Presiden RI Cari Penerus: Kisah Era Soekarno hingga Jokowi
Merdeka.com - Presiden Jokowi duduk di sebelah kanan Megawati. Satu meja bersama Puan Maharani, Prananda Prabowo dan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. PDIP sedang punya hajat besar di Istana Batu Tulis Bogor. Mengumumkan calon Presiden dari partai 'banteng'.
Sosok yang ditunggu-tunggu dipanggil Megawati. Dia adalah Ganjar Pranowo. Sambil tersenyum, Ganjar memberi hormat dan membungkukkan badan. Menyalami satu per satu tokoh di hadapannya. Berurutan mulai dari Megawati kemudian Jokowi, Puan lalu Prananda.
Usai Megawati mendeklarasikan Ganjar, Jokowi memberikan pidato. Kepala negara terang-terangan menilai Ganjar adalah sosok tepat sebagai suksesornya. Sebab, menurut Jokowi, Ganjar sosok yang dekat dengan rakyat dan sangat ideologis.
-
Kenapa Ganjar Pranowo dianggap didukung Jokowi? “Ganjar dinilai sebagai capres yang didukung Presiden Joko Widodo pada Pemilihan Umum 2024 nanti,“ Saiful Mujani.
-
Kenapa Jokowi ikut Ganjar kampanye? 'Kalau kemudian Pak Jokowi itu terkesan di belakang Pak Ganjar, Pak Ganjar datang ke Jawa Tengah, lalu Pak Jokowi datang ke Jawa Tengah, ya sebagaimana kata Pak Ganjar, ‘ya itu bagus’,' kata Hasto, saat konferensi pers, di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Selasa (2/1).
-
Siapa yang mengklaim telah menyatu dengan Jokowi? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan.
-
Apa makna blusukan Jokowi dan Ganjar? 'Blusukan ini merupakan cermin, cermin komitmen kepemimpinan untuk turun ke bawah. Dan tidak mudah untuk bisa turun ke bawah apalagi tidur di rumah rakyat,' imbuh Hasto.
-
Siapa yang mendukung Ganjar Pranowo? Eca dan Alam terlihat fokus juga menyaksikan Debat Capres 2024. Keduanya memberi dukungan untuk Ganjar Pranowo dan Mahfud MD.
"Pak Ganjar ini adalah pemimpin yang dekat dengan rakyat selalu turun ke bawah dan sangat ideologis. Saya ingin menegaskan suksesi kepemimpinan nasional secara demokrasi adalah sebuah keharusan," ujar Jokowi.
10 hari berikutnya, Jokowi mengosongkan agenda kenegaraan pada Senin (2/5) malam. Acara malam itu khusus bertemu dengan 6 ketua umum partai koalisi pemerintah.
Mereka yang hadir di antaranya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dan PLT Ketua Umum PPP Mardiono. Tidak tampak Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.
Dibalut acara halalbihalal dan jamuan makan malam, obrolan soal politik dibuka. Jokowi mengakui, pertemuan menyinggung sosok capres yang dibutuhkan Indonesia ke depan.
Kehadiran Jokowi di deklarasi Ganjar dan pertemuanya dengan ketum partai bikin koalisi Perubahan berang. Tokoh-tokoh seperti Surya Paloh, Jusuf Kalla hingga Anies Baswedan blak-blakan Jokowi cawe-cawe urusan Pilpres 2024. Campur tangan Jokowi dalam demokrasi lima tahunan begitu kentara.
"Menurut saya, Presiden seharusnya seperti Ibu Mega, SBY, itu akan berakhir, maka tidak terlalu jauh melibatkan diri," ujar JK usai bertemu Cak Imin.
Sebelum Jokowi, sejumlah Presiden RI terdahulu tercatat pernah bermanuver menyiapkan penerus. Berikut catatannya:
1. Soekarno Siapkan Ahmad Yani
Di penghujung rezim Soekarno, Indonesia mengalami gejolak ekonomi hebat. Gelombang protes terjadi di Ibu Kota. Mendesak Soekarno mundur dari jabatannya. Soekarno segera berpikir soal sosok penerusnya. Salah satu nama yang direncanakan adalah Jenderal Ahmad Yani.
Mantan Wakil Komandan Tjakrabirawa Kolonel Purn Maulwi Saelan berkisah, Ahmad Yani adalah yang paling dekat dengan Bung Karno. Saelan juga menuturkan, Soekarno pernah menyebut kalau Ahmad Yani adalah penggantinya sebagai presiden.
"Bung Karno bicara seperti itu kepada saya. Bung Karno menilai Ahmad Yani adalah sosok penggantinya yang tepat di kemudian hari," kata Saelan saat ditemui merdeka.com pada Jumat (27/9) di Sekolah Al-Azhar Kemang, Jakarta Selatan.
©sumber buku Amelia A.Yani/Achamd Yani Tumbal Revolusi
jauh-jauh sebelumnya, Soekarno juga sudah mendengar persetujuan pihak keluarga Ahmad Yani. Hingga dijadwalkan akan ada pertemuan untuk membahas hal itu lebih lanjut. Dalam penjelasan Saelan, Ahmad Yani dijadwalkan akan menemui Bung Karno di Istana Jakarta pada 1 Oktober 1965.
"Dalam agenda yang kami pegang saat itu, Ahmad Yani akan menghadap. Tapi tidak tahu apa yang akan dibicarakan. Dari penuturan Bung Karno akan Yani sebelumnya, pertemuan itu akan membahas kelanjutan untuk membahas Ahmad Yani sebagai pengganti Bung Karno," ujar saelan lebih lanjut.
Hubungan Yani dan Soekarno mulai dekat ketika Yani menjabat Kepala Staf Gabungan Komando Tertinggi (KOTI) pembebasan Irian Barat sekitar tahun 1963. Yani juga menjadi juru bicara tunggal Panglima Tertinggi soal Irian Barat. Hampir setiap hari dia rapat dengan Soekarno di Istana. Hubungan mereka kemudian memang erat. Setelah menjabat Kasad, hubungan Yani dan Soekarno makin akrab.
"Banyak yang bilang bapak jadi anak emas Presiden Soekarno," kata putri Yani, Amelia A Yani dalam buku Achmad Yani Tumbal Revolusi terbitan Galang Press.
Namun kemesraan itu tak berlangsung lama. Isu Dewan Jenderal dan rumor kudeta Angkatan Darat membuat jarak di antara Soekarno dan Yani.
2. Soeharto Berikan Mandat ke Habibie
21 Mei 1998, tercatat sebagai salah satu momen penting dalam sejarah bangsa Indonesia. Kamis pagi itu, Soeharto menyatakan berhenti dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia. Setelah berkuasa lebih dari 32 tahun.
Pidato pengunduran diri Soeharto dibacakan di Istana Merdeka sekitar pukul 09.00 WIB. Soeharto tumbang oleh gerakan reformasi yang digawangi mahasiswa.
Dengan pengunduran diri ini, Soeharto menyerahkan kekuasaan kepresidenan kepada Wakil Presiden BJ Habibie. "Sesuai dengan Pasal 8 UUD ’45, maka Wakil Presiden Republik Indonesia Prof H BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden Mandataris MPR 1998-2003," ucap Soeharto.
Namun, malam sebelum penyerahan kekuasaan atau tepat 20 Mei 19998 malam, Soeharto bimbang untuk menyerahkan negara ini kepada BJ Habibie. Di mata Soeharto, Habibie adalah kawan dekat, cerdas dan cekatan, tetapi belum 'kuat' untuk menjadi penguasa Indonesia.
©2016 Merdeka.com
Adik Soeharto, Probosutedjo, yang berada di kediaman Jalan Cendana, malam itu, mengungkapkan, Soeharto pada malam itu terlihat gugup dan bimbang.
"Pak Harto gugup dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu," ujarnya.
Mendengar kata-kata Pak Harto ini, konon Habibie sangat tersinggung karena hubungan keduanya lebih daripada sekadar dua sahabat politik.
Entah apa yang membuat Soeharto bimbang untuk memberikan kursi presiden kepada Habibie, namun kini sebagian orang memiliki jawabannya sendiri.
3. Habibie Usulkan Yusril di Pemilu 1999
Jelang Pemilu 1999, pertanggungjawaban BJ. Habibie ditolak oleh MPR. Terjadi pertemuan di rumah BJ. Habibie untuk menentukan siapa yang akan maju sebagai calon presiden.
Sejumlah tokoh menyarankan Habibie tetap menjadi presiden. Tetapi, Habibie menolak ide tersebut. Para tokoh yang hadir seperti Marwah Daud Ibrahim juga menolak maju jadi calon presiden.
Hingga akhirnya, Habibie menyarankan nama Amien Rais. Namun, Amien tidak memberikan keputusan karena harus bertemu Gus Dur terlebih dahulu. Lalu semua orang di sana pun menunjuk Yusril Ihza menjadi calon presiden.
Mendapat dukungan dari berbagai pihak, Yusril pun melengkapi berkas dan mendaftar sebagai calon presiden. Amien Rais yang saat itu menjabat sebagai Ketua MPR mengumumkan tiga kandidat calon presiden, yakni Gus Dur, Megawati, dan Yusril. Namun, Megawati dan Gus Dur tidak menyerahkan berkas. Yusril Ihza Mahendra mundur sebagai salah satu kandidat calon Presiden.
"Jadi saya merasa dikerjain sama Amien Rais, dan saya berkali-kali ngomong seperti ini terbuka dan sampai hari ini Amien Rais tak pernah membantah," kata Yusril Ihza.
4. Gus Dur Dukung Siapapun
Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid punya cerita unik ketika ditanya siapa capres yang didukung. Gus Dur, begitu dia disapa ini bercerita mendukung siapapun yang datang kepadanya jika dirinya tidak bisa jadi Presiden.
Suatu ketika jelang Pemilu 2019, kata Gus Dur, dua tokoh: Soetrisno Bachir (Ketua Umum Partai Amanat Nasional) dan Yusril Ihza Mahendra (Ketua Majelis Syura Partai Bulan Bintang) yang menemuinya. Berniat meminta restu dan dukungan maju Pilpres.
Dikutip dari NUOnline, Yusril pernah mengklaim Gus Dur mendukung dirinya. "Saya cerita pada Gus Dur bahwa saya mau maju sebagai Capres 2009. Pak Dur bilang, ya, bagus. Kalau saya enggak bisa maju, ya, situ yang maju," kata Yusril didampingi Gus Dur di kantor PBNU, di Jakarta, Sabtu (6/9) lalu.
Instagram @sbyudhoyonoachvs dan gemasholawat.com ©2021 Merdeka.com
Gus Dur pun mengaku mendukung Soetrisno ketika bertemu jelang Pilpres. "Kalau saya enggak jadi calon (presiden), ya, saya dukung," kata Gus Dur ketika ditanya wartawan apakah dirinya akan mendukung Soetrisno untuk maju meraih kursi Presiden.
Menurut Gus Dur, dirinya pun selalu menjawab hal serupa jika ditanya apakah dirinya mendukung seorang tokoh untuk maju sebagai presiden.
"Dulu, tahun 2004, Syamsir Siregar juga nanya saya, minta dukungan saya untuk pencalonan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). Saya jawab, saya akan dukung SBY kalau saya enggak jadi calon presiden," ujar Gus Dur.
5. Megawati Pilih Maju Pilpres
Megawati Soekarnoputri menjadi salah satu Presiden RI yang memilih tidak menyiapkan penerus. Setelah mengakhiri tugas Presiden pada 2004, Megawati memutuskan maju lagi pada Pilpres 2024.
Megawati menggandeng Hasyim Muzadi sebagai cawapres. Pasangan Megawati Soekarnoputri dan Hasyim Muzadi didukung PDIP, Golkar, PPP, PBR, PDS, PKPB, dan PNIM.
Pemilu 2004 diikuti oleh 5 pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden. Di antaranya, Wiranto-Salahuddin Wahid, Megawati-Hasyim, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla, Amien Rais-Siswono Yudo Husodo dan Hamzah Haz-Agum Gumelar.
©2023 Merdeka.com
Dua paslon masuk ke putaran kedua, yaitu Megawati-Hasyim head to head dengan SBY-JK. Hasilnya, Megawati-Hasyim kalah dari pasangan SBY-JK dengan perbedaan suara mencolok.
Megawati-Hasyim memperoleh dukungan sebanyak 44.990.704 suara atau 39,38 persen. Sedangkan, pasangan SBY-JK mendapatkan suara sebanyak 69.266.350 atau 60,62 persen.
6. SBY Netral
Susilo Bambang Yudhoyono mengakhiri dua periode jabatan presidennya pada tahun 2014. Pada Pemilu 2014, terdapat dua pasangan capres-cawapres yakni Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Jokowi-JK. Namun, Partai Demokrat tidak menjadi partai yang mengusung salah satu pasangan capres-cawapres.
Sehingga sikap SBY dinilai netral dan tidak melakukan endorse kepada Hatta Rajasa yang merupakan besan SBY. Menjelang Pilkada 2018, SBY mengakui perolehan kursi legislatif Partai Demokrat secara nasional anjlok pada Pemilu 2024 karena Partai Demokrat sedang sulit.
©Rumgapres/Abror Rizki
SBY menegaskan tetap netral tidak mendukung atau membantu salah satu Capres meskipun suara Demokrat jeblok.
"(Tahun) 2014, Partai Demokrat sedang susah waktu itu. Kita bolehlah digempur, elektabilitas menurun drastis, saya tetap konsisten. Netral," kata SBY, Rabu (27/6).
"Tidak perlu ada yang bantu-bantu. Siapapun, termasuk parpol yang saya pimpin, yang benar-benar keadaannya sedang susah waktu itu," sambungnya.
7. Jokowi Terbuka Usung Ganjar
Jokowi secara terbuka menyatakan dukungannya kepada Ganjar Pranowo. Kebersamaan Jokowi-Ganjar sudah ditunjukkan di banyak kesempatan. Mulai dari blusukan menyapa warga hingga satu mobil bersama.
Awalnya endorse untuk Ganjar, Jokowi cenderung melempar kode. Salah satunya saat Jokowi silaturahmi dengan relawan di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu 26 November 2022. Sosok pemimpin ideal bisa dilihat dari rambut dan wajahnya. Wajahnya berkerut dan rambutnya putih.
"Saya ulang jadi pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari penampilannya, dari kerutan di wajahnya, kalau wajahnya clink bersih, tidak ada kerutan di wajahnya hati hati, lihat juga lihat rambut rambutnya, kalau rambutnya putih semua ini mikir rakyat ini," kata Jokowi.
Kode itu langsung ditangkap sebagai endorse Jokowi untuk Ganjar Pranowo yang identik dengan rambut putih.
Sebelum itu, Jokowi juga sempat menyinggung soal sosok capres ketika menghadiri Rakernas V Projo di Jawa Tengah, 21 April 2022. Kala itu, relawan projo berteriak 'Ganjar Presiden'. Ganjar kebetulan hadir di acara tersebut. Jokowi hanya berpesan agar tidak terburu-buru meskipun orang yang didukung ada di tengah mereka.
Pengumuman Ganjar Capres di Batu Tulis memperlihatkan dengan jelas sikap Jokowi. Dia mengapresiasi keputusan Megawati Soekarnoputri mengusung Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden dari PDI Perjuangan. Deklarasi Ganjar menjadi Capres diumumkan di Istana Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat.
©2023 Merdeka.com
"Saya sangat mengapresiasi, saya sangat menghargai keputusan Ibu Megawati yang baru saja mengumumkan keputusannya bakal calon presiden yang diajukan oleh PDIP yaitu Bapak Ganjar Pranowo," kata Jokowi.
Jokowi menilai Ganjar adalah sosok tepat sebagai suksesornya. Sebab, menurut Jokowi, Ganjar adalah sosok yang dekat dengan rakyat dan sangat ideologis.
Eks Gubernur DKI ini berharap Ganjar mampu melanjutkan visi dan program-program strategis di masa pemerintahannya.
Reporter Magang: Alya Fathinah
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ganjar dan Prabowo saling klaim mendapat dukungan Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaRomantisme terlihat ketika Jokowi bersama Prabowo dan Ganjar kunjungan kerja ke Pekalongan
Baca SelengkapnyaKampanye Capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo seringkali bertepatan dengan kunjungan kerja Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo mengaku tak heran dengan pernyataan Prabowo mengklaim sudah menyatu dengan Jokowi.
Baca SelengkapnyaBakal Capres Ganjar Pranowo tampak semakin percaya diri menghadapi Pemilu 2024. Hal ini terlihat dari gesture dan pidato politik Ganjar saat Rakernas PDIP.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi mengatakan dirinya merasa sayang dan sangat cocok dengan Prabowo Subianto
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi menjawab mengenai dukungannya ke PDIP dan Ganjar Pranowo di 2024.
Baca SelengkapnyaPresiden Jokowi makan hingga blusukan bersama Prabowo dan Ganjar
Baca SelengkapnyaBobby yang juga Wali Kota Medan itu menyambut kedatangan Ganjar di Bandara Kualanamu, Deli Serdang
Baca SelengkapnyaKehadiran Effendi pada pertemuan ini berbeda dari sikap PDIP yang telah mendukung pasangan Pramono-Rano Karno di Pilgub 2024
Baca Selengkapnya