Pram: Artis butuh Rp 700 juta untuk jadi caleg
Merdeka.com - Iklim demokrasi Indonesia sedang memihak artis. Banyak partai politik meraup simpati masyarakat, dengan memanfaatkan popularitas artis. Tak khayal, sering dijumpai wajah artis terpampang di baleho sebagai calon legislatif.
Politikus Partai Demokrasi Indonesia perjuangan (PDIP) Pramono Anung mengatakan, memanfaatkan kepopuleran artis, merupakan strategi jitu partai politik mendapatkan kursi sebanyak-banyaknya di parlemen. Sebab, artis dinilai cara mendapatkan kekuasaan dengan modal cekak.
"Terlihat gampang, paling murah untuk jadi caleg adalah public figure yang punya modal keterkenalan," kata Pramono di komplek parlemen, Senayan Jakarta, Rabu (16/1).
-
Kenapa konsumen tertarik dengan harga murah? Pada perilaku ini, konsumen gemar mencari diskon. Biasanya mereka akan terpengaruh dengan harga yang murah, juga senang membandingkan harga antar platform e-commerce.
-
Kenapa harga mobil di Prabu Motor Ponorogo murah? 'Harga mobil di sini bisa murah-murah karena perputaran uangnya cepat. Jadi kami menyediakan mobil dengan harga yang terjangkau sesuai kemampuan. Jadi menyesuaikan semua. Tapi kualitas mobil tetap terjaga,'
-
Negara apa yang paling murah? Posisi pertama untuk negara dengan biaya termurah adalah Pakistan.
-
Siapa yang mengadakan pasar murah? Operasi pasar murah beras dan kebutuhan pokok digelar oleh Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Boyolali bekerja sama dengan Bulog Surakarta.
-
Bagaimana cara mendapatkan harga lebih murah? Motor listrik Polytron menggunakan skema sewa baterai buat semua konsumennya. Sistem tersebut membuat harga motor bisa lebih murah dan konsumen tak perlu memikirkan soal kesehatan baterai yang menurun, bisa ditukar dengan yang baru.
-
Mengapa pengusaha rela mengeluarkan biaya besar? 'Setiap kalori harus berjuang untuk hidupnya,' kata Jhonson.
Berdasarkan temuan ilmiah Pramono, seorang artis yang maju Pileg hanya membutuhkan modal sekitar Rp 600 sampai Rp 700 juta, sedangkan seorang yang berlatar belakang aktivis atau kader partai, membutuhkan modal Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar.
Pramono memberi catatan, modal Rp 500 juta untuk aktivis atau kader parpol, itu jika orang tersebut sudah memiliki kedekatan dan keterkenalan di masyarakat. Rajin mengunjungi daerah pemilihannya.
"Saya termasuk yang pengeluaran kecil. Saya di bawah Rp 500 juta," katanya.
Sedangkan untuk seorang berlatar belakang TNI, polisi, atau birokrat, dibutuhkan modal antara Rp 800 juta sampai Rp 1,8 miliar. Untuk pengusaha, membutuhkan Rp 1,8 miliar sampai Rp 6 miliar.
"Paling mahal adalah pengusaha, ini adalah temuan yang ada," kata Pramono. (mdk/did)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut Cak Imin, kompetisi politik sudah semakin pragmatis. Dia ingin pemilihan dikembalikan kepada nilai-nilai dari tujuan berbangsa dan bernegara.
Baca SelengkapnyaElektabilitas bakal menjadi pekerjaan rumah (PR) yang cukup berat.
Baca SelengkapnyaUntuk menjadi calon anggota legislatif (caleg) membutuhkan biaya yang besar.
Baca SelengkapnyaBakal calon presiden Prabowo Subianto bicara mengenai sistem politik yang Indonesia yang terlalu mahal
Baca SelengkapnyaIkhsan pernah melakukan penelitian saat pemilihan Walikota Serang, Banten tahun 2013 dan mendapati salah satu calon membayar Rp5 miliar.
Baca SelengkapnyaPakar Hukum Tata Refly Harun mengatakan alasan Pilkada, Pileg, hingga Pilpres mahal karena pertemuan calon dengan pemilih membutuhkan biaya.
Baca SelengkapnyaSelama kampanye, Verrell mengakui telah mengeluarkan jumlah uang yang cukup banyak. Simak pengakuannya!
Baca SelengkapnyaPramono Anung tercatat memiliki total kekayaan mencapai Rp104,28 miliar.
Baca SelengkapnyaPramono Anung memiliki sejumlah mobil pribadi dengan nilai hingga miliaran Rupiah. Yuk simak!
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto mengaku menjadi seorang pengusaha lebih berat daripada jadi jenderal
Baca SelengkapnyaLaporan Awal Dana Kampanye (LADK) Pramono-Rano Karno Rp100 juta bersumber dari kantong pribadi berdasarkan rilis KPU DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaDi hadapan Ganjar, Eli menceritakan dua anaknya yang lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kesulitan mencari kerja.
Baca Selengkapnya