Sandiaga: Indeks ketersediaan lapangan kerja masuk level pesimis
Merdeka.com - Bakal calon Wakil Presiden Sandiaga Uno terus menyoroti kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Dia menyebut, indeks ketersediaan lapangan kerja sudah masuk pada level pesimistis.
"Kita harus lakukan langkah-langkah yang terukur terutama untuk lulusan S1 ke bawah, SMA, SMP ini sudah masuk ke level pesimis," katanya di Jakarta, Sabtu (15/9).
Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini menyatakan, klasifikasi level pesimistis itu didasarkan pada data yang diperoleh dari Bank Indonesia pada Mei 2018. Menurutnya, kondisi tersebut merupakan warning bagi semua pihak untuk sama-sama memperbaiki ekonomi Indonesia.
-
Dimana Sandiaga Uno kuliah di Amerika? Beginilah potret lawas Sandiaga Uno saat masih mengenyam pendidikan di Amerika. Dalam foto itu, wajah muda Sandiaga Uno terlihat tidak banyak berubah dengan wajahnya saat ini.
-
Apa masalah utama yang dihadapi pendatang baru di Jakarta? Celakanya, Pemprov DKI menemukan sebanyak 17,89 persen atau sebanyak 220 orang dari ribuan pendatang itu tercatat tak punya pekerjaan. Bahkan, PJ Gubernur DKI Heru Budi Hartono menemukan pendatang yang jadi pemulung. "Ada juga yang beberapa waktu lalu ketemu ya kita pemulung segala macam. Kita kembalikan,"
-
Siapa yang mendukung keputusan Sandiaga Uno terjun ke politik? Keputusan Sandi turun ke dunia politik mendapat dukungan penuh dari sang istri.
-
Siapa aja yang susah cari kerja? Salah satu kendala yang banyak dialami pencari kerja adalah kemampuan bahasa Inggris
-
Kenapa universitas tergiur program magang? Selain itu, Djuhandani juga mengimbau kepada pihak universitas jangan mudah tergiur dengan program magang di luar negeri yang bisa untuk menaikan akreditasi.
-
Siapa yang kuliah ke luar negeri? Anak sulung Nana Mirdad dan Andrew White itu akan melanjutkan pendidikan di UWA Business School, Perth, Australia.
"Kita harus bangkitkan satu diskursus yang mendalam yang bisa membangun secara konstruktif langkah-langkah apa yang bisa dilakukan agar kita tidak terperosok lebih dalam lagi ke level pesimis yang lebih dalam," ujarnya.
Sandiaga menuturkan, dirinya sempat menerima keluhan dari beberapa pemuda lulusan luar negeri. Rata-rata mereka malas kembali ke Tanah Air karena kesulitan mengembangkan ilmu dan keahliannya.
"Kenapa, karena lapangan kerja kita tak bisa menampung the best brain untuk membantu mendorong pembangunan di Indonesia," jelasnya.
"Brain-brain ini untuk reformasi struktural mustinya ditingkatkan. Kita ingin kepastian hukum, kejelasan untuk menarik the best of brain ke Indonesia. Biar kita mampu siapkan lapangan kerja ke mereka, agar mereka bukan berkarya atau ambil keputusan kerja di luar negeri. Saya pingin reserved brain seperti di India sana," Sandiaga memungkasi.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beban kerja makin tinggi sementara gaji tidak sesuai menjadi salah satu pemicu warga Korea sulit mendapatkan pekerjaan layak.
Baca SelengkapnyaPara pencari kerja pemula tersebut merasa belum mempunyai beban layaknya pencari kerja yang sudah menikah.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida mengatakan, ada beberapa penyebab masih banyak pengangguran di Indonesia.
Baca SelengkapnyaBadan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, sebanyak 9,9 juta Gen Z pada rentang usia 15 sampai 24 tahun menganggur pada 2023.
Baca SelengkapnyaMereka kehilangan motivasi karena ketersediaan lapangan pekerjaan formal semakin menurun.
Baca SelengkapnyaMenaker Ida membeberkan daftar keterampilan yang dibutuhkan pasar kerja saat ini.
Baca SelengkapnyaUni Eropa terancam kehilangan satu generasi karena banyak perusahaan yang menghentikan perekrutan sejak Pandemi Covid-19.
Baca SelengkapnyaCalon mahasiswa enggan mengambil jurusan kejuruan karena dianggap berstatus rendah, meski lebih diminati.
Baca SelengkapnyaData hampir 10 juta Gen Z jadi pengangguran merupakan temuan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023.
Baca SelengkapnyaBadan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pengangguran di Indonesia per Februari 2024 mencapai 7,2 juta orang.
Baca SelengkapnyaTren ini mengancam akan merusak pasokan tenaga kerja di masa depan.
Baca Selengkapnya