Reformasi dalam tubuh TNI berjalan setengah hati
Merdeka.com - Reformasi TNI dimulai sejak Juni 1998 yang kemudian melahirkan empat paradigma baru belum dijalankan sepenuh hati. Peneliti LIPI Ikrar Nusa Bhakti menuturkan, salah satu indikatornya belum pastinya arah politik Indonesia ke depan. Belum lagi politisasi TNI terjadi di tingkat pusat hingga daerah.
"Reformasi yang dijalankan antara 1998 hingga 2004 berlangsung saat 'besi masih panas' sehingga mudah dibentuk sesuai dengan keinginan politik saat itu," kata Ikrar dalam diskusi bertajuk 'Quo Vadis Reformasi TNI' di Komnas HAM, Senin (5/10).
Benturan antara TNI dan Polri kerap terjadi di daerah menunjukkan reformasi dalam tubuh TNI belum berjalan menyeluruh.
-
Apa tujuan dari perombakan struktur di TNI? Panglima TNI Laksamana Yudo Margono melakukan perombakan struktur di dalam jajaran TNI dengan melakukan rotasi. Dalam rangka persiapan 25 perwira tinggi (pati) TNI yang akan memasuki masa pensiun.
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Bagaimana cara meningkatkan semangat nasionalisme dengan kata-kata TNI? Kata-kata TNI bisa dijadikan motivasi dan membangkitkan jiwa nasionalisme.
-
Kenapa TNI harus dijaga dari pengaruh partai politik? Pelihara TNI, pelihara angkatan perang kita, jangan sampai TNI dikuasai oleh partai politik manapun juga. Ingatlah, bahwa prajurit kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang mudah dibelokkan haluannya. Kita masuk dalam tentara karena keinsyafan jiwa dan sedia berkorban bagi bangsa dan negara.
-
Apa kewajiban utama TNI? Tentara hanya mempunyai kewajiban satu, yaitu mempertahankan kedaulatan. Sudah cukup kalau tentara teguh memegang kewajiban ini, lagipula sebagai tentara, disiplin harus dipegang teguh.
-
Apa tugas utama TNI? Tugas pokok TNI dibagi 2(dua) yaitu: operasi militer untuk perang dan operasi militer selain perang.
"Reformasi TNI memang harus terus berlanjut bukan saja pada pembuatan perundang-undangan melainkan juga pada reformasi struktural dan terlebih lagi reformasi kultural," ucapnya.
Ikrar menceritakan, reformasi TNI tidak mungkin terjadi tanpa perubahan politik pada Mei 1998 ditandai lengsernya Presiden Soeharto. Saat itu, legitimasi Soeharto yang didukung penuh ABRI (TNI) runtuh akibat krisis ekonomi serta terjadinya gerakan pro-demokrasi yang dilanjutkan dengan demonstrasi mahasiswa.
"ABRI (TNI) memilih untuk mengambil jalan bagi perubahan politik pada saat itu, sambil tetap menjaga stabilitas politik dan keamanan," ujarnya.
Dia melihat, Panglima ABRI saat itu Jenderal TNI Wiranto memilih mendukung perubahan politik ketimbang mengambil alih kekuasaan. Pilihan itu diambil Wiranto untuk mencegah risiko lebih buruk bagi Indonesia.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
TNI sudah melakukan reformasi internal, baik dari segi struktur, doktrin hingga kultur atau budaya.
Baca SelengkapnyaMenko Polhukam memastikan dwi fungsi TNI yang ada di dalam RUU TNI tidak akan membawa TNI ke masa orde baru.
Baca SelengkapnyaMarsdya TNI Andyawan Martono P yang sebelumnya menjabat Pangkogabwilhan II akan menjadi Wakasau.
Baca SelengkapnyaPanglima TNI Jenderal Agus Subianto menegaskan Revisi (UU) Undang-undang TNI tidak akan menimbulkan dwifungsi.
Baca SelengkapnyaAgus menilai dwifungsi ataupun multifungsi ABRI/TNI dilakukan demi kebaikan bangsa dan negara.
Baca SelengkapnyaKoalisi menilai tindakan penculikan dan penyiksaan sampai hilangnya nyawa warga sipil ini telah mencoreng nama baik TNI.
Baca SelengkapnyaMoeldoko mengatakan dirinya salah satu Panglima TNI yang memperkuat netralitas prajurit setiap ada pesta demokrasi.
Baca SelengkapnyaWacana itu sudah ada sejak tahun lalu dan masih terus dikaji TNI.
Baca SelengkapnyaKetakutan dwifungsi itu lantaran ada jabatan kementerian yang boleh diisi TNI.
Baca SelengkapnyaTotal ada 256 Pati di lingkungan Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU).
Baca SelengkapnyaMoeldoko menyebut, pada zaman dulu TNI memiliki yayasan yang cenderung digunakan untuk alat bisnis. Saat ini hal tersebut sudah tidak ada lagi di TNI.
Baca SelengkapnyaKepala Basarnas Marsekal Madya Henri Alfandi diduga terima suap Rp88,3 miliar.
Baca Selengkapnya