Soal kemampuan dan kinerja Ahok unggul, tapi elektabilitas Anies
Merdeka.com - Pelaksanaan Pilgub DKI 2017 putaran kedua tinggal seminggu lagi. Dua kandidat, Ahok-Djarot dan Anies-Sandi bersaing ketat dalam hasil survei Media Survei Nasional (Median) terbaru.
Median merilis survei bertema 'Paradoks Prilaku Pemilih Pilgub DKI 2017 : Adu Kuat Pemilih Rasional VS Pemilih Emosional'. Hasilnya, terjadi fenomena paradoks antara elektabilitas kedua pasangan calon dengan perilaku pemilih warga Jakarta.
Di satu sisi, lebih banyak pemilih yang mengakui kompetensi dan hasil kinerja pasangan Ahok-Djarot selama memimpin DKI Jakarta, namun di sisi lain, pasangan Anies-Sandi masih unggul secara elektabilitas. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun dalam rilisnya kepada media, Senin (10/2).
-
Kenapa Anies dianggap salah satu tokoh dengan elektabilitas tinggi? Anies jadi satu di antara tiga tokoh capres dengan elektabilitas terkuat di sejumlah lembaga survei.
-
Siapa yang kalah saat Anies melawan Ahok? Pertama, saat Pilkada DKI Jakarta 2017 ketika Anies Baswedan mengalahkan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
-
Bagaimana Golkar menanggapi Anies di Pilgub DKI? 'Mau turun pangkat lagi dari capres menjadi cagub lagi gitu. Jadi saya kira tentu ini harus dipikirkan,' tegas dia.
-
Apa yang dikritik Golkar dari Anies soal Pilgub DKI? Dia mempertanyakan, apakah ada partai yang mau mengusung Anies di Pilgub Jakarta.
-
Kenapa PKS usung Anies-Sohibul di Pilgub Jakarta? 'Selanjutnya, rencana pertemuan dengan PKB juga sudah dirancang dan akan dilaksanakan. Kami optimis, insya Allah sosok Bapak Anies Rasyid Baswedan dan Bapak Mohamad Sohibul Iman adalah kandidat yang memiliki peluang menang besar,' pungkasnya.
-
Kenapa Golkar pertanyakan Anies maju di Pilgub DKI? 'Tapi tentu kan kita tahu bahwa majunya seseorangan menjadi kepala daerah itu kan harus mendapatkan dukungan dari partai politik, pertanyaannya adalah tentu dari partai mana gitu ya,' kata Ace, saat diwawancarai di Gedung Nusantara II DPR, Senayan, Jakarta, Senin (20/5).
Menurut Rico, besarnya penilaian positif terhadap kompetensi pasangan Ahok-Djarot itu, membuat tingkat kepuasan warga terhadap kinerja calon petahana menurut survei, masih cukup tinggi, yaitu mencapai 65,6 persen. Namun Rico menambahkan, tingginya kompetensi Ahok-Djarot dibandingkan Anies-Sandi di mata pemilih, tidak lantas berbanding lurus dengan tingkat elektabilitasnya.
"Ketika kami tanyakan kepada responden, pasangan mana yang akan Anda pilih menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nanti? Ternyata 49,8 persen responden memilih Anies-Sandi, sementara yang akan memilih Ahok-Djarot hanya 43,5 persen pemilih, sisanya sekitar 6,7 persen belum menentukan pilihan," kata Rico.
Rico menerangkan, terdapat semacam paradoks pada pemilih DKI Jakarta, karena ketika ditanyakan, siapakah kandidat yang paling mampu membenahi Jakarta, terlepas dari pilihan nanti dalam Pilkada, ternyata sebagian besar menyatakan pasangan Ahok-Djarot lebih mampu.
"Berdasarkan survei, ada 44,9 persen responden menilai bahwa Ahok-Djarot dianggap paling mampu membenahi Jakarta, sementara yang menilai Anies-Sandi paling mampu hanya 40,9 persen, dan sekitar 14,6 persen menjawab tidak tahu," katanya.
Selain itu, menurut Rico, ketika ditanya kepada responden terkait program kerja kandidat manakah yang terbaik, terlepas dari Pilihan pada pilkada nanti, ternyata 46,1 persen pemilih menilai bahwa program kerja Ahok-Djarot paling bagus. Sementara pemilih yang menilai program kerja Anies-Sandi paling bagus hanya 39,3 persen, sisanya 14,6 persen menjawab tidak tahu.
"Bahkan ketika ditanyakan terkait siapakah kandidat yang paling berpengalaman di antara keduanya, sebanyak 65,9 persen pemilih menilai bahwa Ahok-Djarot paling berpengalaman. Sementara yang menilai Anies-Sandi hanya 23,2 persen, dan sisanya 10,8 persen menjawab tidak tahu," katanya.
Survei ini dilakukan pada tanggal 1-6 April 2017, terhadap 1.200 responden warga DKI Jakarta yang memiliki hak pilih, dengan margin of Error sebesar +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Sampel dipilih secara random dengan teknik Multistage Random Sampling dan proporsional atas Kotamadya dan gender. (mdk/rnd)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Pilkada Jakarta bakal digelar November 2024. Tiga calon kuat digadang memiliki potensi menang jika maju sebagai cagub.
Baca SelengkapnyaHasil quick count Pilkada DKI 2017 menggambarkan pergeseran dukungan pemilih sehingga memunculkan hasil yang tidak terduga.
Baca SelengkapnyaElektabilitas tiga nama besar di Pilkada Jakarta saling berkejaran
Baca SelengkapnyaSurvei Indikator melakukan sejumlah simulasi pasangan calon di Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini nama Ahok juga masih menjadi pertimbangan bagi PDIP untuk di Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaTercatat, Anies Baswedan berada di peringkat teratas disegala simulasi.
Baca SelengkapnyaAirlangga menyatakan, hasil survei keluar sebelum para calon resmi mendaftar.
Baca SelengkapnyaIndikator Politik Indonesia merilis hasil survei terbaru tentang calon gubernur di Pilkada Jakarta 2024
Baca SelengkapnyaAhok di mata Said Abdullah adalah sosok pemimpin yang bekerja dengan sangat baik selama memimpin Jakarta.
Baca SelengkapnyaAhok juga mengalami penambahan suara. Dari 32 persen menjadi 42 persen.
Baca SelengkapnyaAnies Baswedan memperoleh suara tertinggi berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas
Baca SelengkapnyaSurvei periodik Litbang Kompas dilakukan dengan wawancara tatap muka dan diselenggarakan pada 15-20 Juni 2024.
Baca Selengkapnya