Politikus wanita sering dapat komentar seksis dari lawan politik
Merdeka.com - "Untuk menghentikan kekerasan terhadap perempuan dan menciptakan kehidupan publik yang lebih adil bagi perempuan, kebijakan dan anggaran negara yang adil gender adalah sebuah keharusan."
Hal itu diungkapkan oleh anggota DPR RI, Irine Yusiana Roba Putri, di Forum of Women Parliamentarians di sela-sela Sidang Inter-Parliamentary Union (IPU), di Jenewa, Swiss (23/10/2016).
Sebagai contoh, DPR RI saat ini sedang dalam proses legislasi UU Keadilan dan Kesetaraan Gender dan UU Penghapusan Kekerasan Seksual yang bertujuan salah satunya memberi perempuan kemudahan saat melaporkan kekerasan kepada pihak kepolisian.
-
Kenapa KPID DKI Jakarta anggap perempuan penting di dunia penyiaran? Ketua KPID DKI Jakarta Puji Hartoyo mengatakan, perempuan adalah garda terdepan bagi kehidupan di masyarakat. Karena itu, perannya dalam dunia penyiaran sangat dibutuhkan. 'Perempuan adalah dermaga dan taman ilmu bagi anak-anak untuk tumbuh kembangnya, maka perempuan ini memegang peranan yang sangat penting bagi keluarga dan kehidupan Masyarakat dari dampak penyiaran.' ucapnya.
-
Siapa yang mengkritik pernyataan Kartika Putri? Pernyataan kontroversialnya tentang mengaji menyebabkan dia menjadi sasaran cibiran netizen.
-
Apa pernyataan kontroversial Kartika Putri? Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, Kartika Putri menjadi viral karena mengusulkan ide adanya adu mengaji antara calon presiden (capres).
-
Siapa yang berpartisipasi dalam Kongres Perempuan Indonesia? Perempuan dari berbagai organisasi berkumpul untuk mendiskusikan isu-isu penting, seperti perdagangan anak, pernikahan dini, serta peningkatan akses terhadap kesehatan dan pendidikan.
-
Siapa wanita tersebut? Wanita tersebut, berpostur sekitar 155 sentimeter diperkirakan hidup bersama suaminya pada abad ke-9.
-
Bagaimana Ratu Sinuhun memperjuangkan kesetaraan perempuan? Dalam undang-undang yang disusun oleh Ratu Sinuhun ini sangatlah tegas dan tertata begitu baik. Hampir seluruh bab undang-undang itu tak jauh dari kehidupan sehari-hari seperti aturan kaum, adat bujang gadis dan kawin, serta lainnya.
"Terkait anggaran, karena perempuan memiliki kebutuhan yang berbeda dari laki-laki, maka perempuan harus memiliki akses terhadap fasilitas yang sesuai. Selama ini, kebijakan publik kita sangat maskulin, dan semua fasilitas publik masih dominan dipandang dari sudut dan kebutuhan laki-laki. Kebijakan dibuat, diawasi, dan dilaksanakan oleh laki-laki, dan perempuan kurang mendapat tempat di sini," tambah Irine Yusiana yang juga anggota Badan Kerjasama Antar-Parlemen (BKSAP) DPR RI.
Sementara itu, delegasi dari negara lain menyatakan bahwa kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan dalam politik bukanlah mitos. Angka ini masih sangat besar, seperti ditunjukkan oleh survei IPU terhadap 55 anggota parlemen perempuan dari 39 negara.
Survei IPU itu mengungkapkan, sebanyak 82 persen politikus perempuan mengalami kekerasan psikologis, sementara 44 persen mengalami ancaman kekerasan, dan 65 persen dari mereka pernah mendapat komentar bernada seksis terutama dari kompetitor atau parpol lain.
IPU yang seluruhnya diikuti oleh 138 negara berkomitmen memastikan perempuan bisa berpartisipasi sama dalam politik. Sidang IPU ke-135 tahun ini berlangsung pada 23-27 Oktober di Swiss, dengan topik meningkatkan peran anggota parlemen dalam mengatasi pelanggaran hak asasi, terutama kekerasan terhadap perempuan.
Delegasi dari negara lain juga menyoroti kekerasan terhadap kaum minoritas dalam politik, baik minoritas menurut agama, ras, maupun orientasi seksual. Hal lain yang diangkat adalah kekerasan dalam politik dapat juga berupa komentar yang seksis terhadap perempuan. Semua ini tidak boleh dibiarkan karena hanya meminggirkan perempuan.
Pada forum ini, semua delegasi parlemen bersepakat bahwa perempuan harus meninggalkan sekat -sekat politik dan bekerja sama menghadapi ketidakadilan terhadap perempuan.
Irine Yusiana menambahkan bahwa, partisipasi perempuan dalam politik telah dan akan terus membuat banyak perbedaan. Perempuan membawa pandangan dan talenta yang berbeda yang memengaruhi pembentukan agenda politik.
"Namun, catatan Komnas Perempuan Indonesia menunjukkan bahwa kandidat perempuan menghadapi lebih banyak ancaman dan intimidasi daripada kandidat laki-laki. Hal ini tidak boleh dibiarkan, dan kami anggota parlemen perempuan berkomitmen mewujudkan politik yang lebih ramah bagi generasi perempuan Indonesia berikutnya," tutup Irine.
(mdk/lia)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dengan semangat Hari Parlemen Indonesia, Novita berharap semakin banyak perempuan di Indonesia yang termotivasi untuk terjun ke dunia politik.
Baca SelengkapnyaAzre mengatakan, pesan Puan tentang perempuan sarat akan makna yang kuat.
Baca SelengkapnyaParlemen Indonesia masih mengalami ketertinggalan untuk kesetaraan gender dengan negara-negara di kawasan ASEAN.
Baca Selengkapnya"Jangan sampai Banten ini jatuh ke lubang yang sama. Kalau jatuh ke lubang yang sama, itu namanya jadi keledai,” ujar Dimyati.
Baca SelengkapnyaPuan mengingatkan, legislator perempuan harus bisa menghadirkan produk legislasi yang pro perempuan.
Baca SelengkapnyaBAP nanti disidangkan dan dituntut oleh jaksa. Adapun proses hukum ini sebenarnya dilakukan untuk capai kebenaran.
Baca SelengkapnyaKekuatan perempuan terletak pada kesabaran, keuletan dan semestinya perempuan lebih mudah populer dibandingkan laki-laki.
Baca SelengkapnyaWarna merah pada kebaya ini melambangkan semangat yang menggelora dalam harmoni Nusantara.
Baca SelengkapnyaSeakan ingin menyerang rivalnya calon gubernur Banten Airin Rachmi Diany, Dimyati justru dinilai merendahkan kaum perempuan.
Baca SelengkapnyaPerempuan tidak boleh lagi sekadar ditempatkan sebagai vote getter
Baca SelengkapnyaMenurut Rocky, rahim adalah milik perempuan dan wanita ialah pihak paling adil.
Baca SelengkapnyaPian mendukung peningkatan kapasitas terkait kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di wilayah Pasifik.
Baca Selengkapnya