Plus minus 3 cawapres Jokowi
Merdeka.com - Tak terasa laga Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2014 sudah dekat. Itu tandanya publik harus semakin cermat memilih calon presiden (capres) Indonesia baru pada Juli mendatang.
Salah satu sosok fenomenal capres yang terkemuka saat ini adalah Joko Widodo ( Jokowi ). Bahkan capres besutan PDI Perjuangan ini disebut-sebut bakal melenggang dengan mulus menjadi pengganti Susilo Bambang Yudhoyono ( SBY ).
Usai Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) lalu, PDIP berhasil menempati posisi paling tinggi dibanding partai politik lainnya versi hitung cepat. PDIP sesumbar bila ada parpol yang berkoalisi, maka partai asuhan Megawati Soekarnoputri ini enggan untuk bagi-bagi kursi menteri.
-
Siapa saja yang mendampingi Jokowi? Jokowi tampak didampingi Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
-
Siapa Ajudan Presiden Jokowi? Kapten Infanteri Mat Sony Misturi saat ini tengah menjabat sebagai ajudan Presiden Joko Widodo.
-
Siapa yang mendampingi Jokowi saat mencoblos? Jokowi didampingi Ibu Negara Iriana mencoblos capres-cawapres, caleg DPR RI, DPD RI, dan DPRD Kota Jakarta.
-
Siapa yang usulkan Jokowi jadi pemimpin? Usulan tersebut merupakan aspirasi dan pendapat dari sejumlah pihak.
-
Siapa yang daftar capres cawapres? 'Pada hari Sabtu sore, kami telah mendapatkan surat, menerima surat pemberitahuan rencana pendaftaran partai koalisi, atau gabungan partai politik dari Partai NasDem, Partai PKB, dan Partai PKS,' kata Ketua Divisi Teknis KPU RI Idham Holik dalam konferensi pers di KPU RI, Jakarta Pusat, Senin (16/10).
-
Siapa yang disebut sebagai timnya Jokowi? 'Prabowo-Gibran serta koalisi Indonesia maju, kami terang-terangan dan tidak malu-malu dan tidak mencla-mencle. Kami adalah timnya Pak Joko Widodo dan Anda tahu saya sekian tahun adalah lawan Pak Jokowi. Dua kali saya kalah (dari Jokowi),'
Bahkan pendamping Jokowi sebagai cawapres masih menjadi tanda tanya besar. Beberapa pengamat dan survei masyarakat juga sudah menyandingkan Jokowi dengan jagoan-jagoan dari parpol lain.
Ada tiga nama yang muncul, tetapi mereka mempunyai latar belakang yang berbeda-beda, dan tentunya punya kelebihan kekurangan yang berbeda pula.
Berikut plus minus tiga sosok cawapres Jokowi seperti dirangkum oleh merdeka.com:
Jusuf Kalla
Publik tentunya sangat mengenali dengan sosok yang satu ini, Jusuf Kalla atau kerap disebut JK. Pada periode 2004-2009, politisi Partai Golkar ini sempat menjadi cawapres dari pemerintahan SBY. Namun pada akhirnya JK harus digantikan oleh Boediono.Berdasarkan survei yang dikeluarkan oleh Pusat Data Bersatu (PDB), JK berpeluang kembali menjadi cawapres mendampingi Jokowi. Apalagi dari hasil survei yang telah dilakukan PDB menyebutkan bahwa pasangan Jokowi-JK paling diminati rakyat. Rakyat pun menilai JK pantas menjadi pendamping Jokowi karena dinilai sudah berpengalaman ketika pernah mendampingi SBY."Pasangan Jokowi dan JK memiliki elektabilitas paling tinggi dibandingkan pasangan lainnya. Namun masih banyak publik yang belum menentukan pilihannya," kata Pendiri PDB, Didik Junaidi Rachbini beberapa waktu lalu.Namun lain halnya dengan analisa yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemilih Indonesia (LPI). Pasangan Jokowi-JK dinilai tak cocok karena tiga hal.Menurut Direktur Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) Boni Hargen, JK pernah menjadi bagian dari pemerintahan Presiden SBY. Menurut dia, ketika JK menjabat wakil presiden, PDIP babak belur digebuk."Dibongkar semua dan sasarannya kader PDIP," kata Boni.Apalagi, dia menambahkan, saat JK menjadi wapres, posisi PDIP adalah oposisi. Sehingga ia menilai motivasi JK ingin menjadi cawapres Jokowi dicurigai untuk mencari kekuasaan.Berikutnya, Boni menyebut, bahwa perusahaan yang bernaung di Kalla Grup, itu membesar ketika JK menjabat wapres dan ketua umum Partai Golkar. Boni khawatir ketika nanti JK jadi wapres bisa lebih dominan dari presidennya.Terakhir, Boni menegaskan bahwa JK masih resmi sebagai petinggi Partai Golkar. Boni curiga dengan JK ingin jadi cawapres bisa menjadi pintu masuk Golkar ke dalam kekuasaan. "Saya kira Golkar perlu belajar jadi oposisi," sebut dia.
Mahfud MD
Wacana pasangan Jokowi-Mahfud MD ini mencuat hebat ketika Politikus PDI Perjuangan Sabam Sirait mengatakan akan menyampaikan kepada Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri untuk menyandingkan bakal calon presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan tokoh NU.Menurut Sabam, wacana pasangan capres-cawapres dari nasionalis dengan nahdliyin (Islam) bukanlah tak mungkin. Sebab secara historikal politik, NU memberi andil besar dalam membangun bangsa Indonesia sejak sebelum zaman kemerdekaan."Seingat saya kalau seandainya Presiden Soekarno saat itu tidak dekat dengan tokoh-tokoh NU, mungkin saja Pak Soekarno dekat dengan PKI yang justru ingin merongrong keutuhan NKRI," kata Sabam.Di tempat yang sama, KH Salahuddin Wahid menyatakan, NU sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia selalu memperhatikan dan berusaha berkontribusi untuk bangsa.Gus Sholah, begitu akrab disapa, menegaskan sejumlah tokoh NU mempunyai kemampuan untuk diberi amanah memimpin Indonesia. Namun, melihat kondisi Indonesia yang karut marut di bidang penegakan hukum, Ia menilai mantan Ketua MK Mahfud MD dinilai orang tepat untuk mendampingi Jokowi."Sebenarnya kalau tokoh NU yang banyak, tapi melihat kebutuhan saat ini kan soal penegakan hukum. Nah, di NU kita punya Pak Mahfud yang integritasnya sudah tak diragukan lagi dalam menegakkan hukum, terutama ketika memimpin MK," tutup Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur itu.Namun tingkat elektabilitas Mahfud masih rendah dibanding Wiranto, Djoko Suyanto bahkan Aburizal Bakrie.
Ryamizard Ryacudu
Selain Jusuf Kalla dan Mahfud MD, sosok ini tiba-tiba juga muncul diwacanakan untuk menjadi cawapres Jokowi. Salah satu pendiri PDIP, Gunawan Wirosaroyo mengusulkan agar Jokowi dipasangkan dengan tokoh dari unsur TNI. Unsur TNI tersebut diperlukan untuk melengkapi Jokowi yang dari unsur sipil."Kalau suara dari para sesepuh di sini ada beberapa nama. Salah satunya tokoh dari TNI. Yang dekat dengan partai ya Ryamizard Ryacudu," kata Gunawan di Karanganyar beberapa waktu lalu.Menurut Gunawan, mantan Kepala Staf TNI AD yang sempat dicalonkan Presiden Megawati menjadi Panglima TNI tersebut memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Sosok tersebut sangat diperlukan Jokowi untuk memimpin Indonesia.Namun sayangnya wacana Gunawan itu hanya ditanggapi biasa saja oleh Ryamizard. Dia terkesan belum secara gamblang memperlihatkan ketertarikannya untuk melenggang bersama Jokowi di pemerintahan."Jabatan (cawapres) itu bagi saya tidak penting, kerja yang penting. Dulu saya sudah keputusan presiden sebagai Panglima TNI tapi tidak jadi dilantik, saya tidak masuk rumah sakit jiwa," ujar dia di kantor DPP Perhimpunan Gerakan Keadilan (PGK), Jl Tebet Timur Dalam, Senin (14/4).Dia mengungkapkan ada dua tugas utama menjadi pemimpin. Di antaranya, dapat menyatukan yang dipimpin menjadi merasa aman dan menyejahterakannya.
(mdk/ded)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dalam beberapa kesempatan, Jokowi menegaskan mendukung semua calon presiden.
Baca SelengkapnyaTaslim menilai gestur Presiden Joko Widodo ini adalah bentuk dukungan kepada tiga calon presiden.
Baca SelengkapnyaAnies yang duduk tepat depan Jokowi terlihat semringah. Sementara Ganjar dan Prabowo sesekali tersenyum.
Baca SelengkapnyaNama Budiman muncul setelah menemui Prabowo di kediaman Kartanegara IV, Jakarta Selatan, Selasa (18/7).
Baca SelengkapnyaPanel mengatakan ada tiga nama bakal calon wakil presiden potensial yang diusulkan oleh Relawan Projo maupun Relawan Prabowo 08.
Baca SelengkapnyaHasto pun mengaku, jika Megawati Soekarnoputri tengah melakukan kontemplasi serta pengkajian.
Baca SelengkapnyaHal ini disampaikan Puan saat ditanya soal arah dukungan Jokowi di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Baca SelengkapnyaPlus satu yang dimaksud bukan partai, melainkan Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaPrabowo, Ganjar dan Anies hadir duduk satu meja bersama Jokowi
Baca SelengkapnyaPKB menyebut, jika cawapres menjadi faktor penentu pendongkrak elektabilitas capres.
Baca SelengkapnyaNamun Jokowi enggan mengomentari kekecewaan PDIP kepadanya.
Baca Selengkapnya