Prabowo–Ical, siapa untung siapa rugi?
Merdeka.com - Capres dari Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical menyatakan siap jika menjadi cawapres dari Prabowo Subianto , capres Partai Gerindra . Pernyataan itu semakin mempertegas wacana koalisi Partai Golkar dengan Gerindra .
Hal tersebut mengemuka setelah Ical menyambangi kediaman Prabowo untuk melakukan kembali melakukan komunikasi politik beberapa waktu lalu. Jika ada kesepakatan koalisi, banyak partai lain yang merasa diuntungkan maupun dirugikan.
Bagaimana untung dan ruginya wacana koalisi Gerindra dan Golkar? Dan partai apa saja yang diuntungkan maupun dirugikan? Berikut rangkuman merdeka.com:
-
Siapa yang diuntungkan jika Jokowi gabung Golkar? 'Paling tidak mempengaruhi kekuasaan pasca pilpres atau pileg dan massa transisi kekuasaan ke depan,' sambungnya.
-
Apa peran Golkar dalam koalisi Prabowo? Golkar dan PAN yang menjadi partai pengusung teranyar juga memiliki kandidat yang bisa diusulkan ke Prabowo.
-
Siapa yang diusung Golkar sebagai Cawapres Prabowo? Partai Golkar resmi mengusung Gibran Rakabuming sebagai Cawapres Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
-
Siapa yang Golkar usung jadi cawapres Prabowo? Ia mengatakan, Golkar akan menyodorkan kader terbaiknya Airlangga Hartarto untuk mendampingi Prabowo.
-
Kenapa Golkar dukung Prabowo? “Kenapa Partai Golkar menjatuhkan pilihan kepada Pak Prabowo Subianto? tidak lain, tidak bukan karena Bapak Letnan Jenderal Pak Prabowo Subianto lahir dari rahim Partai Golkar.
-
Apa itu koalisi di bidang politik? Penggunaan istilah 'koalisi' dalam bidang politik ini ternyata dapat merujuk pada sebuah strategi khusus guna meraih kedudukan dalam pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah 'koalisi' memiliki arti kerja sama antara beberapa partai untuk memperoleh suara dalam parlemen.
PDIP diuntungkan
Pengamat politik banyak mengatakan PDIP akan diuntungkan dengan adanya wacana koalisi Prabowo-Ical. Hal tersebut bisa terjadi jika Gubernur DKI Jakarta itu merubah pola kampanyenya. Jika tidak, maka kemungkinan bakal disalib dengan dua capres dari Gerindra dan Golkar ini."Jadi kalau PDIP dan Jokowi tidak bisa kemudian mengubah pola kampanye seperti apa yang terjadi di pileg, bukan tidak mungkin arah angin malah akan berbelok kepada pasangan ini," ujar Pengamat Politik Charta Politika, Yunarto Wijaya, Jakarta, Selasa (6/5).PDIP juga akan diuntungkan jika Partai Demokrat menjatuhkan pilihan koalisinya kepada Jokowi. Sebab, 'kunci bandul' menang atau tidaknya dalam Pilpres masih dipegang kuat di tangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)."Bandul politik saat ini ada di tangan SBY. Perbedaan gap antara Prabowo dan Jokowi selisihnya 16 persen," kata Wasekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan saat dihubungi, Jakarta, Selasa (6/5).Menurut Pohan, kalau misalnya Partai Demokrat dan SBY bandulnya jatuh ke PDIP, akan memudahkan Jokowi untuk memenangkan pertarungan bursa capres. Namun, bila bandul politik SBY jatuh ke Gerindra, potensi kemenangan Prabowo akan semakin tinggi."Potensi dukungan dari SBY, elektabilitasnya 62 persen," tegas mantan wartawan Jawa Pos itu.
PPP sulit berkoalisi dengan Golkar
Salah satu partai yang dirugikan atas kesepakatan Prabowo-Ical yakni PPP. Partai islam berlambang kabah itu mengakui akan sulit berkoalisi dengan Partai Golkar di Pilpres nanti.Saat pertemuan di kediaman Prabowo itu, Ical menghilangkan diri dari radar PPP."Beliau menghilangkan diri dari radar dengan pertemuan kemarin itu karena sudah menyatakan diri akan bersama-sama dengan Gerindra," kata Sekjen PPP Romahurmuziy di Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (6/5).Meski begitu, kata Romi, PPP masih akan menghormati hasil rapat pimpinan nasional (Rapimnas) Golkar. "Tetapi sebagai sebuah pernyataan kita menghargai hasil dari rapimnas Golkar," katanya.
Hanura cari teman koalisi
Dengan adanya deklarasi Ical siap menjadi cawapres Prabowo, Partai Hanura seolah gelagapan mencari teman koalisi. Partai ini mengaku sudah capek menjadi partai oposisi di tiap Pemilu.Untungnya, selama ini Ketua Umum Hanura Wiranto mengaku sudah banyak melakukan lobi politik kepada sejumlah elite partai. Tidak hanya Jokowi, Wiranto juga sudah bertemu dengan Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membahas soal koalisi."Semua sudah. Pak Prabowo, Pak Jokowi, Pak Hatta Rajasa, Pak Anis Matta, bahkan Pak SBY saya temui," kata Wiranto sebelum membuka Rapimnas Hanura di Hotel Sultan, Jakarta, Selasa (6/5).Dia menambahkan, secara khusus Wiranto sudah melakukan komunikasi dengan Ical lebih dari sekali. "Sudah dua kali," ujarnya.Namun Wiranto tidak bisa memutuskan arah koalisi Hanura. Dia menyerahkan hasil akhir di Rapimnas Partai Hanura yang digelar mulai sore ini. "Dari sanalah kami memahami peta politik yang berkembang saat ini," ujarnya.
Poros koalisi SBY bisa makan korban Gerindra dan Golkar
Capres Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Capres Partai Golkar Ical telah sepakat untuk berkoalisi di ajang Pilpres 2014. Ajakan dari masing-masing partai kepada partai lain juga dilakukan. Namun, untuk Partai Demokrat yang terkesan diam, ternyata dinilai memiliki pengaruh besar terhadap dua partai ini. Apalagi jika, partai asuhan SBY itu membentuk poros baru.Andai poros keempat itu benar-benar terwujud, kemungkinan besar akan memakan korban dua partai yang digadang-gadang membentuk poros kedua dan ketiga yaitu Golkar dan Gerindra."Kemungkinan besar kalau poros keempat itu jadi, Golkar dan Gerindra tidak mempunyai kawan koalisi," kata Heri dalam diskusi dengan tema "Membaca Peluang Poros Keempat: Mungkin atau Tidak?" di bilangan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (1/5).Adanya poros keempat bisa terjadi jika peran SBY untuk membentuk poros tandingan itu segera digerakkan. Sebab, dalam pemilihan umum kali ini, menurut Heri ada dua sosok yang memiliki peran penting yaitu Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarno Putri dan SBY sendiri. Di mana peran Megawati, kata Heri sudah dibuktikan dengan mendorong Gubernur DKI Jakarta sebagai calon presiden.Sementara jika poros keempat dibentuk kemungkinan besar partai yang akan mengekor adalah partai yang sudah mengenal betul seluk beluk SBY dan Partai Demokrat."Pengamatan saya kalau SBY bergerak kemungkinan koalisi kedua bisa dilanjutkan. Saya rasa yang bisa membentuk koalisi ini adalah PAN dan PKS," ucapnya.Menurut Heri, kemungkinan PAN dan PKS masuk karena mereka lebih nyaman bersama Partai Demokrat karena sebelumnya bekerja sama di parlemen. Kemudian keduanya sudah sama-sama tahu sikap politik SBY. "Kalau SBY bergerak kemungkinan ini terjadi bisa saja," ujarnya.Kendati demikian, lanjut Heri, dalam perpolitikan apapun bisa terjadi termasuk dalam pembentukan koalisi poros keempat yang digagas Partai Demokrat."Kalau saya membaca politik kemungkinan kedua itu dilanjutkan. Tetapi tentu hitung-hitungan politik itu penting," pungkasnya.
Prabowo-Ical layaknya kartu mati
Banyak pengamat yang menilai koalisi Capres Partai Gerindra Prabowo dan Capres Partai Golkar Ical bukan sebuah berkah melainkan bencana bagi kedua partai tersebut. Wacana koalisi pasangan ini dinilai sebagai kartu mati karena kedua tokoh punya dosa politik masing-masing."Memang pasangan Prabowo-ARB berpotensi menjadi anti-klimaks apabila tidak bisa menanggulangi beberapa persepsi negatif yang muncul," jelas Yunarto dalam keterangan tertulis, Selasa (6/5).Dia menjelaskan, Prabowo-Ical adalah tokoh Orde Baru yang sulit diterima publik. Di samping itu, lanjut dia, keduanya bukanlah kombinasi sosok yang sama-sama diidolakan oleh rakyat. Oleh sebab itu, dia meyakini, bila keduanya jadi berduet maka menjadi keuntungan tersendiri bagi Capres PDIP Joko Widodo (Jokowi)."Di antaranya adalah representasi masa lalu dan kombinasi pasangan tua yang secara tidak langsung akan menempatkan posisi Jokowi sebagai tokoh alternatif dan anti kemapanan," tutur dia."Di sisi lain keduanya memiliki beban masa lalu di level persepsi berkaitan dengan isu penculikan dan lumpur lapindo, yang ketika kemudian terakumulasi, buat sebagian segmen pemilih akan jadi kelemahan yang sulit untuk ditolerir," sambung dia.
Topik pilihan: PAN | Capres Jokowi
PAN tetap diam seribu bahasa
PAN masih diam seribu bahasa untuk menentukan arah koalisi. Meski telah ada deklarasi Prabowo-Ical, partai dibawahi Hatta Rajasa ini masih belum memutuskan partner koalisinya kelak.Ketua DPP PAN Bara Hasibuan menerangkan bahwa partainya memang belum secara resmi memutuskan partner koalisinya, meskipun pembicaraan telah dilakukan oleh berbagai pihak. Ia menyatakan tidaklah mudah dalam menentukan partner koalisi, mengingat perlu adanya kesamaan visi untuk menjawab berbagai tantangan yang akan dihadapi bangsa ke depan. "Banyak hal yang perlu dipertimbangkan dalam memutuskan partner koalisi dan itu bukanlah sesuatu yang mudah. Sebab dalam memutuskan siapa saja partner koalisi, tentu saja akan mempunyai impact terhadap masa depan bangsa, jadi tidak bisa diambil dalam waktu cepat dan terburu-buru," terang Bara Hasibuan dalam rilis yang diterima merdeka.com, Selasa (6/5). "Kami tidak sekadar ingin menang saja, tapi ada hal yang lebih prinsip yang menjadi pertimbangan kami, terutama mengenai kesamaan visi untuk menjawab berbagai tantangan bangsa Indonesia ke depan seperti kemiskinan, keadilan, korupsi, pemerataan dan daya saing," imbuh Bara.Bara menyampaikan koalisi yang akan diputuskan partainya juga tidak lepas dari pencalonan Ketua Umum PAN Hatta Rajasa pada Pilpres mendatang. "Tentu saja membicarakan partner koalisi juga berkaitan dengan tokoh yang akan berdampingan dengan ketua umum kami dalam pemilihan presiden. Kami ingin pendamping Pak Hatta adalah partner yang bersama kami mampu membawa Indonesia ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang.
Kami menyadari bahwa tidak ada kandidat yang sempurna. Karenanya, patokan kami adalah agenda perubahan dan perbaikan untuk meningkatkan kesejahteraan, di samping juga tidak mengesampingkan nilai-nilai demokrasi dan keadilan,"jelas Bara Hasibuan.
(mdk/did)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Koalisi PDIP-Demokrat diprediksi akan mengubah lanskap politik nasional
Baca SelengkapnyaKoalisi gemuk ini diyakini akan mempersulit konfigurasi cawapres untuk dipasangkan dengan Prabowo.
Baca SelengkapnyaGolkar mulanya berharap Prabowo Subianto merestui Airin Rachmi Diany sebagai calon Gubernur Banten.
Baca SelengkapnyaDalam Survei LSI Denny JA, terungkap Golkar lebih memilih merapat ke Prabowo.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar memberikan sinyal bakal ada partai baru yang bergabung ke koalisi Indonesia Maju setelah Prabowo-Gibran menang
Baca SelengkapnyaJK menilai, dukungan ke Prabowo Subianto dilakukan untuk bekerja sama memenangkan Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaPrabowo yang juga merupakan calon presiden (capres) tidak hanya mementingkan Gerindra.
Baca SelengkapnyaPKB tetap ngotot ingin jatah cawapres Prabowo. Golkar dan PAN boleh gabung tapi tidak untuk kursi Cawapres.
Baca SelengkapnyaWakil Ketua Umum Gerindra Habiburokhman melihat peluang kecil Ganjar Pranowo dan PDI Perjuangan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju.
Baca SelengkapnyaGolkar telah melakukan penjajakan koalisi dengan Partai Gerindra sudah lebih lama daripada penjajakan dengan PDI Perjuangan.
Baca SelengkapnyaSeperti diketahui, pasangan Prabowo-Gibran diusung Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, PBB dan PSI di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaKendati demikian, Golkar mengaku tak mengetahui siapa partai politik yang akan bergabung dengan KIM.
Baca Selengkapnya