Selain Relawan, TKN Ikut Sarankan Jokowi Tampil 'Menyerang' Lawan Hoaks & Fitnah
Merdeka.com - Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin Abdul Kadir Karding mengatakan pihaknya ikut menyarankan Jokowi untuk lebih aktif menjawab kritik dan tudingan. Sebab, menurutnya, Jokowi sudah 4 tahun belakangan diam diserang berbagai fitnah dan hoaks yang dilontarkan lawan politiknya.
"Kita dorong Pak Jokowi tidak terlalu diam. Kita dorong TKN jangan hanya memadamkan kebakaran," kata Karding saat dihubungi merdeka.com, Rabu (6/2).
Karding mengungkapkan alasan di balik saran timses kepada Jokowi itu. Pertama, banyak warga Indonesia mulai percaya terhadap hoaks yang diarahkan kepada mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
-
Apa yang dibilang Jokowi soal kampanye? 'presiden boleh berkampanye.''
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Gimana caranya Jokowi ikut kampanye? Pasal 281 mensyaratkan pejabat negara yang ikut berkampanye dilarang untuk menggunakan fasilitas negara atau mereka harus cuti di luar tanggungan.
-
Siapa yang menggugat Jokowi? Gugatan itu dilayangkan Tim Pembela Demokrasi Indonesia (TPDI)
-
Apa yang Jokowi ajak untuk ditanggulangi? 'Selain itu kejahatan maritim juga harus kita tanggulangi seperti perompakan, penyelundupan manusia, narkotika, dan juga ilegal unregulated unreported IUU Fishing,'
"Namun ternyata hasil survei kita di internal, diamnya ini bukan menyelesaikan masalah karena orang yang percaya terhadpa isu Pak Jokowi TKI, Pak Jokowi anti Asing, Pak Jokowi anti Islam atau kriminalsisasi ulama, Pak Jokowi banyak utang dan sebagainya itu ada 9 juta," ujarnya.
Kemudian, kata Karding, semua narasi pesimisme yang dibangun kubu oposisi ternyata merusak tatanan sosial dan karakter bangsa Indonesia.
Apalagi narasi-narasi bohong yang dibangun narasi-narasi ketakutan yang dibangun, narasi-narasi pesimisme membangun kekhawatiran fitnah ini itu secara langsung merusak karakter bangsa yang tidak ada yang jujur yang sopan keadaban, kekeluargaan,"
Terlebih lagi, berdasarkan survei internal, diamnya Jokowi justru kontraproduktif kepadanya. Hal ini dapat membahayakan elektabilitas Jokowi jelang tahapan pencoblosan.
"Beliau diam rupanya justru kontraproduktif bagi Pak Jokowi bagi bangsa ini. Karena ada 9 juta orang penduduk yang percaya," tegas Karding.
Ketua DPP PKB ini menambahkan, sebenarnya tak ada yang berubah dari gaya kampanye Jokowi belakangan ini. Gaya menyerang yang kini dipakai Jokowi pun dianggap hal wajar dalam kampanye dan demokrasi di Indonesia.
"Di dalam demokrasi atau kampanye kalau seseorang calon atau tim kampanyenya menegaskan beberapa hal yang perlu ditegaskan misalnya jangan suka berbohong, jangan menggunakan propaganda tertentu yang bisa merusak kita, saya kira hal yang wajar saja. Cuma memang selama ini Pak Jokowi diam dianggapnya kok berubah, tapi misalnya Pak Prabowo yg selama ini keras tidak pernah dianggap biasa saja," tandasnya.
Selain Karding,Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin Arsul Sani mengaku tak setuju dengan opini yang menyebut Jokowi memakai strategi menyerang dalam kampanye. Namun, dia menyebut sikap Jokowi yang tak lagi diam itu dengan semua tuduhan dan fitnah merupakan masukan dari relawan pendukung.
"Masukan dari banyak pihak. Semisal relawan pendukung," kata Arsul.
Sebelumnya, Jokowi berulang kali menyindir soal serangan-serangan yang dilancarkan lawan politiknya. Itu disampaikan Jokowi saat bertemu dengan para relawannya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Dia memberikan contoh beberapa isu hoaks yang merajalela jelang Pilpres, mulai dari 7 kontainer sudah dicoblos, hingga selang darah dipakai 40 kali di rumah sakit. "Saya berikan contoh, katanya ada 7 kontainer yang sudah dicoblos. 7 Kontainer itu kalau saya hitung 80 juta kertasnya (surat suara). Begitu dijawab diam," kata Jokowi.
"Besoknya keluar lagi selang darah dipakai sampai 40 kali. Dijawab lagi dari RSCM, diam," lanjut Jokowi.
Tidak hanya itu, Jokowi juga mengungkit terkait kasus hoaks yang menjerat Ratna Sarumpaet. Dia mengatakan yang tidak benar adalah yang memberikan informasi bahwa Ratna babak belur lantaran dipukuli dan dianiaya. "Itu enggak benar. Itu maunya apa sih? Maunya sebetulnya apa? Nuduh kita kriminalisasi, itu saja sebetulnya arahnya," kata Jokowi.
Jokowi pun yakin masyarakat kini bisa cerdas. Dan tidak bisa termakan isu hoaks. "Tapi masyarakat sekarang ini cerdas dan masyarakat pintar-pintar. Dipikir masyarakat masih bodoh-bodoh," tegas Jokowi.
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
TKN Prabowo-Gibran meminta relawan tidak ragu memilih Prabowo-Gibran bila menganggap Jokowi orang hebat.
Baca SelengkapnyaKunto menerangkan, dengan menunjuk relawannya, Jokowi juga tidak harus konsultasi dengan pimpinan parpol jika ingin mengambil kebijakan di Kominfo.
Baca SelengkapnyaLuhut mengungkapkan, bahwa Presiden Jokowi adalah sosok yang sangat mendengarkan pendapat seluruh pihak.
Baca SelengkapnyaRocky heran kasusnya masih dilanjutkan, padahal Jokowi menanggapi santai kritriknya.
Baca SelengkapnyaSaid menilai, akan sepi jika Jokowi memilih untuk beristirahat usai purna tugas sebagai kepala negara.
Baca SelengkapnyaTuduhan itu, diantaranya skenario tiga periode dan ingin merebut partai politik lain.
Baca SelengkapnyaTim Hukum Nasional AMIN sudah menyiapkan format laporan terkait pernyataan Jokowi ke Bawaslu.
Baca SelengkapnyaHabiburrahman menegaskan pihaknya terbuka apabila kubunya mendapat dukungan Presiden Jokowi.
Baca SelengkapnyaJokowi menjelaskan bahwa presiden boleh berkampanye dan berpihak di Pemilu
Baca SelengkapnyaDia mengungkapkan bahwa Jokowi sempat heran soal namanya ramai masuk Partai Golkar.
Baca SelengkapnyaKetua DPP PDIP, MH Said Abdullah, mengatakan pihaknya tidak mempermasalahkan bila Jokowi turun gunung berkampanye.
Baca SelengkapnyaDia pun meminta kepada pihak terkait, baik Bawaslu, DKPP, Kepolisian agar menangkal tiga skenario melawan hukum ini.
Baca Selengkapnya