Putaran dua Pilgub DKI, media sosial dinilai semakin brutal
Merdeka.com - Pengamat komunikasi politik Universitas Indonesia Effendi Gazali menilai jagad dunia maya atau media sosial putaran dua Pilgub DKI Jakarta dirasa semakin brutal. Pasalnya, para netizen saling melakukan serangan satu sama lain untuk membuat pandangan agar pasangan calon yang menjadi jagoannya memiliki citra yang positif sehingga dapat terpilih di Pilgub DKI, 19 April nanti.
Menurut dia, pada dasarnya masing-masing tim media sosial para kandidat mengkampanyekan hal-hal yang bersifat positif. Namun berbagai postingan tersebut nyatanya mendapatkan berbagai respons. Mulai dari puji-pujian hingga serangan-serangan atau kritikan pedas.
"(Tetapi) Apakah betul itu semua hasil pemikiran ideologis? Pengguna sosial media di Jakarta ada sekitar 40 juta. Semuanya menggunakan medsos karena apa? Ideologis di sini bukan ideologi mati tapi bentuk dari program-program pasangan calon," kata Effendi dalam sebuah diskusi publik bertajuk 'Demokrasi Kebangsaan di Republik Sosial Media' di Jakarta, Kamis (23/3).
-
Bagaimana buzzer bekerja di media sosial? Buzzer bekerja secara virtual melalui akun media sosial. Mereka dapat bekerja sama dengan Key Opinion Leaders (KOL) yang memiliki banyak pengikut di media sosial untuk meramaikan isu yang sedang viral. Buzzer dan KOL bekerja dengan sistem yang terorganisasi dengan baik dan mampu menciptakan traffic isu yang sedang populer di media sosial.
-
Siapa yang memanfaatkan jasa buzzer? Awalnya, buzzer lebih sering digunakan sebagai strategi pemasaran untuk mempromosikan produk atau merek tertentu.
-
Kenapa netizen terbawa perasaan? Selain itu, saat Ibel dan Harris Vriza bersanding, banyak netizen yang terlihat terbawa perasaan hingga tersenyum-senyum sendiri. Mereka berharap agar Ibel dan Harris sungguh-sungguh menjadi pasangan hidup.
-
Bagaimana reaksi netizen? Postingan ini bikin kehebohan di kalangan netizen, terutama di antara para penggemar dan rekan artis.
-
Kenapa netizen sering penasaran? Netizen seringkali penasaran dengan riasan makeup, gaya hijab, dan pilihan outfitnya.
-
Siapa yang viral di media sosial? Kisah pilu gadis ini mencuri perhatian publik di media sosial. Sejak pertama kali diunggah, videonya sudah mendapat 34 ribu tanda suka.
Aktifnya netizen di sosial media selama 24 jam menjadi tanda tanya bagi Effendi. Dia pun menduga jangan-jangan serangan-serangan tersebut hanya dilakukan oleh segelintir orang yang bekerja secara profesional.
Mereka adalah buzzer yang mencoba memengaruhi 7 juta pemilih Jakarta untuk memenangkan atau menjatuhkan lawan politik. Pertanyaan selanjutnya adalah kata Effendi, siapa orang di balik para buzzer yang bertindak brutal di media sosial tersebut.
"Benarkah mereka berasal dari masing- masing, atau mereka satu tim tapi membelah diri dan saling serang untuk mendapatkan perhatian?," ungkap Effendi.
Pada akhirnya masing-masing kandidat pun, kata Effendi, berpesan kepada netizen atau masyarakat luas untuk selalu mengkonfirmasi informasi yang diterima lewat media officialnya. Hal serupa pun tak hanya dilakukan di Indonesia, beberapa negara lainnya pun telah melakukan pendekatan serupa.
Hanya saja, di Indonesia belum ada satu lembaga independen yang berusaha memberikan klarifikasi terkait berbagai isu .
"Yang belum ada di Indonesia ada lembaga yang melakukan perbandingan dan mengecek informasi," kata Effendi.
Seperti diketahui, dua pasangan calon akan bertarung pada putaran dua Pilgub DKI Jakarta pada 19 April mendatang. Keduanya adalah pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat (Djarot) dengan Anies Baswedan - Sandiaga Uno.
(mdk/msh)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Di Indonesia istilah ini mulai populer setelah pemilu tahun 2019.
Baca SelengkapnyaDrone Emprit menemukan masih banyak netizen yang menyuarakan narasi kecurangan Pemilu 2024 di 10 hari setelah pencoblosan.
Baca SelengkapnyaBuzzer sering dikaitkan dengan orang yang membuat pencitraan.
Baca SelengkapnyaHal ini juga berpotensi membuat masyarakat menghakimi orang-orang atau yang belum tentu bersalah.
Baca SelengkapnyaMantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD berpendapat bahwa Pilkada yang dipilih oleh DPRD akan menghasilkan kecurangan.
Baca SelengkapnyaFenomena ini dikhawatirkan akan berdampak buruk pada kualitas proses demokrasi hingga berpotensi menimbulkan konflik antar pendukung calon kepala daerah.
Baca SelengkapnyaBawaslu DKI telah memetakan tiga kategori kerawanan yang terjadi di Pilgub DKI Jakarta yaitu tinggi, sedang, dan rendah.
Baca SelengkapnyaBivitri menilai, modus ketua KPPS TPS 028, Pinang Ranti, Makassar, Jaktim yang mencoblos 19 surat suara milik Pramono-Rano bukan hal baru.
Baca SelengkapnyaDirektur Komunikasi Indonesia Indicator, Rustika Herlambang memaparkan analisis debat capres perdana digelar KPU pada Selasa lalu.
Baca SelengkapnyaPendukung Ridwan Kamil-Suswono melakukan aksi unjuk rasa di depan Gedung Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jakarta.
Baca SelengkapnyaPemprov DKI memiliki alat untuk mendeteksi ASN tidak netral di Pilkada Jakarta
Baca SelengkapnyaDi Dapil 2 Jabar, banyak Caleg yang memiliki latar belakang beragam, salah satunya publik figur.
Baca Selengkapnya