Pola Megawati Memilih Cawapres: Tua, NU dan Luar Jawa
Merdeka.com - Ketua Majelis Pertimbangan Dewan PPP Muhammad Romahurmuziy (Rommy) mengamati pola Ketum PDIP dalam menentukan cawapres. Menurutnya, cawapres yang dipilih Mega identik dari kalangan NU, berusia tua dan berasal dari luar Jawa.
Rommy menilai, tak menutup kemungkinan kriteria serupa yang bakal dijadikan menjadi cawapres untuk Ganjar Pranowo. Dia menyebut, cawapres untuk Ganjar tak hanya berhenti di nama Sandiaga Uno dan Erick Thohir seperti keinginan Presiden Joko Widodo.
"Saya pribadi mengamati Bu Mega itu memiliki konsistensi pola, itulah kenapa nama tidak berhenti untuk cawapres ini hanya di Erick dan Sandi yang memang sudah sejak lama di dorong Pak Jokowi menjadi cawapres Mas Ganjar. Bahkan belakangan sudah berkembang ya Ganjar atau Prabowo," kata Romi saat berbincang dengan merdeka.com, Selasa (13/6).
-
Kenapa Megawati terkenal? Performa gemilang dan kecantikan di Korea, jadi perbincangan! Bikin Bangga Indonesia Pasalnya pevoli putri asal Jember yang saat ini bergabung dengan tim Red Sparks, Korea Selatan ini, menunjukan performanya dalam mencetak poin di lapangan menuai banyak pujian Pada dua permainan sebelumnya, Megawati mendapatkan MPV usai mencetak 31 poin dan membawa kemenangan untuk timnya.
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Dimana Megawati lahir? Lahir di Jember Megawati, seorang atlet berbakat, lahir di Jember, Jawa Timur.
-
Kapan Megawati lahir? Megawati Hangestri lahir pada 20 September 1999 di Jember, Jawa Timur.
-
Siapa yang direkomendasikan oleh DPP PDIP sebagai calon wakil wali kota? Putri politisi senior PDIP Aria Bima, Sukma Putri Maharani, mengaku legowo dan menerima keputusan DPP PDIP yang merekomendasikan Bambang Nugroho (Bambang Gage) sebagai bakal calon wakil wali kota mendampingi Teguh Prakosa di Pilkada Solo di Pilkada Solo 2024.
Rommy cerita pada tahun 2001 saat Megawati memilih Hamzah Haz menjadi cawapresnya. Padahal, kala itu ada pilihan lain politisi yang sama seniornya dari partai Golkar yaitu Akbar Tanjung. Sama halnya pada Pilpres 2004, Mega ketika itu memilih sosok Hasyim Muzadi.
"Waktu itu beliau memerintahkan PDIP mendukung Pak Hamzah, apa karakter Pak Hamzah itu? NU, tua, luar Jawa. 2004 Kali beliau memilih Pak Hasyim Muzadi, NU, tua, luar Jawanya enggak. Tapi NU tua," kata Rommy.
Dia melanjutkan, pola itu berlanjut pada Pilpres 2014, dimana Mega memilih Jusuf Kalla untuk mendampingi Jokowi. Pada 2019, putri Soekarno itu juga menjatuhkan pilihannya kepada Ma'ruf Amin untuk dipasangkan dengan Jokowi di detik-detik terakhir.
"2014 Beliau memilih Jusuf Kalla untuk mendukung Pak Jokowi, NU, tua, luar Jawa. Keempat, Kiai Ma'ruf NU, tua, luar Jawa, karena kiai Ma'ruf itu orang Banten bukan orang Jawa," tuturnya.
"Jadi ada konsistensi pola disini yang saya baca bahwa Bu Mega hari ini bukan berbeda dengan Bu Mega 20 tahun lalu," ungkap Rommy.
Rommy menuturkan, jika berdasarkan konsistensi pola itu, figur potensial untuk mendampingi Ganjar adalah Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar.
"Alternatif yang memang mungkin karena kalau mengacu ke konsitensi pola itu NU tua, luar Jawa, Pak Nasar salah satu figur eminent dilingkungan besar pengurus NU," katanya.
Selain Nasaruddin, nama potensial lain adalah Anggota Wantimpres Muhammad Luthfi Bin Yahya. Menurutnya, koalisi PDIP-PPP memang berharap dukung dari gerbong NU.
"Kalau memang Jawa itu seperti halnya Kiai Hasyim Muzadi diambil akan menjadi pola maka ada nama lain misalnya Habib Luthfi, beliau Ketua Jamiyah Ahlit Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyah karena tujuan kami ini menggandeng tokoh NU itu kan berharap dukungan gerbong NU yang memang tidak pernah solid," tuturnya.
Meski begitu, Rommy melanjutkan, benar atau tidaknya nama-nama alternatif pendamping Ganjar itu terwujud, akan terjawab oleh waktu.
"Hari ini tidak ada yang bisa menebak hati Bu Mega seperti apa jangankan orang lain, inner circlenya saja kalau ditanya tidak ada yang berani menjawab," tutupnya.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PDIP mengakui Khofifah Indar Parawansa, dan Mahfud Md layak dijadikan sebagai cawapres.
Baca SelengkapnyaMegawati mengatakan ada sisi lain dalam diri Mahfud. Salah satunya menjadi pembela wong cilik.
Baca SelengkapnyaSaid menyebut Megawati memiliki ikatan batin yang kuat dengan Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaNama bacawapres Ganjar akan diumumkan pada Rabu (18/10) pukul 10.00 WIB di DPP PDI Perjuangan.
Baca SelengkapnyaTGB juga merupakan sosok ulama yang nasionalis, hal itu sejalan dengan pemikiran partai Perindo dan ingin mewujudkan cita-cita untuk bangsa Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaid meminta komitmen semua kader dan pengurus DPC PDIP di Jatim untuk bersungguh-sungguh memenangkan Risma
Baca SelengkapnyaKeputusan deklarasi pendamping Ganjar itu menyusul Mahkamah Konstitusi (MK) yang telah memutuskan batas usia capres dan cawapres pada Senin (16/10) kemarin.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDI Perjuangan Said Abdullah melontarkan statement terkait potensi Ganjar Pranowo berpasangan dengan Anies Baswedan di Pilpres 2024 mendatang.
Baca SelengkapnyaMahfud MD menegaskan dirinya bukan seorang Nahdlatul Ulama (NU) naturalisasi.
Baca SelengkapnyaSekjen PDIP memastikan nama calon Cawapres Ganjar telah ada.
Baca SelengkapnyaMegawati mengumumkan Mahfud di kantor DPP PDIP....
Baca SelengkapnyaHashim mengatakan tokoh yang ideal berpasangan dengan Prabowo berasal dari Nahdlatul Ulama (NU).
Baca Selengkapnya