Survei Ungkap Kepercayaan ke Parpol Rendah, PDIP Duga Imbas Sistem Coblos Caleg
Merdeka.com - Lembaga Survei Indonesia (LSI) mengungkapkan, kepercayaan masyarakat terhadap partai politik dan DPR/DPRD sangat rendah. Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto menilai, hal tersebut diakibatkan oleh sistem pemilu proporsional terbuka.
"Ketika proporsional terbuka itu diterapkan, diiringi dengan liberalisasi politik, maka partai ini meluntur dan kemudian muncul lah kontestasi-kontestasi dengan segala cara hanya berbataskan popularitas," kata Hasto kepada wartawan, di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (2/3).
Hasto menjelaskan dengan sistem proporsional terbuka, anggota dewan di seluruh tingkatan yang terpilih akan mendorong adanya politik elektoral. Dari situ, akan ada politik anggaran untuk kepentingan anggota dewan tersebut.
-
Apa yang dimaksud dengan Sistem Pemilu Proporsional Tertutup? Sistem pemilu proporsional tertutup adalah metode pemilihan umum di mana pemilih memberikan suaranya untuk partai politik, bukan untuk kandidat individual.
-
Kenapa sistem pemilu proporsional terbuka dipilih di Indonesia? Sistem ini memberikan kesempatan lebih besar bagi kandidat untuk dipilih berdasarkan popularitas dan rekam jejak pribadi. Dengan adanya sistem ini, diharapkan partai politik dan kandidat dapat lebih memperhatikan kepentingan rakyat dan memenuhi harapan pemilih.
-
Apa yang dipilih rakyat pada Pemilu Proporsional Tertutup? Sistem proporsional tertutup adalah sistem pemilihan di mana rakyat hanya memilih partai. Pada surat suara, tertera hanya nama partai politik dan pemilih memilih melalui tanda gambar atau lambang partai.
-
Bagaimana calon terpilih di Pemilu Proporsional Tertutup? Dengan begitu, wakil rakyat terpilih nantinya ditetapkan oleh partai politik berdasarkan nomor urut. Dalam sistem proporsional tertutup, secara teknis pemilih hanya dapat memilih tanda gambar partai saja.
-
Kapan sistem pemilu proporsional terbuka mulai diterapkan? Namun, pada tahun 2004, Indonesia mulai menerapkan sistem pemilu proporsional terbuka berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2003.
-
Bagaimana prinsip proporsional diterapkan dalam pemilu? Dalam prinsip ini, semakin banyak suara yang diperoleh, semakin banyak pula kursi atau perwakilan yang didapatkan.
"Produktivitas di parlemen itu menjadi turun dibandingkan ketika kita menerapkan sistem proporsional tertutup. Jadi apa yang disampaikan LSI sebagai bukti bahwa di dalam demokrasi yang sangat liberal dengan proporsional terbuka memang mengandung banyak persoalan," ujar Hasto.
"Kemudian memundurkan kualitas demokrasi ditinjau dari penggunaan politik anggaran, jebakan populisme, kemudian mekanisme pelembagaan di internal partai, kaderisasi di internal partai sehingga yang tampil hanya berbasiskan popularitas dan juga menyuburkan nepotisme," tambahnya.
Tak hanya itu, Hasto pun menyebut bahwa proporsional terbuka memunculkan pratek nepotisme dalam pemerintahan.
"Mengingat demi demokrasi elektoral proporsional terbuka banyak saudara, istri, anak dari pejabat, yang kemudian dicalonkan dan pembajakkan kader-kader partai juga dilakukan hanya untuk mengejar elektoral itu," kata Hasto.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif LSI Djayadi Hanan menjelaskan, DPR/DPRD menjadi lembaga yang dipercaya urutan ke-14 dan partai politik berada di urutan ke-13 berdasarkan survei dilakukan LSI. Sementara lembaga negara di posisi ke-12 institusi kepolisian, pengadilan ke-11 dan Kejaksaan Agung (Kejagung) ke-10.
"Paling bawah adalah lembaga politik dan lembaga penegakan hukum Selain KPK ya. Yaitu partai politik bersama DPRD yang paling bawah diikuti sedikit lebih baik polisi, pengadilan dan Kejaksaan Agung," kata Djayadi saat jumpa pers hasil survei secara virtual, Rabu (1/3).
Adapun untuk data kepercayaan publik kepada partai politik mencapai 7 persen, cukup percaya 51 persen (total 58 persen), kurang percaya 29 persen, tidak percaya sama sekali 6 persen, tidak tahu/tidak jawab 7 persen.
Sementara DPR/DPRD sangat percaya 7 persen, cukup percaya 51 persen (total 58 persen) kurang percaya 31 persen, tidak percaya sama sekali 5 persen, tidak tahu/tidak jawab 6 persen.
Lalu, Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi mengatakan, kepercayaan publik rendah kepada dua institusi turut berdampak kepada apresiasi masyarakat.
"Kalau trust buruk jangankan kebijakan yang baik, kebijakan yang benar pun sulit untuk mendapatkan apresiasi publik. Kalau trust lembaga buruk ini yang menjelaskan data menunjukan trust terhadap Partai dan DPR kan rendah," kata Burhanuddin selaku narasumber yang hadir dalam rilis survei LSI tersebut.
Maka dari itu, Burhanuddin menyebut apapun yang dilakukan oleh Partai Politik dan DPR/DPRD akan dipersepsikan buruk. Padahal, belum tentu semua kebijakan DPR atau langkah partai politik salah.
"Belum tentu ada beberapa yang menurut saya benar juga. Tetapi karena trust mereka rendah apapun dinilai buruk nah yang ideal adalah trustnya tinggi sehingga mampu mempermudah kebijakan publik gitu," kata dia.
Ikuti perkembangan terkini seputar berita Pemilu 2024 hanya di merdeka.com
(mdk/ray)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PDIP mendapatkan perolehan paling banyak sebanyak 24,1 persen dibandingkan dengan partai politik lainnya, berdasarkan survei indikator
Baca SelengkapnyaDalam sistem ini, pemilih memberikan suaranya kepada partai politik, bukan kandidat individual.
Baca SelengkapnyaPDIP menyerap suara arus bawah mengenai sikap yang harus diambil oleh partai.
Baca SelengkapnyaSekretaris Jenderal PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto, menilai pemilihan umum (Pemilu) 2024 bukan sekedar Jokowi effect.
Baca SelengkapnyaSementara itu, PSI menduduki posisi paling tinggi untuk partai non-parlemen.
Baca SelengkapnyaElektabilitas tiga calon presiden; Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan saling salip. Terpotret dari hasil survei.
Baca SelengkapnyaDi antara tahun 1955 hingga Pemilu 1999, Indonesia sempat mengimplementasikan sistem pemilu proporsional tertutup.
Baca SelengkapnyaAnomali terekam dalam hitung cepat atau quick count.
Baca SelengkapnyaPopuli Center menggelar survei tatap muka pada 28 November-5 Desember 2023.
Baca SelengkapnyaKeyakinan itu, kata Hasto, didasari hasil survei yang mencatat suara bimbang atau ragu sangat tinggi yakni 17,3 persen.
Baca SelengkapnyaHabiburokhman Balas Tudingan Hasto soal Bansos Effect di Pemilu 2024: Seperti 'Nyinyiran' Nenek-Nenek
Baca SelengkapnyaPDIP memperoleh suara paling tinggi yakni 20,3 persen.
Baca Selengkapnya