Survei cagub Jatim: Khofifah paling populer, Gus Ipul paling dipilih
Merdeka.com - Antara popularitas, akseptabilitas, dan elektabilitas, tidak selalu berbanding lurus dan linier. Ini adalah fakta yang didapat Lembaga Riset Surabaya Survei Center (SSC), ketika melakukan survei untuk Pilgub Jawa Timur 2018.
Survei yang digelar pada 10 hingga 30 Juni 2017 itu, menempatkan lima kandidat dalam 'Top of Mind', yaitu Mensos Khofifah Indar Parawansa, Wagub Saifullah Yusuf (Gus Ipul), Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Bupati banyuwangi Abdullah Azwar Anas, dan Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur La Nyalla M Mattalitti.
Hasil riset SSC menunjukkan, Khofifah adalah kandidat paling populer oleh publik, yaitu 90 persen. Sementara Risma, menjadi calon dengan akseptabilitas (tingkat penerimaan) paling tinggi (75,8 persen), dan Gus Ipul sebagai kandidat paling elektabel alias paling dipilih (26,6 persen).
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
-
Bagaimana SMRC melakukan survei Pilgub Sulteng? Semua responden diwawancara secara tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.
-
Bagaimana Indikator Politik melakukan survei ini? Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 sampel responden yang dipilih menggunakan multistage random sampling.
-
Apa saja faktor yang mempengaruhi Pilgub Jateng? 'Peta kompetisi Pemilihan Gubernur Jawa Tengah berdasarkan temuan survei ini tampak masih cair. Semua kandidat masih berpeluang untuk saling mengungguli. Selain faktor popularitas calon, faktor Jokowi Effect, melalui tingkat kepuasan kepada presiden dapat berpengaruh,' imbuh dia.
-
Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil pemilu? Hasil pemilu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks dan bervariasi tergantung pada konteks politik suatu negara. Beberapa faktor yang umumnya dapat memengaruhi hasil pemilu meliputi: 1. Kandidat dan Partai Politik, 2. Isu Pemilu, 3. Faktor Ekonomi, 4. Media Massa, 5. Partisipasi Pemilih, 6. Sistem Pemilu, 7. Peraturan Pemilu, 8. Sentimen Publik, 9. Dukungan Elektoral, 10. Perubahan Demografis.
-
Kenapa opini sulit diverifikasi? Opini sulit atau bahkan tidak mungkin untuk diuji atau dibuktikan kebenarannya secara objektif. Pendapat pribadi mungkin berbeda-beda dan tidak bisa disepakati oleh semua orang.
Bagaimana dengan Bupati Anas dan La Nyalla? Meski masuk lima besar Top of Mind, posisi keduanya lebih diunggulkan sebagai calon wakil gubernur. Karena pada survei dengan pertanyaan terbuka (Top of Mind), Anas hanya mendapat dukungan 3,5 persen, sedang La Nyalla mendapat 2,3 persen.
Sementara di posisi cawagub, elektabilitas Anas cukup tinggi di posisi 12,9 persen. Disusul ketua DPD PDIP Jawa Timut, Kusnadi (7,50 persen), La Nyalla (7,40 persen), dan artis Anang Hermansyah (6,9 persen).
Direktur SSC, Mochtar W Oetomo menegaskan, hasil survei lembaganya ini menunjukkan sebuah fakta, bahwa antara popularitas, akseptabilitas dan elektabilitas tidak selalu berbanding lurus. "Tren ini semakin membuat strategi kontestasi Pilkada Jawa Timur semakin penuh tantangan dan kompleks," kata Mochtar, Rabu (12/7).
Menurutnya, popularitas lebih banyak didorong oleh publisitas media. Sehingga tidak heran, jika politisi artis seperti Anang Hermansyah bisa menempati posisi empat. Anang dikenal oleh 67,3 persen publik Jawa Timur.
Meski begitu, kata Mochtar, popularitas artis asal Jember itu masih jauh berada di bawah empat kadidat lain. Tertinggi adalah Menteri Khofifah dengan 90 persen dukunga, Gus Ipul (84,6 persen), dan Risma (79,8 persen). Soal aseptabilitas atau disuka, Risma memimpin dengan 75,8 persen dukungan. Disusul Gus Ipul (75,5 persen), Khofifah (67,9 persen), dan Mahfud MD (39 persen).
Untuk elektabilitas atau tingkat keterpilihan, Gus Ipul di posisi puncak dengan 26,6 persen dukungan, Risma (24,1 persen), dan Khofifah (16,8 persen). Kemudian disusul Bupati Anas dengan 5,5 persen dukungan dan La Nyala (4,40 persen).
"Temuan ini sekaligus mengonfirmasi bahwa seseorang dikenal, disukai masih belum cukup untuk bisa dipilih," ujar Mochtar.
Variabel keterpilihan (elektabilitas), sahut peneliti SSC Moh Edi Mazuki, semakin kompleks untuk bisa diprediksi. Elektabilitas semakin membutuhkan pemahaman, serta perlakuan strategi berbeda. "Kandidat tentu harus, dan dituntut untuk bisa menerapkan strategi yang tepat jika ingin memenangkan kontestasi," tambah Edi.
Survei SSC ini digelar pada 10 hingga 30 Juni 2017 dengan metode multistage random sampling. Survei ini mengambil sampel 800 responden yang tersebar di 38 kabupaten/kota se Jawa Timur, dengan margin of error mencapai 3,5 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. (mdk/bal)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kedikenalan Khofifah pada masyarakat Jatim menjadi yang sangat tinggi ketimbang cagub lainnya.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA membagi kategori popularitas menjadi dua, yaitu tingkat pengenalan dan kesukaan publik kepada cagub.
Baca SelengkapnyaSetidaknya ada tiga faktor yang membuat elektabilitas Prabowo-Gibran mendominasi kota yang terkenal dengan kesenian reog tersebut.
Baca SelengkapnyaSejumlah lembaga survei memotret elektabilitas atau tingkat keterpilihan capres dan cawapres empat hari menjelang pencoblosan.
Baca SelengkapnyaPemilih partai politik pengusung Khofifah-Emil dinilai sangat solid.
Baca SelengkapnyaPoltracking Indonesia merilis survei elektabilitas calon gubernur Jawa Timur 2024.
Baca SelengkapnyaPaslon Khofifah Indar Parawansa - Emil Dardak menduduki posisi teratas, disusul Paslon Tri Rismaharini - Zahrul Azhar Asumta.
Baca SelengkapnyaSurvei Poltracking mencatat suara warga Nahdlatul Ulama dan PKB kebanyakan mendukung Khofifah-Emil di Pilkada Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaKhofifah dibuntuti Tri Rismaharini di posisi kedua dengan 13,6 persen.
Baca SelengkapnyaSurvei dilakukan secara langsung dan tatap muka pada 4-10 September 2024.
Baca SelengkapnyaKhofifah menyebut hasil hitung cepat tidak akan jauh beda dengan hasil real count Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca SelengkapnyaBelum tentu adanya korelasi kepuasan Jokowi dengan elektabilitas Gibran.
Baca Selengkapnya