Prabowo 'cek ombak' dukungan sebelum deklarasi Capres
Merdeka.com - Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto belum juga mendeklarasikan diri sebagai penantang Joko Widodo di 2019. Meski beberapa DPD dan elite partai gembor-gemboran mendukung eks Danjen Kopassus itu untuk kembali maju di Pilpres.
Secara paralel, eks Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo mulai dekati Gerindra untuk mencari kendaraan politik di Pilpres. Peneliti dari Pusat Penelitian Politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro, melihat fenomena ini sebagai cara Prabowo untuk 'cek ombak'. Prabowo disebut ingin merekonfirmasi dukungan oleh Partai dan masyarakat pendukungnya.
"Masih testing water, menurut saya ini Pak Prabowo merekonfirmasi dukungan internal," ujar Zuhro kepada Merdeka.com, Minggu (1/4).
-
Siapa yang mendukung Prabowo di Pilkada? Prabowo tak mempermasalahkan jika rekan satu koalisi harus bersebrangan saat Pilkada.
-
Siapa yang dukung Prabowo? Konferda Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Pro Jokowi (Projo) Sumatera Barat (Sumbar) memutuskan mendukung Prabowo Subianto sebagai calon presiden pada Pilpres 2024 mendatang.
-
Apa yang dideklarasikan Prabowo? Forum Rektor Indonesia menyerukan pelaksanaan Pemilu 2024 yang aman dan damai pada suatu deklarasi di Makassar, Sabtu (3/2).
-
Siapa saja yang mendukung Prabowo? Prabowo mengungkapkan, dirinya dan Gibran didukung sederet tokoh nasional. Mulai dari mantan Kapolri hingga Habib Luthfi.
-
Siapa yang mendukung Prabowo di Pilpres 2019? Prabowo diusung oleh Koalisi Indonesia Adil Makmur dan Jokowi didukung Koalisi Indonesia Kerja.
-
Kenapa Prabowo sebut koalisi tak terbentuk? Ini daftar tamunya panjang banget, jadi harus saya sebut satu-persatu. Kalau enggak disebut koalisi tak terbentuk,' kata Prabowo, disambut tawa oleh para tamu yang hadir.
Prabowo tak kunjung deklarasi, menurut Zuhro, tengah menghitung kombinasi dukungan. Apakah itu ke internal, publik ataupun ke partai yang akan berkoalisi. Dia masih menimbang apa akan maju, atau malah mengusung calon lain, misalnya Gatot.
"Dia kombinasi ke internal partai dan dengan apa kata publik dan menghitungkan peran partai koalisi apa kehendaknya. Memang tidak mudah bukan hal yang ringan mengerucutkan," kata Zuhro.
Menurut Zuhro hal inilah yang sangat membedakan iklim politik 2014 dan 2019. Saat ini, partai-partai yang akan berkoalisi tengah melakukan hitungan matang. Tidak seperti yang lalu, partai setelah menyatakan koalisi, langsung menetapkan siapa-siapa yang akan maju.
"Politik masih cair, ini yang membedakan 2014 dengan 2019, 2014 ketika partai bergabung tidak makan waktu lama untuk menentukan pasangan," kata dia.
Selain itu, Zuhro melihat kritikan yang dilontarkan Prabowo untuk pemerintah sebagai sesuatu wajar di tahun politik. Mantan Danjen Kopassus itu, memanfaatkan momentum Pilkada serentak untuk berkontestasi.
"Ini tahun politik wajar kalau partai mulai kontestasi dan kontestasi dimulai melalui pilkada itu," ujar Zuhro.
Pilkada serentak ini melibatkan 171 daerah. Menurut Zuhro, wajar apabila hal ini dimanfaatkan untuk mengeruk modal dukungan untuk 2019 nanti.
"Pilkada ini termasuk lumbung suara," imbuhnya.
Zuhro melihat, pertarungan sesungguhnya setelah dimulainya kampanye setelah pendaftaran pada Agustus mendatang. Setelahnya, barulah kelihatan hitungan survei kans kemenangan para calon. Menurut dia elektabilitas survei belakangan, belum begitu berarti, sebab wajar Jokowi sebagai petahana selalu di atas Prabowo.
"Apakah ada fluktuasi, endingnya kemana dukungan banyak ke mana," ucapnya.
Sementara itu, Zuhro melihat kritik Prabowo tersebut perlu ditanggapi biasa saja. Jika memang dipermasalahkan, kebenaran data yang dijadikan bahan kritik perlu diperdebatkan kebenarannya.
"Yang masalah apakah disampaikan masuk akal, ada data empiriknya. Kalau tidak, masyarakat tak akan percaya, kalau iya tentu menimbulkan pro kontra. Ini tahun politik, memang Gerindra ini partai oposisi. Dia harus kontrol sepanjang kebijakan itu dinilai tidak bermanfaat," jelasnya.
(mdk/eko)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Prabowo tidak menepis ataupun membenarkan terkait kabar pertemuannya dengan Gibran dan Jokowi di Istana.
Baca SelengkapnyaBukan hanya Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang berpeluang jadi cawapres Prabowo
Baca SelengkapnyaPrabowo berseloroh soal cawapres usai penyerahan motor listrik kepada anggota TNI-Polri di Kementerian Pertahanan.
Baca SelengkapnyaDjarot menyebut Capres Ganjar dan pasangannya akan mendaftarkan diri ke KPU pada 19 Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaKetika ditanya nama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presidennya, Prabowo tidak menjawab.
Baca SelengkapnyaPKB menyebut, jika cawapres menjadi faktor penentu pendongkrak elektabilitas capres.
Baca SelengkapnyaPrabowo juga akan menemui Jokowi setelah mendapatkan usulan Golkar agar menggandeng putranya menjadi calon wakil presiden.
Baca SelengkapnyaNamun, Gerindra mengakui sudah berkomunikasi dengan kubu 01 dan 03.
Baca SelengkapnyaDasco tidak mengetahui parpol mana saja yang sudah mengusulkan nama menteri untuk pemerintahan Prabowo-Gibran Rakabuming Raka.
Baca SelengkapnyaDemokrat hanya mendorong Prabowo untuk mencari sosok cawapres yang bisa bawa kemenangan
Baca SelengkapnyaPBB mengusulkan nama Gibran Rakabuming Raka, sampai banyak organisasi relawan yang mengusulkannya.
Baca Selengkapnya