Suara etnis Tionghoa bisa jadi penentu di Pilkada Medan
Merdeka.com - Dua pasangan calon wali kota dan calon wakil wali kota Medan masih sibuk kampanye menjelang Pilkada serentak, Rabu (9/12). Namun, warga tak begitu antusias dengan pesta demokrasi ini.
"Kalau mau jujur, tidak begitu terasa gaungnya. Kita warga juga merasa tidak ada untungnya memilih, karena siapa pun yang dipilih, kita terus begini saja. Yang sibuk ya TS-TS-nya (tim sukses), karena mereka kan ada kepentingan," kata Budi Hermansyah, warga Teladan, Medan, Selasa (1/12).
Hal senada disampaikan Fakhrudin Pohan, warga Medan Polonia. "Menurutku, kedua pasangan yang ikut tidak meyakinkan," kata Fakhrudin.
-
Apa potensi dari keberagaman di Medan? 'Jadi, kami selalu berkomunikasi dengan tokoh lintas agama. Keragaman yang kita miliki, coba kami cerminkan dalam komposisi pimpinan perangkat daerah di lingkungan Pemko Medan. Dari puluhan perangkat daerah yang ada, diisi oleh kepala dinas dari ragam agama, termasuk umat Kristiani, ' kata Bobby Nasution.
-
Siapa yang datang ke Medan? Selain bersilaturahmi, kunjungan kerja (kunker) Komisi II DPR RI yang diketuai Junimart Girsang ini dalam rangka mendengar dan mengetahui kesiapan Pemilu 2024 di Kota Medan.
-
Apa itu Pilkada Serentak? Pilkada Serentak merujuk pada pemilihan kepala daerah yang dilaksanakan secara bersamaan di seluruh wilayah Indonesia, termasuk pemilihan gubernur, bupati, dan wali kota.
-
Apa yang terjadi di Stadion Teladan Medan? Akibatnya, Stadion Teladan Medan ambruk di tengah kepadatan penonton. Petaka ini mengakibatkan 9 anak tewas karena terinjak-injak massa, sementara puluhan orang lainnya mengalami luka-luka dan ratusan orang jatuh pingsan.
-
Dimana Pilkada ini? Pilkada Jawa Tengah semakin menarik karena bakal ada 'perang bintang'.
Pemilihan kepala daerah Kota Medan hanya diikuti dua pasang calon. Yaitu pasangan nomor urut 1, Dzulmi Eldin-Akhyar Nasution, dan pasangan nomor urut 2, Ramadhan Pohan-Eddie Kusuma. Mereka akan memperebutkan 1.985.096 suara pemilih terdata dalam Daftar Pemilih Tetap.
Dzulmi Eldin-Akhyar Nasution diusung PDI Perjuangan, Partai Golkar, Partai Nasdem, PKS, PKPI, PAN, dan PBB. Sementara itu, Ramadhan Pohan-Eddie Kusuma didukung Partai Demokrat, Partai Gerindra, dan Partai Hanura.
Dzulmi Eldin merupakan calon petahana, karena sebelumnya dia menjabat Wakil Wali Kota. Dia kemudian menjadi Wali Kota Medan, menggantikan Rahudman Harahap yang terjerat kasus korupsi. Sementara Ramadhan Pohan adalah mantan anggota DPR yang juga elite Partai Demokrat.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Arifin Saleh Siregar berpandangan, kurangnya gaung pilkada ini juga dipicu pilihan yang tersedia. "Kedua pasangan yang bertarung pada Pilkada Medan memang tidak meyakinkan dan tidak teruji, baik dari rekam jejak maupun kampanye-kampanyenya," kata Arifin.
Dua pilihan dinilai tidak meyakinkan ini diperkirakan akan semakin memperbesar jumlah warga yang tidak memilih alias golput. "Kelas menengah ke atas di Kota Medan akan memilih untuk tidak memilih. Kalangan ini sangat rasional dan tidak terpengaruh dengan money politic. Kelompok ini banyak di Medan," ujar Arifin.
Pada pemilu legislatif lalu, partisipasi pemilih di seluruh Kota Medan hanya berkisar 51,83 persen. Sementara pada Pilkada 2010, hanya 36,23 persen pemilih yang menggunakan hak suaranya.
Begitupun, masing-masing pasangan calon memiliki senjata pamungkas memenangkan Pilkada Kota Medan. Petahana tetap berpeluang karena memiliki masa sosialisasi yang sangat panjang. Mesin birokrasi pun hampir dipastikan relatif akan berpihak dan cenderung jadi mesin politik.
Sementara pasangan penantangnya bukan tanpa peluang. Calon wakil dari kalangan Tionghoa memberi keuntungan tersendiri.
"Masyarakat Tionghoa bisa jadi penentu. Seperti pengalaman pilkada atau pemilu sebelumnya, warga Tionghoa akan berbondong-bondong memilih calon yang mereka yakini bisa mewakili kepentingannya. Terlebih, etnis Tionghoa di Medan berada di posisi tiga besar, setelah Jawa dan Melayu," ucap Arifin.
Maka dari itu, Arifin memperkirakan isu agama, suku, dan ras akan terus digulirkan hingga hari pencoblosan. "Tidak terang-terangan, pasti disuarakan mulut ke mulut," lanjut Arifin. (mdk/ary)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jamiluddin Ritonga mengungkapkan, ada tiga faktor yang memicu naiknya elektabilitas Pramono-Rano.
Baca SelengkapnyaDapil Jateng V ini diketahui sebagai 'kandang banteng', karena suara PDIP paling tinggi di daerah tersebut.
Baca SelengkapnyaSohibul Iman mengaku tidak masalah dengan survei tersebut
Baca SelengkapnyaKabupten Kampar dengan jumlah DPT mencapai 600 ribu lebih menjadi salah satu lumbung suara potensial dalam peta politik Provinsi Riau.
Baca SelengkapnyaSampai saat ini nama Ahok juga masih menjadi pertimbangan bagi PDIP untuk di Pilkada Jakarta.
Baca SelengkapnyaLitbang Kompas merilis survei terbaru terkait pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Jakarta 2024, Selasa (16/7).
Baca SelengkapnyaCak Imin targetkan 60 persen suara di Jawa Timur. Bahkan, dia yakin menang di DKI Jakarta.
Baca SelengkapnyaSementara di posisi ke lima caleg jadi Sudian Noor dari PAN dengan perolehan 92.669 suara.
Baca SelengkapnyaPDIP memeroleh suara 16,82 persen, kemudian disusul Golkar dan Gerindra.
Baca SelengkapnyaKaesang meraih dukungan tertinggi dengan 17,7% pada simulasi semiterbuka 20 nama
Baca SelengkapnyaMasyarakat bisa memantau quick count Pilpres 2024 di merdeka.com
Baca SelengkapnyaArtinya, Ketua DPR terpilih akan berasal dari partai pemenang Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
Baca Selengkapnya