Survei Charta Politika: Elektabilitas Prabowo naik usai dapat mandat jadi capres
Merdeka.com - Charta Politica merilis hasil survei nasional pasca deklarasi internal Gerindra yang memberi mandat pada Ketua Umum Prabowo Subianto menjadi calon presiden 2019.
Hasilnya terungkap bahwa elektabilitas Prabowo Subianto menembus angka 23,3 persen. Calon petahana Jokowi tetap berada di puncak dengan tingkat elektabilitas menyentuh 51,2 persen.
Charta politica mengkombinasikan hasil survei terbarunya dengan survei litbang kompas di mana Jokowi mendapatkan 55,9 persen dan Prabowo mendapatkan 14 persen. Survei litbang Kompas dilakukan sebelum Gerindra memberi mandat kepada Prabowo untuk menjadi calon presiden.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Bagaimana efek persatuan Jokowi dan Prabowo? “Efek persatuan mereka itu luar biasa, telah melahirkan kebijakan-kebijakan yang akan menjadi game changer, perubahan yang punya efek dahsyat pada perekonomian dan masyarakat secara umum,“ sambungnya.
-
Kenapa Prabowo-Gibran dianggap punya elektabilitas tinggi? Menurut Pradana, salah satu hal yang disorot oleh The Economist adalah terkait elektabilitas Prabowo-Gibran karena komitmen keberlanjutan terhadap berbagai program Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang terus digaungkan keduanya.
-
Kenapa Jokowi menaikkan pangkat Prabowo? Jokowi mengatakan Prabowo telah memberikan kontribusi luar biasa bagi kemajuan TNI dan negara.
-
Bagaimana Prabowo mendapatkan dukungan dari Jokowi? “Dorongan dari Pak Jokowi itu membuat Pak Prabowo Subianto sekarang lebih unggul. Endorse dari Pak Jokowi yang sudah kelihatan itu kan.“
"Artinya kalau kita lihat ada tendensi kenaikan dari angka 14 persen hasil survei litbang kompas sebelumnya terhadap Prabowo, ini 2 hari setelah 11 April setelah deklarasi internal Prabowo," ungkap Direktur Eksekutif Charta Politika Indonesia, Yunarto Wijaya, di Es Teler 77, Jl Adityawarman, Jakarta Selatan, Senin (21/5).
Menurut Yunarto, deklarasi Prabowo di internal partai Gerindra memang cukup berpengaruh dan berimplikasi terhadap naiknya elektabilitas mantan danjen Kopassus itu. Namun, penurunan Jokowi setelah deklarasi Prabowo pun tidak signifikan.
"Penurunan di Jokowi tapi apakah signifikan? Tidak, tapi di Prabowo sedikit signifikan. Berarti ada pengaruh," kata dia.
Di luar kedua nama tersebut, ada lima nama lainnya. Mereka memiliki tingkat elektabilitas jauh di bawah Jokowi dan Prabowo. Bahkan masih di bawah angka 6 persen. Kelima nama itu adalah Gatot Nurmantyo sebesar 5,5 persen, Anies Baswedan 3,4 persen, Agus Harimurti Yudhoyono 2,7 persen.
"Ada juga Jusuf Kalla 2,0 persen dan Muhaimin Iskandar 0,6 persen dengan 11,5 persen tidak menjawab atau tidak tahu," ujarnya.
Jika Pilpres hanya dua calon
Dalam suveinya, Charta Politika juga mensimulasikan jika pemilu presiden hanya diikuti oleh dua calon. Salah satunya calon presiden petahana Joko Widodo. Hasilnya, 64 persen responden memilih Jokowi jika calon penantangnya bukan Prabowo.
Namun jika pilpres 2019 terjadi pertarungan ulang antara Jokowi dan Prabowo, maka 58,8 persen memilih Jokowi dan 30,0 persen memilih Prabowo.
"Petarung paling kuat yang bisa menyaingi pak Jokowi tetap paling kuat Pak Prabowo," ucap Yunarto.
Jika Jokowi melawan AHY, maka hanya 14,7 persen responden memilih AHY. Jika Jokowi melawan Anies Baswedan, maka 18,9 persen responden yang memilih Anies. Jika lawan Jokowi adalah Gatot Nurmantyo, maka 18,0 persen yang memilih Gatot.
"Jokowi tetap angkanya di sekitar 64 persen," sambung dia.
Survei ini dilakukan pada 13 – 19 April 2018 melalui wawancara tatap muka secara langsung dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Jumlah sampel sebanyak 2.000 responden yang tersebar di 34 Provinsi dengan metode acak bertingkat (multistage random sampling) serta margin of error sebesar +/- 2,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Reporter: Yunizafira PutriSumber: Liputan6.com
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Indikator Politik mencatat adanya Jokowi effect dalam melesatnya elektabilitas Prabowo Subianto.
Baca SelengkapnyaMenurut LSI, belakangan ini Prabowo sangat dekat dengan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Baca SelengkapnyaPrabowo diasosiasikan sebagai bacapres yang paling direstui Jokowi.
Baca SelengkapnyaPrabowo Subianto dinilai mendapatkan ‘Jokowi Effect’ yang membuat elektabilitasnya kian tinggi jelang Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaLembaga survei Indikator Politik merilis hasil surveinya yang menunjukkan Partai Gerindra menyalip PDIP dan PKB di Jatim.
Baca SelengkapnyaPrabowo memerintahkan agar para kader Partai Gerindra tidak tinggi hati atas pencapaian elektabitasnya.
Baca SelengkapnyaHasil survei Pilpres terbaru yang dirilis Indikator Politik menunjukkan elektabilitas Gerindra menyalip PDIP.
Baca SelengkapnyaHasil survei LSI Denny JA menunjukkan elektabilitas Prabowo lebih unggul dari Ganjar.
Baca SelengkapnyaDia tidak khawatir dengan adanya narasi sentimen negatif soal putusan MK yang coba dibangun.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA mengungkapkan dua alasan utama elektabilitas Gerindra naik mengalahkan PDIP.
Baca SelengkapnyaEektabilitas Prabowo berada di angka 39,7 persen naik dibanding Agustus 2023
Baca SelengkapnyaJokowi effect diyakini mampu mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran
Baca Selengkapnya