Sebagai capres petahana, posisi Jokowi belum aman
Merdeka.com - Sebagai calon presiden petahana, Joko Widodo atau Jokowi dinilai belum aman. Bahkan, Jokowi belum tentu bisa terpilih kembali menjadi presiden di 2019. Kesimpulan itu berdasarkan hasil survei yang menunjukkan elektabilitas Jokowi masih di bawah 50 persen. Jokowi akan berada pada posisi aman jika elektabilitasnya mencapai 70 persen.
"Jokowi tingkat elektabilitasnya masih di bawah 50 persen dan belum aman. Aman itu minimal capai 70 persen. Dulu SBY pada periode kedua elektabilitasnya capai 65 persen. Jokowi sendiri sesungguhnya berdasarkan survei belum aman. Oleh karena itu sangat ditentukan wakilnya," kata pengamat Politik Univeritas Pelita Harapan, Emrus Sihombing di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (3/7).
Di satu sisi, Jokowi akan kesulitan memilih cawapres. Variabel pertama yang harus dipenuhi dalam menentukan cawapresnya elektabilitas tinggi. Dan terpenting adalah disetujui parpol pengusung. Parpol berebut posisi cawapres untuk persiapan Pilpres 2023. Sebab, jika terpilih di 2019, maka Cawapres Jokowi ini besar kemungkinan akan melenggang di karpet merah sebagai capres pada 2024.
-
Siapa yang menilai Jokowi layak jadi Wantimpres? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi menilai, Presiden Joko Widodo (Jokowi) layak untuk menjadi bagian dari Dewan Pertimbangan Presiden Republik Indonesia di pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.
-
Apa harapan Jokowi untuk Pemilu 2024? 'Ya ini adalah pesta demokrasi kita berharap ini betul-betul jadi pesta rakyat, dan juga berlangsung dengan jurdil, luber dan diiktui oleh seluruh rakyat Indonesia dengan kegembiraaan karena ini adalah pesta rakyat. Pesta demokrasi,' jelasnya.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Kenapa Prabowo kokoh di Pilpres 2024? Posisinya sebagai ketua umum partai, membuat Prabowo kokoh dibanding calon lainnya.
-
Siapa yang usulkan Jokowi jadi pemimpin? Usulan tersebut merupakan aspirasi dan pendapat dari sejumlah pihak.
-
Kenapa Prabowo diprediksi menang di Pilpres 2024? “Dorongan dari Pak Jokowi itu membuat Pak Prabowo Subianto sekarang lebih unggul. Endorse dari Pak Jokowi yang sudah kelihatan itu kan.“
"Akhir-akhirnya bisa saja wakilnya non partai atas kesepakatan bersama," ujarnya.
Jika cawapres berasal dari partai yang sama yaitu PDIP, maka parpol pengusung yang lain bisa keluar dari koalisi dan membentuk poros baru.
Emrus juga mengomentari wacana duet JK-AHY. Menurutnya jika itu terwujud, maka bisa menjadi alternatif. JK pernah menjabat Wapres 2004-2009, tokoh nasional, memiliki kredibilitas dan tokoh berpengaruh di Partai Golkar.
"Kalau dipasangkan dengan AHY akan jadi lawan ketat Jokowi dengan pasangannya," katanya.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sampel sebanyak 1.217 responden dipilih melalui kombinasi random digital dialling (RDD) (265 responden) dan double sampling (952 responden).
Baca SelengkapnyaCak Imin pun optimistis Ridwan Kamil dan Ahmad Luthfi akan menang, usai Jokowi menyatakan dukungan dan turun kampanye.
Baca Selengkapnya"Kalau tingkat kepuasan Jokowi naik maka kabar baik bagi Prabowo, kurang baik bagi Anies," kata kata Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta
Baca SelengkapnyaHasil survei terbaru dari tiga lembaga survei Indikator, Poltracking, dan Populi menunjukkan popularitas pasangan Prabowo-Gibran melampaui 40 persen.
Baca SelengkapnyaEep menegaskan, Pilpres 2024 belum selesai. Baik Ganjar-Mahfud dan Anies-Cak Imin masih berpeluang meraih kemenangan.
Baca SelengkapnyaJokowi effect diyakini mampu mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran
Baca SelengkapnyaDari Oktober 2023, elektabilitas PDI Perjuangan mengalami penurunan dari 20,8 persen, lalu 19,7 persen dan 19,1 persen di Desember 2023
Baca SelengkapnyaElektabilitas Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres naik signifikan mengalahkan Mahfud MD dan Cak Imin.
Baca SelengkapnyaSebaliknya, penurunan dialami pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Padahal, Ganjar pernah menjabat Gubernur Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaBelum tentu adanya korelasi kepuasan Jokowi dengan elektabilitas Gibran.
Baca Selengkapnyapihak yang paling potensial melakukan kecurangan berdasarkan survei adalah partai politik dengan presentase 17,1 persen.
Baca SelengkapnyaHasil survei Poltracking Indonesia mengungkap 17,6 persen publik tidak puas dengan kinerja Presiden Jokowi.
Baca Selengkapnya