Prabowo harus segera pastikan koalisi agar tiket pilpres aman
Merdeka.com - Ketua Umum Prabowo Subianto tengah melakukan safari politik ke berbagai daerah. Di sejumlah daerah yang didatanginya, Prabowo kritis menyampaikan kritikannya kepada pemerintah dalam pidato politiknya.
Namun, hingga kini Prabowo belum juga memastikan apakah akan maju di Pilpres 2019 atau tidak. Deputy Director INTRANS, Endang Tirtana menilai ketidakpastian pencalonan Prabowo oleh Gerindra membuka ruang manuver politik di tubuh koalisi oposisi.
"Munculnya nama Gatot Nurmantyo, Anies Baswedan, Agus Harimurti Yudhoyono, Muhaimin Iskandar, membuat konfigurasi politik semakin dinamis. Pasalnya Undang-undang Pemilu mensyaratkan jumlah 20 persen suara parpol untuk mengusung capres dan cawapres," katanya dalam siaran pers, Kamis (5/4).
-
Apa yang dilakukan Prabowo di Sumbar? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi. Kedatangan Capres nomor urut 2 itu disambut seluruh pengurus daerah Sumbar Partai Koalisi Indonesia Maju (KIM).
-
Bagaimana Prabowo berkampanye? Prabowo bakal menghadiri Waktunya Indonesia Maju di Sentul International Convention Center (SICC)
-
Kenapa Prabowo berziarah ke Banyumas? 'Saya kan keturunan Banyumas. Sudah adat kita, tradisi kita, kalau kita berziarah ke sana. Kita tengok leluhur kita dengan datang ke pemakamannya,' kata Prabowo dikutip dari Liputan6.com.
-
Kapan Prabowo mengunjungi Sumbar? Calon Presiden (Capres) nomor urut 2 Prabowo Subianto tiba di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) Padang Pariaman pada Sabtu (9/12) pagi.
-
Di mana Prabowo meninjau Istana? Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto melakukan kunjungan kerja ke Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kecamatan Sepaku, Kalimantan Timur, Senin (18/3).
-
Bagaimana Prabowo mempersiapkan lawatan internasional? Sejak hari Senin, 28 Oktober, Presiden Prabowo telah mengadakan retreat Kabinet Merah Putih di Akademi Militer Magelang. Setelah itu, beliau melanjutkan dengan serangkaian rapat koordinasi di Istana Kepresidenan. Pertemuan ini melibatkan menteri, wakil menteri, dan kepala badan untuk membahas program-program prioritas yang harus dilaksanakan dalam waktu dekat.
Menurutnya, dengan hanya berbekal suara 11,81 persen, Gerindra harusnya agak khawatir dengan munculnya nama-nama baru tersebut. Dia mengatakan, Gerindra butuh paling sedikit 9 persen untuk bisa mencalonkan capres dan cawapres. Dengan hanya didukung oleh PKS (7,59 persen) atau hanya didukung oleh PAN dengan suara 7,59 persen, posisi Gerindra tidak sekuat Jokowi dengan PDIP yang mengantongi suara 18,95 persen.
"Gerindra bisa ditinggalkan setiap saat oleh partai-partai di sekitarnya. Dengan kebutuhan 9 persen suara, posisi Gerindra sama dengan posisi PKS, PAN, PKB dan Demokrat. PKS tampaknya sudah pasang kuda-kuda dengan berbagai skenario, PKB sedang berputar-putar dengan mencalonkan Muhaimin Iskandar sebagai cawapres, begitu juga Demokrat masih menunggu sinyal kuat dari PDIP mengenai tempat terbaik untuk AHY. Sementara di antara koalisi pendukung pemerintah, hanya PKB yang tampaknya punya peluang berpaling ke poros lain," katanya.
Sementara, lanjut dia, di tubuh koalisi oposisi PKS sudah meluncurkan 9 nama yang akan diusung sebagai capres dan cawapres. Selain itu, kata dia, Demokrat juga sedang 'menikmati' popularitas AHY dan modal suara 10,9 persen.
"Gerindra harus benar-benar memastikan PAN dan PKS tidak berpaling, dan itu bukan dengan menimbang elektabilitas Prabowo melawan Jokowi, apalagi menunggu untuk memilih apakah mengusung Prabowo, Gatot atau Anies," katanya.
Menurutnya, Prabowo harusnya lebih dulu menyapa partai koalisi sebelum berkeliling menyapa rakyat. Terlalu lama berkeliling sebelum memastikan angka 20 persen aman untuk tiket Pilpres cukup berisiko.
"Simpul dan simbol oposisi hanya ada pada Prabowo, tanpa Prabowo sulit mengkonversi suara oposisi menjadi elektabilitas. Prabowo adalah simbol oposisi, begitu juga Jokowi adalah simbol pendongkrak elektabilitas partai pendukungnya. Tanpa Prabowo maka elektabilitas partai-partai pendukungnya akan menurun. Hanya saja membiarkan partai-partai koalisi Gerindra terlalu lama menunggu akan membuka ruang manuver semakin kuat. Apalagi jika kubu Jokowi juga meningkatkan komunikasi, lobby dan tekanan ke partai-partai pendukung Prabowo," katanya.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Tutup Masa Kampanye, Prabowo Minta Maaf Sering Bikin Macet
Baca SelengkapnyaCapres Prabowo Subianto meminta tak perlu percaya elit partai politik yang suka menyindir.
Baca SelengkapnyaPrabowo berharap kontestasi Pemilu 2024 ini dijalani dengan fair dan terpenting setiap calon mengedepankan rasa cinta Tanah Air.
Baca SelengkapnyaPrabowo juga miris dengan adanya segilintir orang yang suka caci maki dan membuat masalah
Baca SelengkapnyaPermintaan Prabowo tentu memiliki maksud. Terlebih pendaftaran Pilpres 2024 semakin dekat.
Baca SelengkapnyaMasyarakat sekitar yang datang sejak pagi, mengerubungi jalan sambil meneriakan 'Prabowo presiden'
Baca SelengkapnyaPrabowo menyinggung soal kebocoran data, pemimpin dunia tidak arif hingga program makan siang.
Baca SelengkapnyaPrabowo berharap semua warga Riau yang hadir untuk memilihnya.
Baca SelengkapnyaDia meminta, agar seluruh unsur negara harus menjaga kontestasi politik supaya berjalan jujur dan adil (jurdil).
Baca SelengkapnyaPrabowo sempat menyalami satu persatu peserta rapat yang duduk di baris depan. Mulai dari jajaran TNI, Polri, hingga kepala daerah.
Baca SelengkapnyaPrabowo juga miris dengan peristiwa Iran dengan Israel di mana banyak anak dan perempuan menjadi korban
Baca SelengkapnyaKampanye itu dilakukan Prabowo saat mengambil cuti dari tugas sebagai Menteri Pertahanan (Menhan).
Baca Selengkapnya