Survei Voxpol Center: Pemilih Tak Percaya Janji Politik, Pelupa dan Pemaaf
Merdeka.com - Voxpol Center melaksanakan survei preferensi perilaku pemilih (voting behavior) menjelang penyelenggaraan Pilpres tahun 2019. Beberapa hal menarik ditemukan dari hasil survei. Salah satunya tingginya ketidakpercayaan calon pemilih terhadap janji-janji politik baik yang disampaikan capres-cawapres dan caleg.
Dalam survei yang digelar 26 Februari 2019 - 8 Maret 2019, Voxpol Center ingin menguji apakah janji politik mendongkrak elektabilitas capres dan apakah janji politik punya korelasi linear terhadap tingkat 'keterpilihan' masing-masing capres/cawapres pada pilpres 2019?
Saat ditanya kepada responden "apakah bapak/ibu tertarik memilih capres/cawapres yang memberikan banyak janji-janji politik di saat kampanye?"
-
Apa yang dipilih di pemilu 2019? Pemilu 2019 menandai pemilihan presiden keempat dalam era reformasi Indonesia. Dalam pertarungan presiden, terdapat dua pasangan calon utama, yaitu Joko Widodo (Jokowi) - Ma'ruf Amin, dan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno.
-
Bagaimana Indikator Politik melakukan survei ini? Metode pengambilan data dilakukan melalui wawancara tatap muka kepada 1.200 sampel responden yang dipilih menggunakan multistage random sampling.
-
Siapa yang berpengaruh terhadap partisipasi pemilih? Partisipasi masyarakat dalam Pemilu juga dipengaruhi oleh kepercayaan terhadap penyelenggara Pemilu dan kontestan.
-
Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil pemilu? Hasil pemilu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks dan bervariasi tergantung pada konteks politik suatu negara. Beberapa faktor yang umumnya dapat memengaruhi hasil pemilu meliputi: 1. Kandidat dan Partai Politik, 2. Isu Pemilu, 3. Faktor Ekonomi, 4. Media Massa, 5. Partisipasi Pemilih, 6. Sistem Pemilu, 7. Peraturan Pemilu, 8. Sentimen Publik, 9. Dukungan Elektoral, 10. Perubahan Demografis.
-
Mengapa pemilu 2019 penting? Pemilu 2019 menjadi pemilu dengan jumlah pemilih terbanyak dalam sejarah Indonesia.
-
Siapa pemenang Pilpres 2019? Berdasarkan rekapitulasi suara nasional, pasangan calon 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, berhasil masuk sebagai pemenang Pilpres 2019 dengan perolehan suara lebih dari 85 juta suara atau 55,50% dari total suara sah yang masuk.
Hasilnya, 70,4 persen menyatakan tidak tertarik dengan janji politik yang ditawarkan capres/cawapres. Hanya 18,3 persen pemilih yang tertarik dengan janji yang ditawarkan oleh elite politisi atau calon presiden/wakil presiden.
Terkait tingkat kepercayaan terhadap janji politik capres/cawapres, dengan simulasi pertanyaan 'seberapa percayakah bapak/ibu terhadap janji-janji politik yang disampaikan capres/cawapres di saat masa kampanye?', Data survei Voxpol Center menunjukkan 62,8 persen pemilih tidak percaya dengan janji politik. Namun demikian, masih ada yang percaya terhadap janji politik yang diobral ketika masa kampanye sebesar 24,7 persen.
Direktur Eksekutif Voxpol Research and Consulting, Pangi Syarwi Chaniago menilai, janji politik Jokowi dan Prabowo di masa kampanye adalah sesuatu yang wajar.
"Sifat dasar politikus adalah gemar mengumbar janji. Janji itu kosmetik politik karena politik merupakan sebuah dunia tempat orang memberikan janji-janji yang mungkin sebagian tidak akan terpenuhi, serta mengucapkan kata-kata yang memang dari semula telah direncanakan untuk memberikan kesan yang tidak benar bagi para pendengarnya," paparnya melalui keterangan tertulis, Kamis (21/3).
Pangi menjelaskan, terkait korelasi linear janji politik menjadi dasar pertimbangan memilih capres/cawapres, hanya sebesar 27,3 persen responden menjawab mempengaruhi. Namun demikian, masih ada angka sebesar 63,5 persen janji politik tidak berpengaruh terhadap pilihan politik.
Hasil survei ini juga menunjukkan hal yang menarik soal upaya menagih janji politik setelah terpilih. Angkanya cukup mengejutkan, ternyata yang menagih janji politik hanya sebesar 16,6 persen pemilih. Sisanya sebesar 71,4 persen tidak menagih/tidak peduli dengan janji politik capres setelah terpilih.
"Dari hasil survei di atas menunjukkan bahwa sangat wajar politisi tanpa beban mengobral janji sesuka hati. Mereka menyadari bahwa janji politik dalam kontestasi elektoral berpengaruh terhadap elektabilitas. Di sisi lain masyarakat tidak akan menagih janji politik yang dulu pernah mereka tawarkan, karena psikologi pemilih seringkali pelupa dan pemaaf," papar Pangi.
Maka, lanjut dia, wajar jika selama ini politisi kita sangat doyan berjanji tanpa beban, mengobral janji-janji manis. Bahkan membuat program yang tidak masuk akal.
"Politisi menyadari karakteristik perilaku pemilih kita yang cenderung pelupa dan pemaaf dan tidak akan menagih janji politik," pungkasnya.
Survei ini dilakukan melalui pemilihan responden secara acak atau multistage random sampling. Tingkat kesalahan alias margin of error +-2,98 persen dengan melibatkan 1.220 responden di seluruh provinsi di Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas dengan selang kepercayaan survei ini adalah 95 persen.
Setiap responden terpilih diwawancarai dengan metode wawancara tatap muka (face to face) oleh pewawancara yang terlatih secara khusus. Quality control dilakukan dengan mendatangi kembali (rekonfirmasi) 20 persen sampel responden yang ada kemudian terpilih secara acak (spot check).
(mdk/bal)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Hasil survei Populi mengungkapkan ada sebanyak 8,1 persen masyarakat yang belum memutuskan pilihannya dalam Pilpres mendatang
Baca SelengkapnyaPersoalan politik uang menempati posisi pertama di angka 37,2 persen.
Baca SelengkapnyaSurvei Litbang Kompas menjelaskan, kalangan yang termasuk ke dalam kelompok undecided voters atau pemilih ragu-ragu
Baca SelengkapnyaKredibilitas lembaga survei dipertanyakan jelang Pemilu 2024.
Baca SelengkapnyaTerkait dengan angka 93,3 persen itu belum dapat dipastikan jika pemilih untuk tidak golput.
Baca SelengkapnyaAlasan paling banyak adalah karena masyarakat mengaku tidak punya waktu menonton.
Baca SelengkapnyaLoyalis Jokowi juga malah lebih banyak memilih untuk mendukung paslon nomor urut satu Anies-Muhaimin.
Baca SelengkapnyaDebat diyakini tidak bakal banyak mengubah peta elektabilitas para calon presiden.
Baca SelengkapnyaLembaga survei Indopol Survey and Consulting memutuskan tidak merilis hasil survei untuk periode Januari 2024.
Baca Selengkapnyasurvei dilakukan Indikator Politik Indonesia dalam rentang 25 Agustus – 3 September 2023, menempatkan 1.200 responden.
Baca SelengkapnyaTiga paslon yang akan mengikuti kontestasi Pilpres 2024 ialah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
Baca SelengkapnyaHasil Survei CSIS mengungkapkan rata-rata pemilih partai belum solid mendukung capres
Baca Selengkapnya