Puan Maharani sebut UU MD3 menyalahi pesta demokrasi
Merdeka.com - Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) melakukan aksi walk out dalam rapat Paripurna pembahasan Revisi UU MPR, DPD, DPR dan DPRD (UU MD3). Mereka tidak setuju dengan UU karena merasa tidak sesuai dengan semangat demokrasi.
Ketua Fraksi PDIP DPR Puan Maharani menilai, aksi walk out dilakukan lantaran ada penzaliman terhadap suara rakyat. Dia menlai, PDIP sebagai partai pemenang pemilu harusnya mendapatkan jatah kursi ketua DPR dan alat kelengkapan lainnya.
"Atas nama tirani mayoritas yang ada di DPR, berusaha untuk dipotong hak-haknya atau diganjal sehingga kami tidak bisa mempunyai hak menjadi pimpinan DPR," kata Puan di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (8/7).
-
Kenapa Puan Maharani diapresiasi? “Tentu, ini suatu hal yang membanggakan. Karena apa? Karena memang parlemen Indonesia dalam isu kesetaraan gender juga menghadirkan Pimpinan Parlemen atau Ketua DPR dari perempuan. Memang ini justru menjadi kekuatan kita, karena kita sudah memiliki ketua parlemen perempuan yang memang isu kesetaraan gender ini menjadi isu utama pembahasan baik tingkat asean maupun tingkat global,“ pungkasnya.
-
Siapa yang ingin diusung oleh PDIP? 'Kalau memang misalnya Pak Anies berpasangan dengan kader kami jadi wagubnya,' Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto kepada wartawan.
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Siapa yang diusung PDIP? Tri Rismaharini dengan Zahrul Azhar Asumta atau Gus Hans yang diusung PDIP.
-
Bagaimana Puan merespons soal kemungkinan kubu Anies-Cak Imin bergabung dengan Ganjar-Mahfud MD? Puan hanya mengatakan, pihaknya tak menutup kemungkinan namun melihat bagaimana dinamika politik kedepannya.
Puan menyatakan, UU MD3 tahun 2009 sudah mengatur dengan baik bahwa pembagian kursi pimpinan DPR dilakukan secara proporsional, sesuai dengan capaian hasil pemilu legislatif. Namun dalam UU yang baru, justru hal itu diubah sehingga jatah pimpinan dipilih dalam Paripurna.
Hal ini yang dirasa ada upaya penjegalan terhadap PDIP. Dengan demikian, dia meyakini pengesahan UU ini menyalahi demokrasi.
"Ini menyalahi pesta demokrasi, dan tidak ada lagi rasa hormat-menghormati dan menghargai sesama parpol yang ada di DPR, hanya bagaimana kekuasaan diperoleh dengan cara apapun," pungkas dia. (mdk/cob)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Saat disinggung soal kabar akan ada Revisi Undang-Undang MPR, DPR, DPRD dan DPD (MD3), Puan mengaku belum mendengar.
Baca SelengkapnyaSesuai Undang-Undang MD3, PDIP akan kembali berhak atas jabatan kursi Ketua DPR RI periode 2024-2029.
Baca SelengkapnyaSelain itu, untuk posisi pimpinan DPR RI lainnya masih ada nama yang memang sebelumnya juga menjabat sebagai pimpinan di parlemen tersebut.
Baca SelengkapnyaSementara terkait penentuan pimpinan MPR utusan Fraksi PDIP masih belum diputuskan.
Baca SelengkapnyaAirlangga mengaku pihaknya akan tetap mengikuti aturan MD3 dan memang tidak tertarik dengan kursi Ketua DPR.
Baca SelengkapnyaTerkait dengan siapa yang akan mengisi kursi pimpinan tersebut, nantinya akan diputuskan oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Baca Selengkapnya"Kita jalankan konstitusi itu dengan aturan yang ada. Silahkan saja aspirasi disampaikan," kata Puan
Baca SelengkapnyaGerindra tidak mendukung wacana revisi Undang-Undang MD3 soal kursi Ketua DPR.
Baca SelengkapnyaKetua DPR RI Puan Maharani menyampaikan apresiasinya terhadap seluruh elemen masyarakat yang telah memberikan aspirasi hingga menggelar aksi.
Baca SelengkapnyaMega bahkan sampai mempertanyakan ke Mahfud MD yang merupakan mantan ketua MK.
Baca SelengkapnyaPartai Gerindra tidak yakin jika Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) akan menjadi oposisi pada pemerintah selanjutnya.
Baca SelengkapnyaKetua DPR Puan Maharani menyatakan pimpinan DPR tak pernah ada wacana untuk merevisi MD3.
Baca Selengkapnya