Serakahnya Akom sudah jadi ketua DPR masih incar Ketum Golkar
Merdeka.com - Kisruh di internal tubuh Partai Golongan Karya (Golkar) seolah tak pernah ada ujungnya. Baru saja perseteruan antara kubu Aburizal Bakrie dengan kubu Agung Laksono memadam, kini kisruh baru muncul kembali jelang Musyawarah Nasional (Munas).
Kisruh baru ini kian memanas setelah nama Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Ade Komarudin (Akom) disebut menjadi bakal calon Ketua Partai Golkar pengganti Aburizal Bakrie. Akom merupakan salah satu nama dari dua belas nama yang menjadi bakal calon ketua umum Golkar.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti mengatakan pengusungan nama Akom dalam sederetan nama yang menjadi bakal calon Ketua Umum Golkar bukan menjadi persoalan. Menurut dia, secara legal menjadi ketua umum partai sekaligus Ketua DPR sah-sah saja.
-
Kenapa Partai Golkar tidak mau Munaslub? “Saya berpandangan, Munaslub hanyalah jalan akhir ketika terdapat musibah, kondisi darurat atau force major sehingga ada unsur di puncak partai yang tidak berjalan.
-
Siapa yang diminta tidak mengklaim sebagai kader Golkar? Partai Golkar meminta Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia tidak mengklaim sebagai kader partai yang dipimpin Ketua Umum Airlangga Hartarto.
-
Kenapa Golkar menolak Munaslub? Ketiga Dewan Partai Golkar menyatakan menolak wacana musyawarah nasional luar biasa (munaslub). Mereka solid mendukung Airlangga, yakni Dewan Pembina, Dewan Kehormatan, dan Dewan Pakar.
-
Kenapa Golkar Sulut menolak Munaslub? Pemilu serentak 2024 tinggal menghitung bulan saja. Intinya kami menolak munaslub. Sekali lagi kami di Sulut sangat solid dan mendukung Pak Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar,“
-
Siapa yang memimpin Golkar? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mendampingi Presiden Joko Widodo yang memimpin jalannya KTT di Jakarta Convention Center (JCC) Jakarta, Rabu (6/9).
"Tapi kalau dari pendidikan politik sebagai Ketua DPR itu harus betul-betul sudah keluar dari jabatan struktural," kata Ray saat dihubungi merdeka.com, Minggu (7/2).
Ray menuturkan, Akom setidaknya perlu belajar dari tokoh lain yang mengundurkan diri dari jabatan struktural di DPR jika ingin memimpin partai. Salah satunya, dia menyebut nama Anis Matta yang pernah mengundurkan diri sebagai wakil ketua DPR saat terpilih menjadi Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS).
"Anggota saja kalau terpilih jadi ketua partai dia keluar dari jabatannya di DPR. Harus pilih salah satu," ujar Ray.
Mengurus partai tentu tidak lepas dari mengurus rakyat. Meski demikian, jelas Ray jabatan di dua lembaga membutuhkan kosentrasi dan kelihaian yang sangat matang. Sebagai manusia biasa, Ray memastikan tidak ada manusia yang bisa fokus dalam banyak urusan.
"Enggak ada manusia yang super, jangan sok-sok super lah," lanjut dia.
Dari sisi potensi, Ray tak menampik jika mantan ketua fraksi Golkar itu memiliki kecakapan yang bagus. Sementara dari dukungan, tentu Akom dianggap cukup memiliki backup yang kuat di tubuh Golkar. pasalnya, dia termasuk orang yang berpengaruh dalam Kesatuan Organisasi Serba Guna Gotong Royong (Kosgoro).
"Kalau dia (Akom) potensinya lumayan, dia juga punya dukungan dari Kosgoro, dibanding yang lain," ungkap dia.
Dalam pengusungan sejumlah nama bakal calon Ketua umum Golkar ini, Akom diduga diusung oleh Aburizal Bakrie. Hal ini nampak dari penunjukan Akom sebelumnya untuk menggantikan Setya Novanto saat jatuh dari jabatannya sebagai ketua DPR. Namun Ray melihat Ical sapaan akrab Aburizal Bakrie tengah bermain dua kaki dalam Munas Golkar kali ini.
"Aburizal enggak akan main satu kaki, rugi dia kalau mau main satu kaki. Dia tentu masih ada calon-calon lain," tuntasnya.
Senada dengan Ray, pengamat politik Syamsudin Haris menuturkan nama Akom yang masuk dalam sejumlah nama bakal calon ketua umum Partai Golkar tidak perlu diperdebatkan. Dia menilai, persoalan maju atau tidaknya Akom tergantung dari Golkar.
"Saya pikir calonnya banyak ya, kalau jabatan legislatif tergantung partainya," ujar Syamsudin.
Namun jika diperhadapkan dengan dua pilihan sebagai pemimpin partai dan ketua DPR, Syamsudin menyarankan agar Akom konsisten dengan jabatannya sekarang. "Sebaiknya jangan supaya fokus. Jangan naik karena biar lebih fokus dengan jabatan legislatifnya," sambung dia.
Sementara pengamat politik Nico Harjanto menilai maju atau tidaknya Akom dalam pemilihan ketua umum Golkar nanti tidak perlu dibatasi oleh siapa pun. "Enggak apa-apa, enggak ada larangan," ujar dia.
(mdk/ren)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Ketua Umum MKRG, Adies Kadir menilai Jokowi dan Gibran tidak mungkin mengacak-acak Golkar
Baca SelengkapnyaAirlangga menanggapi muncul nama Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka, Agus Gumiwang, hingga Bahlil Lahadalia jadi calon Ketum Golkar.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar solid dan tengah fokus merebut kemenangan baik pilpres maupun pileg dan pilkada di 2024 mendatang.
Baca Selengkapnya"Tidak ada Munaslub. Semua sudah final dan tegas, Munas digelar 2024," tegas Agung Laksono.
Baca SelengkapnyaJokowi membantah ikut cawe-cawe soal isu Munaslub Golkar.
Baca SelengkapnyaAirlangga menyatakan, Golkar masih solid sesuai keputusan rapat kerja nasional.
Baca SelengkapnyaGolkar mengakui tidak mudah menghadapi kondisi di mana DPP memutuskan tidak mengusung Airin di Pilgub Banten.
Baca SelengkapnyaKetua DPD Partai Golkar DKI Jakarta Ahmed Zaki Iskandar menegaskan, pihaknya tetap solid mendukung Airlangga menjadi Ketum Golkar lagi.
Baca Selengkapnya