Suara Jokowi turun karena kesenjangan ekonomi, NasDem sebut tak separah era SBY
Merdeka.com - Lembaga survei Median menyebut elektabilitas Joko Widodo merosot jelang dimulainya tahapan Pemilihan Presiden 2019. Elektabilitas Jokowi berada di angka 35 persen.
Ketua DPP Partai NasDem, Irma Suryani menegaskan hasil survei Median akan dijadikan bahan evaluasi untuk bekerja lebih keras menaikkan elektabilitas Jokowi.
"Kami tetap memandang hasil survei ini sebagai cambuk untuk bekerja lebih baik lagi," kata Irma saat dihubungi merdeka.com, Jumat (23/2).
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Bagaimana Indikator Politik melakukan survei ini? Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 sampel responden yang dipilih menggunakan multistage random sampling.
-
Mengapa persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di era Jokowi menurun? Adapun jika melihat trennya, persepsi positif menurun, sebaliknya persepsi negatif meningkat.
Sebagai partai pendukung, kata Irma, seluruh kader Partai NasDem akan melakukan kerja-kerja pemenangan Jokowi.
"Supporting parpol terhadap program pemerintah untuk rakyat harusnya di atas kepentingan kekuasaan kelompok," ujarnya.
Median menyatakan penyebab merosotnya elektabilitas Jokowi karena beberapa faktor, salah satunya kesenjangan ekonomi di Indonesia. Irma menilai kesenjangan ekonomi memang terjadi, namun tidak separah di era Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menurutnya, pemerintah saat ini tengah bekerja optimal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan gencar membangun infrastruktur.
"Pemerintah sedang melakukan kerja untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara merata," tegasnya.
Dalam hal ini, peran partai politik pun dibutuhkan untuk mendukung program kemandirian ekonomi yang dilakukan pemerintah.
"Harga kebutuhan pokok tidak akan turun jika fasilitas untuk kemandirian ekonomi, irigasi, jalan dan distribusi pupuk serta teknologi yang sekarang sedang digalakkan tidak disupport oleh partai partai politik," klaimnya.
Selain itu, Irma mengakui, dalam 3 tahun pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla memang belum membuat seluruh rakyat sejahtera. Akan tetapi, pembangunan infrastruktur yang dilakukan diklaim telah dirasakan oleh rakyat di daerah pelosok Indonesia.
"Tetapi kemajuan infrastruktur dan lain-lain yang sudah dilakukan tentu dapat dirasakan berkeadilan bagi seluruh wilayah yang selama ini tidak pernah tersentuh," ungkap Irma.
"Masih ada yang teriak-teriak setop pembangunan infrastruktur, padahal tanpa infrastruktur yang memadai tidak mungkin bisa mensejahterakan rakyat contohnya kasus Asmat," sambungnya.
Hasil survei Media Survei Nasional (Median) menunjukkan suara Joko Widodo mengalami penurunan untuk maju dalam laga Pilpres 2019. Hal tersebut menurut Direktur eksekutif Median, Rico Marbun suara Jokowi mengalami penurunan dari 36,9% di April 2017, 36,2% di Oktober 2017, dan terakhir merosot menjadi 35% di Februari 2018.
"Karena suara Pak Jokowi secara konsisten mengalami penurunan dari bulan ke bulan. Sehingga secara konsisten mengalami lampu kuning dan secara konsisten menurun," kata Rico.
Ada beberapa faktor lantaran suara Jokowi terus merosot, yaitu masalah kesenjangan ekonomi di Indonesia terdapat 15,6%. Kemudian harga kebutuhan pokok yang terus meningkat terdapat 13,1%, masalah korupsi 10,1%, tarif listrik yang tinggi 9,7%. Hal tersebut kata Rico yang jadi alasan suara Jokowi terus merosot.
(mdk/dan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Elektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca SelengkapnyaDari Oktober 2023, elektabilitas PDI Perjuangan mengalami penurunan dari 20,8 persen, lalu 19,7 persen dan 19,1 persen di Desember 2023
Baca SelengkapnyaAda sekitar 20,21 persen yang merasa kurang puas dan 4,23 persen tidak puas sama sekali.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA mengungkapkan elektabilitas PDIP disalip Gerindra pada November 2023.
Baca SelengkapnyaEektabilitas Prabowo berada di angka 39,7 persen naik dibanding Agustus 2023
Baca SelengkapnyaPenurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud dinilai karena blunder gaya kampanye yang menyerang Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaPergerakan akar rumput Ganjar-Mahfud nyaris tidak ada
Baca SelengkapnyaCak Imin pun optimistis Ridwan Kamil dan Ahmad Luthfi akan menang, usai Jokowi menyatakan dukungan dan turun kampanye.
Baca SelengkapnyaPada survei terbaru 23-24 Desember 2023, elektabilitas Prabowo-Gibran mencapai angka 46,7 persen. Angkanya terus naik dari November 2023.
Baca SelengkapnyaPrabowo banyak mendapat imbas positif dari efek Jokowi.
Baca SelengkapnyaMenurut LSI, belakangan ini Prabowo sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca SelengkapnyaPopulasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau s
Baca Selengkapnya