Sindiran Sekjen Golkar di tengah ketidakpastian nasib Dedi Mulyadi
Merdeka.com - Nasib Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi di Pilgub Jawa Barat 2018 masih belum jelas. Padahal, awal tahun 2017 lalu, posisi Dedi Mulyadi hampir tak tergantikan bakal diusung Partai Golkar sebagai Cagub Jabar.
Di tengah ketidakpastian Dedi diusung sebagai Cagub Jabar, Sekjen Golkar Idrus Marham mencetuskan pernyataan bernada menyindir. Menurut dia, banyak kader yang ketika tak dicalonkan di Pilkada memilih pindah partai.
"Dalam realitas, kita lihat begitu banyak teman-teman yang kepentingannya tidak terpenuhi, pindah partai," kata Idrus saat membuka acara Diklat Komunikator Partai Golkar di The Sultan Hotel, Kamis (7/9).
-
Apa yang diusung Idrus Marham untuk Golkar? Idrus Marham yang juga mantan narapidana kasus korupsi tersebut menginginkan Airlangga Hartarto mundur dari kursi ketua umum Golkar.
-
Bagaimana Dedi Mulyadi mencalonkan diri? Sebagai calon, Dedi mengaku akan meminta restu persetujuan dari Ketum Gerindra Prabowo Subianto untuk bertarung pada Pilkada Jabar.
-
Siapa yang dikritik Golkar soal maju Pilgub DKI? Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menyindir, Anies Baswedan yang tengah mempertimbangkan maju kembali di Pemilihan Gubernur Jakarta.
-
Siapa yang mendukung Dedi Mulyadi? 'Kita tadi sudah berdiskusi banyak. Intinya bahwa kita mendukung Pak Dedi Mulyadi untuk menjadi calon gubernur di Jawa Barat,' kata Singgih dalam keterangannya.
-
Siapa yang diusung Partai Nasdem untuk Pilgub Jabar? Anak Presiden ke-3 ini diusung oleh Partai NasDem.
-
Siapa ketua umum Partai Golkar saat ini? Airlangga Hartarto menjadi Ketua Umum Partai Golkar ke-11 sejak pertama kali dipimpin Djuhartono tahun 1964.
Saat ini Golkar tengah mempertimbangkan dua nama di internal untuk diusung sebagai calon gubernur Jawa Barat. Selain nama Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi, ada juga nama Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
"Begitu tidak dicalonkan jadi calon gubernur, calon bupati, calon walikota, calon wakil walikota, tiba-tiba cari lagi tiket-tiket lain. Begitu tidak diterima di situ pindah lagi, begitu jadi wali kota pindah lagi ke partai lain. Mungkin mereka berpartai bukan berdasar cita-cita dan ideologi tapi untuk kepentingan diri dan sangat pragmatis," kata Idrus.
Idrus memang tak menyebutkan detil maksud pernyataan tersebut tertuju untuk siapa. Namun gayung pun bersambut, Dedi Mulyadi menjawab sindiran Idrus dengan menohok. Menurut Dedi, para kader yang loncat partai pasti memiliki alasan yang kuat.
"Harus kita hormati ya tidak boleh loncat partai. Tetapi kan loncat partai itu kan memiliki alasan," kata Dedi ketika ditemui di Jakarta, Kamis (7/9).
Menurut dia, apabila ada kader yang loncat partai seharusnya Partai Golkar juga bersama-sama memberikan fasilitas yang nyaman kepada kader. Ruang organisasi, kata dia, semakin dibuka serta komunikasi politik semakin di bangun.
"Lalu kesejahteraan politiknya makin mantap. Kemudian mengedepankan kader-kader yang militan," jawab Dedi.
Soal nasibnya di Pilgub Jabar, Dedi pun tak mau berandai-andai. Termasuk posisinya yang terancam diambilalih oleh Ridwan Kamil.
"Kan tidak boleh mengandai-andai saya bukan pengkhayal. Saya pekerja," kata Dedi.
Dengan sedikit merendah, dia tetap optimis walaupun Partai Golkar belum memberikan keputusan.
"Saya selalu optimis. Walaupun saya orang desa orang kampung. Kalau bukan orang kampung bayangin bisa diundang ke sini, saya sarjana S1," kata Dedi usai menghadiri Kuliah Umum di program Pascasarjana UNUSIA Jakarta, sekaligus sebagai keynote speaker dengan Tema 'Dialog Agama & Budaya Nusantara dalam Dunia Aristektur'.
Di sisi lain, Partai Golkar memang tengah dilanda kisruh internal jelang menghadapi Pilkada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Ketua DPD Partai Golkar NTT, Ibrahim Agustinus Medah 'lompat pagar' ke Partai Hanura.
Medah memilih 'lompat pagar' ke Partai Hanura karena menilai kebijakan partai berlambang Pohon Beringin itu tidak melihat mekanisme pencalonan Gubernur NTT sedang berproses di tubuh partai.
"Sejak Kamis (24/8) saya sudah nyatakan mundur dari Partai Golkar dan hari ini (Jumat, 25/8) saya nyatakan menjadi anggota Partai Hanura," kata Medah.
Medah menilai, keputusan DPP Partai Golkar yang menetapkan kader partai atas nama Melki Laka Lena sebagai bakal calon Gubernur NTT periode 2018-2023 berada di luar mekanisme dan peraturan organisasi Partai Golkar.
Padahal, kata Medah, pemberian diskresi DPP Partai Golkar kepadanya untuk memimpin DPD Partai Golkar NTT hingga tiga kali berturut-turut, karena Golkar mempersiapkan dirinya menjadi calon gubernur NTT pada Pilkada 2018.
Bahkan diskresi yang diberikan itu diikuti dengan penandatanganan pernyataan yang dilakukannya dan diketahui pula oleh DPP Partai Golkar.
"Isi pernyataan antara lain menyatakan saya akan meletakan jabatan jika kalah dalam Pilgub. Nah sekarang DPP sudah putuskan calon lain maka saya memilih meletakan jabatan dan hengkang dari Golkar," katanya menegaskan.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pengurus Partai Gerindra Jawa Barat menyebut ada dua nama yang dipertimbangkan untuk diusung, yakni Dedi Mulyadi dan Taufik Hidayat.
Baca SelengkapnyaDedi Mulyadi mengaku sudah berkomunikasi dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto membahas Pilkada Jabar
Baca SelengkapnyaBanyak pihak meyakini, jika RK didukung untuk Pilkada Jakarta, maka peluang Dedi Mulyadi di Jabar terbuka lebar.
Baca SelengkapnyaAda tiga nama kuat dari Gerindra yang berpotensi diusung sebagai Cawagub Jabar
Baca SelengkapnyaBeredar dukungan cagub Dedi Mulyadi berpasangan dengan politikus Golkar Nurul Arifin sebagai cawagub untuk Pilkada Jabar 2024.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar menyatakan mendukung KDM di Pilgub Jabar tahun ini.
Baca SelengkapnyaPartai Golkar sudah menyiapkan beberapa nama lain di Pilkada Jabar.
Baca SelengkapnyaGerindra tidak bisa mencalonkan Dedi Mulyadi sendiri. Sehingga akan berkomunikasi dengan partai-partai lain.
Baca SelengkapnyaAirlangga enggan menjelaskan lebih detil mengapa memberikan rekomendasi dukungan kepada Dedi Mulyadi dan bukan RK.
Baca SelengkapnyaTiket dukungan dipastikan usai pertemuan antara Dedi Mulyadi dengan utusan Ketum Golkar yakni Singgih Januratmoko
Baca SelengkapnyaKetum Golkar Airlangga Hartarto menyinggung Koalisi Indonesia Maju (KIM) 'Plus' untuk Pilkada Jakarta 2024.
Baca SelengkapnyaDedi Mulyadi mengaku siap jika ditugaskan maju pada Pilgub Jabar
Baca Selengkapnya