Rizal Ramli Klaim Jarak Antara Jokowi & Prabowo Tak Sampai 10 Persen
Merdeka.com - Mantan Menteri Perekonomian Rizal Ramli kesal soal sejumlah hasil survei yang sesumbar memenangkan elektabilitas capres Jokowi dari rivalnya Prabowo Subianto. Pasalnya lembaga survei banyak yang keliru terkait hasil Pilgub DKI 2017 silam.
Rizal mengatakan, memiliki cerita tersendiri saat dirinya masih menjabat Menteri Koordinator Kemaritiman. Kala itu dia kerap dimintai tanggapan oleh Jokowi, salah satunya terkait peluang Basuki Tjahaja Purnama di Pilgub DKI 2017.
"Waktu Ahok semua mengatakan Ahok pasti menang, saya masih sering ketemu Mas Jokowi dipanggil ke istana beliau nanya nanya, tiga bulan sebelum Pilkada, beliau nanya selain ekonomi, Ahok gimana? mas, (Ahok akan) kalah, mas (Jokowi) harus jauh jauh dari dia," katanya di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (15/1).
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Apa yang membuat Prabowo unggul? Survei yang selesai mereka lakukan pada 6 Februari atau delapan hari jelang pemungutan suara itu menemukan bahwa elektabilitas Prabowo-Gibran sebesar 53,5 persen. Pasangan tersebut unggul telak dibanding dua kompetitornya, Anies-Muhaimin yang elektabilitasnya 21,7 persen dan Ganjar-Mahfud dengan tingkat keterpilihan 19,2 persen.
-
Apa klaim Prabowo tentang dirinya dan Jokowi? Menteri Pertahanan (Menhan) sekaligus calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto mengatakan dirinya sudah menyatu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sebab, Jokowi mampu menyatukan lawan menjadi kawan. Saat Pilpres 2019 Prabowo merupakan lawan Jokowi, namun setelah Jokowi terpilih menjadi presiden Prabowo pun merapat kedalam kabinet Jokowi.
-
Bagaimana Prabowo-Gibran unggul dalam Pilpres? Berdasarkan hasil rekapitulasi KPU, Prabowo-Gibran unggul dengan suara sah sebanyak 96.214.691 dari total suara sah nasional, atau setara dengan 58,6%. Keduanya juga dilaporkan unggul di 36 Provinsi.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
Namun saat itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu mempercayai jika Basuki atau akrab disapa Ahok akan berhasil memenangkan Pilgub DKI 2017. Pasalnya beberapa survei mengatakan, mantan Bupati Belitung Timur itu akan menang dengan selisih 3 persen dari dua pesaingnya, Agus Harimurti Yudhoyono dan Anies Baswedan.
"Dia (Jokowi) bilang enggak (Ahok menang), menurut Yunarto menang 3 persen. Menurut Saiful Mujani menang 3 persen. Mas (Jokowi) mohon maaf, saya ini orang yang keliling berbagai lingkungan kalah. Apa yang terjadi? (Ahok) kalah 16 persen," ujar Rizal.
Maka dari itu, Rizal meminta publik tak usah mempercayai lembaga survei. Menurutnya, lembaga survei merupakan alat propaganda. Mestinya, sumber pendanaan survei bisa diketahui publik seperti di luar negeri.
"Nah hari ini lembaga poling bilang gapnya 20 persen. Bahkan tadi Mas Jokowi 56 persen. Halah pada saat jaya jayanya mas Jokowi, hebat hebatnya Pilpres dia cuman 52 sampai 53 persen. kok hari ini ada klaim lembaga survei si Denny JA 56 persen yang bener aja," ujarnya.
Dia menjelaskan, lembaga survei saat ini membuat jarak elektabilitas antara Jokowi dan Prabowo berbeda 20 persen untuk menjustifikasi kecurangan bila Jokowi kalah. Dirinya punya bukti bahwa Prabowo hanya terpaut di bawah 10 persen dari Jokowi.
"Jokowi stagnan, Prabowo gap-nya kurang dari 10 persen. Yang belum menentukan sikap masih sekitar 20 persen. Nah kalau ada kecurangan, maksimum efeknya 5 persen. Oleh karena itu kalau mau menang Prabowo sama Sandi harus menang double digit, di atas 10 persen baru kecurangan itu tidak ada. Kalau (Prabowo-Sandi) menang 2 sampai 3 persen itu (rawan dicurangi)," tuturnya.
Aktivis reformasi tersebut mengajak relawan Prabowo-Sandi bekerja militan melebihi uang. Rizal menyadari pasangan Prabowo-Sandi 'paket hemat'. Meski begitu, Dirinya mencontohkan Pemilu Malaysia dimana Anwar Ibrahim bisa menumbangkan Najib Razak. Padahal, Najib Razak menguasai media dan uangnya berlimpah. Untuk itu, dia berpesan supaya pendukung paslon nomor urut 02 militan.
"Militan itu artinya bekerja beyond money itu orang pergerakan harus begitu kerjanya. Jadi kalau mau double digit harus bekerja beyond money," tandasnya.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Elektabilitas pasangan nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka melampaui The Magic Number, yaitu 50,7 persen.
Baca SelengkapnyaLembaga Survei Indonesia (LSI) merilis survei terbarunya tentang elektabilitas para bakal Capres di Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaHasil survei LSI Denny JA menunjukkan elektabilitas Prabowo lebih unggul dari Ganjar.
Baca SelengkapnyaJanuari 2023 Prabowo masih tertinggal dengan Ganjar.
Baca SelengkapnyaCak Imin pun optimistis Ridwan Kamil dan Ahmad Luthfi akan menang, usai Jokowi menyatakan dukungan dan turun kampanye.
Baca SelengkapnyaPergerakan akar rumput Ganjar-Mahfud nyaris tidak ada
Baca SelengkapnyaKepribadian Prabowo yang dianggap tegas, jujur, dan bersih juga menjadi faktor elektabilitas paling tinggi.
Baca SelengkapnyaGibran Rakabuming Raka menanggapi hasil survei LSI Denny JA yang menempatkan elektabilitas Prabowo-Gibran di atas 50%.
Baca SelengkapnyaSebaliknya, penurunan dialami pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Padahal, Ganjar pernah menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaPoltracking mencatat elektabilitas Prabowo-Gibran mengalahkan Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin dengan selisih suara yang besar.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA merilis Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berada di urutan teratas dengan 42,9%.
Baca SelengkapnyaSurvei LSI Denny JA yang mengusung tema "Di Ambang Pilpres Satu Putaran Saja" ini dilakukan pada periode 16-26 Januari 2024.
Baca Selengkapnya