di Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaSuara Prabowo Subianto diduga bisa gembos karena ditinggal PKB
Baca SelengkapnyaSementara elektabilitas PDIP dan Gerindra berada di bawah PKB.
Baca SelengkapnyaPrabowo diasosiasikan sebagai bacapres yang paling direstui Jokowi.
Baca SelengkapnyaSetidaknya ada tiga faktor yang membuat elektabilitas Prabowo-Gibran mendominasi kota yang terkenal dengan kesenian reog tersebut.
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca SelengkapnyaDukungan Prabowo-Gibran dari pemilih berbasis agama ada peningkatan dari pemilih beragama Islam dari 43,2 persen menjadi 47,6 persen.
Baca SelengkapnyaPrabowo banyak mendapat imbas positif dari efek Jokowi.
Baca SelengkapnyaDari Oktober 2023, elektabilitas PDI Perjuangan mengalami penurunan dari 20,8 persen, lalu 19,7 persen dan 19,1 persen di Desember 2023
Baca SelengkapnyaPartai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia menolak wacana Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bergabung dengan pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaSekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, menilai pemilihan umum (Pemilu) 2024 bukan sekedar Jokowi effect.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca Selengkapnya