Survei LSJ: Mesin partai pengusung Jokowi-JK melempem
Merdeka.com - Hasil survei terbaru Lembaga Survei Jakarta (LSJ) menunjukkan bahwa mesin partai-partai politik pengusung pasangan Capres dan Cawapres Joko Widodo - Jusuf Kalla belum bekerja optimal. Akibatnya elektabilitas pasangan yang diusung koalisi PDI Perjuangan, Partai NasDem , PKB , Partai Hanura dan PKPI itu cenderung mandek. Di lain pihak elektabilitas Prabowo - Hatta terus melesat jelang pelaksanaan Pilpres yang tinggal hitungan hari lagi.
"Secara agregat, mesin partai pengusung Joko Widodo-JK baru bergerak 55,5 persen, jauh di bawah kinerja mesin partai pendukung Prabowo - Hatta yang sudah bergerak 70,4 persen," kata Peneliti Utama Lembaga Survei Jakarta (LSJ), Ikhsan Rosidi di Hotel Sari Pan Pasific, Jakarta, Selasa (1/7).
Dengan fakta ini, lanjut Rosidi, dapat dimaklumi apabila elektabilitas Joko Widodo-JK cenderung tidak beranjak sejak pasangan tersebut terbentuk dan didukung oleh lima partai politik.
-
Kenapa elektabilitas Prabowo naik? Menurut Saifullah Yusuf, elektabilitas Prabowo terus naik karena cawapres Muhaimin dan PKB tidak efektif mendulang suara.
-
Bagaimana pengaruh Jokowi terhadap Pilgub Jateng? Responden yang puas dengan kinerja presiden Jokowi mendukung Kaesang dengan 33,8 persen. Di posisi kedua Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol Ahmad Luthfi 29,1 persen dan diposisi ketiga Ketua DPD PDIP Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Bambang Pacul 14,8 persen.
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Mengapa persepsi publik terhadap pemberantasan korupsi di era Jokowi menurun? Adapun jika melihat trennya, persepsi positif menurun, sebaliknya persepsi negatif meningkat.
-
Siapa yang unggul dalam survei Pilkada Jabar? 'Ini nama nama yang muncul di kalangan elite, Dedi Mulyadi muncul dari internal Gerindra, Ilham Akbar Habibie dari Nasdem, Ridwan Kamil dari Golkar,' kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanuddin Muhtadi dalam paparan surveinya pada 4 Juli 2024 lalu.
Menurut temuan LSJ, lanjut dia, baru mesin PDI Perjuangan yang sudah berhasil menggerakkan konstituennya mendukung Joko Widodo-JK. Sementara empat partai pengusung lainnya belum ada satu pun yang bekerja optimal.
"Konstituen Partai NasDem , misalnya, baru 48,3 persen yang mengaku akan memilih Joko Widodo-JK, sedangkan konstituen PKB baru sebesar 46,3 persen," terangnya.
Bahkan sebuah fenomena menarik yang ditemukan dalam survei ini, kata Rosidi, konstituen Partai Hanura justru lebih banyak yang akan memilih pasangan Prabowo - Hatta dari pada Joko Widodo-JK.
Sebanyak 52,4 persen pemilih Partai Hanura pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo - Hatta dan hanya 47,6 persen yang akan memilih Joko Widodo-JK pada Pilpres 9 Juli 2014.
"Sikap Wiranto yang menyerang Prabowo beberapa waktu lalu, justru membuat sebagian konstituen Partai Hanura tidak bersimpati terhadap Ketum Partai Hanura tersebut dan mengalihkan dukungannya ke pasangan Prabowo - Hatta ," jelasnya.
Di lain pihak, Di kubu Prabowo - Hatta , hampir semua mesin partai pengusung telah bekerja optimal menggerakkan konstituennya. Menurut temuan LSJ, tinggal mesin Partai Golkar dan PPP yang belum bekerja maksimal menggerakkan konstituen partainya.
"Baru 49,5 persen pemilih Partai Golkar pada Pileg 9 April 2014 yang mengaku akan memilih pasangan Prabowo - Hatta . Sedangkan PPP baru 54,5 persen konstituennya yang akan memilih Prabowo - Hatta pada Pilpres 9 Juli 2014 nanti," bebernya.
Kurang maksimalnya dukungan konstituen Partai Golkar, jelas Rosidi, boleh jadi disebabkan adanya perpecahan di tubuh partai pohon beringin tersebut. Seperti sudah umum diketahui, keputusan JK menjadi cawapres Joko Widodo sedikit banyak membawa penumpang gerbong Partai Golkar, baik di tingkat DPP maupun di akar rumput.
"Sebelum deklarasi bergabungnya Partai Demokrat , survei LSJ sudah mengindikasikan bahwa mayoritas konstituen partai berlogo tiga berlian itu cenderung memilih Prabowo - Hatta dari pada Joko Widodo-JK," jelas Rosidi.
"Jika Pilpres dilaksanakan hari ini sebanyak 48 persen pemilih Partai Demokrat pada Pileg 9 April 2014 mengaku akan memilih Prabowo - Hatta . Hanya 34 persen yang mengaku akan memilih Joko Widodo-JK dalam Pilpres 9 Juli nanti dan sisanya (18 persen) belum dapat memutuskan memilih pasangan mana," tutupnya.
Survei LSJ sendiri dilaksanakan dari tanggal 18-27 Juni 2014 di 34 Provinsi di seluruh Indonesia. Jumlah responden yang dilibatkan 1.240 responden dan mereka yang telah memiliki hak pilih pada Pilpres 9 Juli nanti.
Survei menggunakan teknik pencuplikan secara multi stage random sampling dan margin of error 2,8 persen. Sedangkan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen.
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dari Oktober 2023, elektabilitas PDI Perjuangan mengalami penurunan dari 20,8 persen, lalu 19,7 persen dan 19,1 persen di Desember 2023
Baca SelengkapnyaElektabilitas PDI Perjuangan memang masih di paling atas dengan angka 19,1 persen, tetapi terus alami penurunan dari survei sebelumnya.
Baca SelengkapnyaCak Imin pun optimistis Ridwan Kamil dan Ahmad Luthfi akan menang, usai Jokowi menyatakan dukungan dan turun kampanye.
Baca SelengkapnyaPenurunan elektabilitas Ganjar-Mahfud dinilai karena blunder gaya kampanye yang menyerang Presiden Jokowi
Baca SelengkapnyaNamun, hal itu berbanding terbalik dengan suara PDI Perjuangan yang tinggi pada Pemilu 2024 ini
Baca SelengkapnyaDia mengatakan survei sejumlah lembaga ini berbeda dengan temuan tim di internalnya.
Baca Selengkapnya80 persen pemilih puas atas kinerja Presiden Joko Widodo
Baca SelengkapnyaPSI hanya menarik 3 persen dari pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi.
Baca SelengkapnyaElektabilitas keduanya bisa naik dan Prabowo-Gibran bisa turun ketika ada hal khusus.
Baca SelengkapnyaPergerakan akar rumput Ganjar-Mahfud nyaris tidak ada
Baca SelengkapnyaBelum tentu adanya korelasi kepuasan Jokowi dengan elektabilitas Gibran.
Baca SelengkapnyaLSI Denny JA mengungkapkan elektabilitas PDIP disalip Gerindra pada November 2023.
Baca Selengkapnya