Saat Ganjar Pranowo Salip Elektabilitas Anies Baswedan
Merdeka.com - Pilpres 2024 memang masih jauh, tapi 'getaran' kontestasi sudah berasa sejak sekarang. Apalagi, sejumlah lembaga survei telah memanaskan dengan tingkat keterpilihan para calon yang diprediksi kuat ikut pertarungan.
Sederet nama beken didaulat menjadi calon kuat di Pilpres 2024. Mulai dari Gubernur DKI Anies Baswedan, Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Hingga Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) serta Sandiaga Uno.
Teranyar, survei Indikator Politik merilis persaingan ketat tingkat elektabilitas antara Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo di urutan kedua. Ganjar sukses menyalip Anies melalui isu virus Corona.
-
Kenapa Anies dianggap salah satu tokoh dengan elektabilitas tinggi? Anies jadi satu di antara tiga tokoh capres dengan elektabilitas terkuat di sejumlah lembaga survei.
-
Apa yang membuat elektabilitas Anies turun? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik dan Anies turun karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Apa yang terjadi pada elektabilitas Ganjar-Mahfud? Survei Litbang Kompas terbaru menyatakan, elektabilitas Ganjar Pranowo-Mahfud MD terjun bebas. Bahkan kini Ganjar berada di posisi terakhir di bawah Anies Baswedan.
-
Bagaimana Ganjar-Mahfud merebut hati pemilih? Dia meyakini, cara hadir secara langsung ke hadapan pemilih oleh menjadi sangat efektif karena juga memberdayakan kelompok relawan. 'Seperti di daerah lain. Gerakan canvassing atau kampanye door to door terus digencarkan oleh relawan relawan yang dikoordinir oleh organ-organ relawan yang ada,' ungkap Chico.
-
Apa yang membuat Ganjar Pranowo populer? Tingginya elektabilitas Ganjar Pranowo disebabkan persepsi publik yang menilai Gubernur Jawa Tengah ini sebagai penerus program Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Apa yang dikatakan Ganjar mengenai peluang bergabung dengan Anies-Cak Imin? Calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengaku terbuka peluang bergabung dengan kubu pasangan calon (paslon) 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar alias Cak Imin di putaran kedua Pilpres 2024.
Ganjar mendapatkan torehan elektabilitas 11,8 persen karena dianggap mampu ‘memanfaatkan panggung’ menjadi citra positif. Sementara Anies turun menjadi 10,4 persen. Survei dilakukan 16-18 Mei.
Di urutan pertama masih ditempati Prabowo Subianto dengan 14,1 persen.
Pada tiga bulan lalu, atau tetapnya Februari, Indikator Politik juga telah memotret elektabilitas para calon kuat Pilpres 2024 itu.
Anies Baswedan masih di atas Ganjar Pranowo. Anies mendapatkan, 12,1 persen, sementara Ganjar hanya 9,1 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, dalam dua bulan terakhir kepala daerah mendapatkan panggung karena penanganan Covid-19 tidak hanya dimonopoli oleh pemerintah pusat.
"Covid dapat mengubah peta elektoral karena menjadi lahan kepala daerah menunjukan taringnya," kata Burhanuddin dalam pemaparan survei secara daring, Minggu (7/6).
Satu lagi kepala daerah yang elektabilitasnya naik yakni Ridwan Kamil. Pada Februari lalu, elektabilitas Kang Emil hanya 3,8 persen, kini menjadi 7,7 persen.
Sementara tokoh-tokoh non kepala daerah seperti Menhan Prabowo, mantan Wagub DKI Jakarta Sandiaga Salahuddin Uno, hingga Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono AHY cenderung menurun. Dua tokoh ini tak mendapat panggung di tengah pandemi Covid-19 lantaran tak punya jabatan publik.
Sandiaga elektabilitas pada Mei 2020 sebesar 6 persen, turun dari 9,5 persen pada Februari 2020. Sementara, AHY turun menjadi 4,8 persen pada Mei 2020 dibanding pada Februari 2020 pada 6,5 persen.
Anies Dibandingkan Ganjar
Gaya Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo memang sempat dibanding-bandingkan dalam penanganan Covid-19. PDIP menilai, Ganjar lebih sigap turun ke lapangan ketimbang Anies Baswedan.
Langkah komunikasi seperti yang ditempuh Ganjar itulah yang dalam pandangan Politikus PDIP Johnny Simanjuntak, belum dilakukan Anies. Padahal pengawasan kebijakan berada di unsur pemerintah yang paling dekat dengan masyarakat, seperti RT/RW.
Jhonny mengkritik Anies yang tidak turun langsung ke tengah masyarakat, baik untuk mengecek pelaksanaan kebijakan Pemprov maupun untuk memberikan edukasi kepada masyarakat.
"Ini yang harus kita pikirkan. Bagaimana kita mendidik masyarakat dengan momentum relaksasi ini betul-betul penegasan tapi juga sosialisasi. Sosialisasi yang bersifat humanis lah. Gaya-gaya Ganjar (Ganjar Pranowo) itu lah, Jateng. Turun," kata dia kepada wartawan, Senin (18/5).
"Kan Pak Anies tidak mau turun ke lapangan, dia bicara di TV melulu. Padahal sebenarnya basis pengawasan kita itu basis untuk mendidik masyarakat di RW," ujar dia.
Merespons itu, partai Gerindra menilai, bahwa setiap pemimpin punya karakter berbeda.
"Setiap orang punya gaya yang berbeda-beda dan juga setiap pemimpin daerah menyesuaikan dengan karakteristik masyarakat yang dipimpinnya," kata politisi Partai Gerindra, Andre Rosiade, Selasa (19/5).
Andre menuturkan, Ganjar memang terlihat lebih sering turun ke lapangan. Bahkan mengecek bagaimana isolasi yang dilakukan masing-masing desa terhadap perantaunya.
"Tapi Mas Anies juga terlihat bukan hanya berpidato, beliau juga ke lapangan bahkan baru baru ini kita menyaksikan juga Mas Anies menyiapkan ruangan khusus atau tenda khusus warga Jakarta," ucap anggota Komisi VI DPR ini.
Sementara Partai Demokrat menilai, untuk membandingkan keduanya tidak bisa subjektif dan harus ada metodologi yang jelas.
"Bagi saya membuat studi komparatif basisnya tidak boleh subyektif. Harus dengan metodologi dan parameter yang berimbang dan utuh, dilakukan oleh pihak yang independen, netral dan punya kompetensi. Selain itu juga harus dipertimbangkan untuk apa. Karena tanpa itu semua hasilnya cenderung subyektif," kata Anggota DPR-RI Fraksi Demokrat, Didik Mukrianto, Selasa (19/5).
Di luar dari itu, Didik pribadi menilai tidak bijak untuk membandingkan dan mempertentangkan langkah para pemimpin atau kepala daerah. Apalagi daerahnya juga berbeda.
Dia menjelaskan, gaya dan strategi memimpin adalah ciri kas yang dimiliki setiap pemimpin. Kondisi geografis dan demografis daerah yang berbeda juga tidak bisa dijadikan pembanding secara pas.
"Jangan pernah berpikiran sempit terhadap personality atau kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin punya gaya, punya strategi yang berbeda-beda, juga punya keberhasilan dan legacy yang berbeda-beda," ucap dia.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Elektabilitas Ganjar mengalahkan dua pesaing terberatnya, Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.
Baca SelengkapnyaTingkat elektabilitas Ganjar di Jawa Timur malah makin kokoh pascadeklarasi Anies-Cak Imin.
Baca SelengkapnyaPada simulasi pilihan bebas elektabilitas Ganjar 24,9 persen, Prabowo 24,6 persen.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Ganjar Pranowo turun 10 persen dalam dua bulan terakhir menurut survei Indikator Politik Indonesia.
Baca SelengkapnyaSaiful menambahkan, dalam surveinya SMRC juga menanyakan kepada responden tentang seberapa kemungkinan mengubah pilihan tersebut.
Baca SelengkapnyaCapres yang mengalami peningkatan sejak April 2023 hingga Agustus adalah Ganjar dan Prabowo.
Baca SelengkapnyaElektabilitas Prabowo tertinggi dibandingkan Anies dan Ganjar.
Baca SelengkapnyaTren elektabilitas ketiga calon pada periode Juli-Agustus 2023 menunjukkan Ganjar mengalami kenaikan.
Baca SelengkapnyaGanjar juga masih bersaing ketat dengan Prabowo dalam simulasi terhadap 10 nama, lima nama, hingga tiga nama yang diajukan untuk dipilih.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo membantah elektabilitasnya menurun.
Baca SelengkapnyaSedangkan, Prabowo masih memuncaki klasemen survei Capres 2024
Baca SelengkapnyaDrone Emprit menganalisa sentimen positif dan negatif para Capres
Baca Selengkapnya