Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Refly Harun nilai KSP terlalu politis, cuma buat akomodasi kepentingan politik Jokowi

Refly Harun nilai KSP terlalu politis, cuma buat akomodasi kepentingan politik Jokowi Refly Harun. ©2018 Merdeka.com

Merdeka.com - Presiden Joko Widodo mengangkat Ali Mochtar Ngabalin sebagai Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi di Kantor Staf Presiden (KSP). Ali Mochtar yang merupakan mantan tim sukses Prabowo Subianto-Hatta Rajasa pada Pemilu 2014 bertugas membantu Presiden Jokowi melakukan komunikasi politik kepada publik.

Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun mengatakan selain sebagai dapur pemikiran Presiden, keberadaan KSP dinilainya hanya untuk mengakomodasi kepentingan politik Presiden Jokowi karena diisi kebanyakan orang-orang dengan latar belakang politisi. Seharusnya, orang-orang yang diangkat Presiden menduduki posisi di KSP adalah orang-orang yang memiliki kualifikasi akademis yang jelas.

"Terkesan yang diangkat ini adalah sekadar untuk mengakomodasi arus politik. Jadi KSP menurut saya terlalu politis. Seharusnya dia lebih banyak bertindak membantu kebijakan Presiden, bukan dapur kampanye Presiden untuk terpilih kembali," jelasnya ditemui di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (24/5).

Refly menambahkan, memang menjadi hak dan kewenangan KSP merekrut siapapun. Namun demikian ia merasa aneh jika yang direkrut adalah Ali Mochtar Ngabalin walaupun prosesnya legal.

"Itu haknya KSP dan tentu saya tidak bisa mengatakan itu ilegal. Tapi hanya menyayangkan," ujarnya.

Dia juga mempertanyakan apa hakikat dari keberadaan KSP. Menurutnya, KSP justru terkesan sebagai lembaga kampanye capres, bukan lembaga tim pembantu Presiden. Apalagi pengangkatan Ali Mochtar dan beberapa tenaga ahli lainnya berdekatan dengan tahun politik.

"Walaupun sekali lagi saya mengatakan itu tak bisa dikatakan ilegal," tambahnya.

Dia melihat ada upaya Jokowi sebagai capres untuk menggalang kekuatan untuk kampanye politik atau Pilpres. Sehingga yang diangkat bukan tokoh yang bisa memberi masukan atas kebijakan-kebijakan Presiden dalam bidang pembangunan, ekonomi, politik, hukum dan lainnya tapi orang yang bisa masuk pada kalangan tertentu.

"Jadi ini strateginya kampanye. Bukan lagi KSP yang saya bayangkan," ujarnya.

Idealnya KSP diisi orang-orang yang memang memiliki keahlian di bidangnya. "Kalau dilihat di lingkaran KSP itu rata-rata atau di lingkaran Presiden rata-rata banyak komunikasi politik. Komunikasi politik berkaitan dengan kampanye. Padahal negara ini membutuhkan orang-orang yang expert di bidang-bidang tertentu yang memang dibutuhkan untuk memberikan pendapat bagi kebijakan-kebijakan Presiden," paparnya.

"Bukan orang yang sekadar me-make up Presiden atau orang yang dianggap kemudian bisa masuk ke kalangan tertentu. Kalau demikian kan konsepnya kampanye, bukan membantu kerja Presiden lagi," lanjutnya.

Waktu pengangkatan juga bisa menguatkan dugaan KSP hanya menjadi alat politik Presiden menjelang Pilpres 2019. Ini dapat dilihat dari latar belakang orang-orang yang diangkat.

"Bukan dari kalangan-kalangan profesional. Tapi dari kalangan-kalangan kelompok politik," ujarnya.

"Apakah itu sah? Ya sah-sah saja. Tapi memang menurut saya kehadiran KSP harusnya tidak ke sana. Tapi menurut saya penggantian (Kepala) KSP dari Teten (Masduki) ke Moeldoko memang mengindikasikan pada kelompok-kelompok politik itu. Bukan pada bagaimana memperkuat lembaga think tank," kata Refly.

(mdk/dan)
Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Terungkap Alasan KPK Ganti Jubir Ali Fikri ke Tessa Mahardika
Terungkap Alasan KPK Ganti Jubir Ali Fikri ke Tessa Mahardika

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) buka suara perihal penunjukkan Tessa Mahardika Sugiarto sebagai jubir definitif KPK menggantikan Ali Fikri selaku Plh Jubir.

Baca Selengkapnya
Respons Istana soal Sejumlah Kerabat Jokowi Berposisi Strategis di BUMN
Respons Istana soal Sejumlah Kerabat Jokowi Berposisi Strategis di BUMN

Mereka yang duduk di kursi komisaris adalah orang yang dianggap negara memiliki kemampuan mumpuni.

Baca Selengkapnya
Budi Arie Jadi Menkominfo, Relawan Dinilai Jadi Kekuatan Politik Jokowi
Budi Arie Jadi Menkominfo, Relawan Dinilai Jadi Kekuatan Politik Jokowi

Kunto menerangkan, dengan menunjuk relawannya, Jokowi juga tidak harus konsultasi dengan pimpinan parpol jika ingin mengambil kebijakan di Kominfo.

Baca Selengkapnya
PDIP: Prabowo Enggak Perlu Ragu Imbau Jokowi Jangan Terlalu Cawe-Cawe di Pilkada
PDIP: Prabowo Enggak Perlu Ragu Imbau Jokowi Jangan Terlalu Cawe-Cawe di Pilkada

Hasto ungkap hasrat Jokowi yang terus ingin berkuasa meski sudah tak lagi menjadi presiden.

Baca Selengkapnya
Dilaporkan ke KPK atas Dugaan Nepotisme, Begini Reaksi Jokowi
Dilaporkan ke KPK atas Dugaan Nepotisme, Begini Reaksi Jokowi

Presiden Joko Widodo atau Jokowi buka suara dilaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait dugaan tindak nepotisme.

Baca Selengkapnya
Mahfud MD: Selama Ini Kapolri, Panglima TNI & Jaksa Agung Koordinasi Langsung ke Presiden
Mahfud MD: Selama Ini Kapolri, Panglima TNI & Jaksa Agung Koordinasi Langsung ke Presiden

Kabar tersebut awalnya diungkap Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto

Baca Selengkapnya
PDIP Mengaku Khilaf Pernah Calonkan Gibran Jadi Wali Kota Solo, Singgung Nepotisme Jokowi
PDIP Mengaku Khilaf Pernah Calonkan Gibran Jadi Wali Kota Solo, Singgung Nepotisme Jokowi

Hasto menjelaskan, PDIP berani mencalonkan Gibran kala itu lantaran melihat kepemimpinan Presiden Jokowi yang dinilai telah memberikan dampak baik bagi RI.

Baca Selengkapnya
Pro Kontra Usai Jokowi Sebut Presiden Boleh Kampanye dan Berpihak di Pemilu
Pro Kontra Usai Jokowi Sebut Presiden Boleh Kampanye dan Berpihak di Pemilu

Jokowi menjelaskan bahwa presiden boleh berkampanye dan berpihak di Pemilu

Baca Selengkapnya
Jokowi Jadikan Relawannya Menteri, Pengamat: Ada Kekecewaan Terpendam dengan PDIP
Jokowi Jadikan Relawannya Menteri, Pengamat: Ada Kekecewaan Terpendam dengan PDIP

Jokowi telah menunjukkan bahwa ia solid bersama relawannya dengan memberikan jabatan di kabinet, ketimbang PDIP sebagai partainya.

Baca Selengkapnya
Jadi Ketua Sementara, Sosok Nawawi Pomolango di Mata Eks Penyidik KPK
Jadi Ketua Sementara, Sosok Nawawi Pomolango di Mata Eks Penyidik KPK

Nawawi Pomolango disebutnya jauh dari sosok kontroversi.

Baca Selengkapnya
KPK Bicara Penanganan Laporan Dugaan Nepotisme Keluarga Jokowi
KPK Bicara Penanganan Laporan Dugaan Nepotisme Keluarga Jokowi

Laporan dilayangkan Koordinator Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI) Erick Samuel kepada Pimpinan KPK pada Senin (23/10).

Baca Selengkapnya
Blak-blakan Hasto Sebut Sosok Jokowi Hendak Ambil Alih PDIP, Begini Bantahan Istana
Blak-blakan Hasto Sebut Sosok Jokowi Hendak Ambil Alih PDIP, Begini Bantahan Istana

Tuduhan itu, diantaranya skenario tiga periode dan ingin merebut partai politik lain.

Baca Selengkapnya