Takut dibuat kampanye, Golkar kubu Agung Laksono tolak dana aspirasi
Merdeka.com - Pimpinan rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah menyetujui laporan dari Badan Legislasi untuk melanjutkan Usulan Program Pembangunan Daerah Pemilihan (UP2DP). Keputusan ini justru menuai interupsi dari sejumlah peserta sidang.
Salah satunya, Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Golkar, Agun Gunandjar Sudarsa yang menolak usulan program ini. Menurutnya, usulan yang lebih dikenal sebagai dana aspirasi ini
menunjukkan ketidakadilan di berbagai daerah.
-
Apa yang DPR sesalkan? 'Yang saya sesalkan juga soal minimnya pengawasan orang tua.'
-
Apa yang dikritik Golkar dari Anies soal Pilgub DKI? Dia mempertanyakan, apakah ada partai yang mau mengusung Anies di Pilgub Jakarta.
-
Bagaimana Golkar berperan? Pertemuan KTT ke-26 ASEAN-RRT menyepakati pentingnya penguatan kerjasama regional untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan mewujudkan cita-cita Asia Tenggara sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, terutama dengan adanya upgrading ASEAN-China Free Trade Agreement (FTA) 3.0 dan implementasi penuh Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
-
Dimana Golkar punya kursi terbanyak? Dari keempat partai pengusung Prabowo Subianto, Golkar menjadi pemilik kursi terbanyak di DPR RI.
-
Apa yang Golkar dukung? Terakhir, pertemuan juga kembali menggarisbawahi dukungan terhadap kerangka kerja ASEAN Outlook on Indo-Pacific (AOIP) sebagai landasan sekaligus panduan bagi ASEAN dalam menavigasikan konstelasi politik kawasan yang dinamis.
-
Mengapa Golkar penting? Kondisi geopolitik dan geo-ekonomi yang semakin kompleks, menuntut kemitraan ASEAN-RRT menjadi bagian dari solusi dan hal ini terangkum dalam ASEAN Common Statement.
"Komposisi anggota DPR 560 dan tidak bisa direpresentatifkan seluruh kabupaten seluruh Indonesia. Sebut saja Jabar kan banyak perwakilannya tapi bagaimana dengan Maluku? Akan terjadi ketimpangan yang berat," kata Agun yang juga loyalis Golkar Agung Laksono ini, di ruang rapat paripurna DPR RI, Selasa (23/6).
Selain itu, program-program yang diusulkan dalam pembangunan ini justru dinilai memberatkan anggota dewan. Bahkan Agun meyakini, usulan program ini bisa dijadikan ajang politisasi bagi anggota DPR.
"Bagaimana mungkin seorang anggota DPR di dapil bisa lepaskan kontingan subjektif partai yang mengusungnya. Ini akan jadi politisasi untuk terpilih di masa yang akan datang," imbuhnya.
Agun menambahkan, adanya unsur pemaksaan dalam perencaan dana aspirasi menjadi salah satu alasan keberatan bagi dirinya. Sehingga dia, mengimbau agar UP2DP bisa di revisi karena masih menyebutkan angka nominal.
"Saya lebih setuju program UP2DP tidak dikaitkan dengan uang tapi libatkanlah anggota DPR dalam proses di kabupaten kota. Karena nominal uang akan jadi kongkalikong. Kalau proses pengambilan keputusan tetap dilakukan mohon ada catatan. kalau tetap diambil keputusan tanpa direvisi maka saya akan keluar dari sini," tutup Agun.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Agung Laksono menyindir sejumlah pengurus Partai Golkar yang merangkap jabatan.
Baca SelengkapnyaJK sebut Golkar telat dalam menentukan arah koalisi pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Baca SelengkapnyaJK menegaskan untuk dapat menjadi Ketua Umum Partai Golkar perlu modal yang cukup banyak.
Baca SelengkapnyaGanjar mencontohkan saat kampanye akbar, Wali Kota Makassar tidak bisa hadir meski kader PDIP.
Baca SelengkapnyaKader PKS ungkap alasan partainya batal mengusung Anies Baswedan maju di Pilkada Jakarta 2024.
Baca SelengkapnyaBelakangan ini, isu Munaslub berembus kencang untuk melengserkan Airlangga dari kursi Ketum Golkar.
Baca SelengkapnyaAirlangga menyampaikan saat ini mayoritas partai politik pendukung pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi masih berada di parlemen.
Baca SelengkapnyaGolkar mengakui tidak mudah menghadapi kondisi di mana DPP memutuskan tidak mengusung Airin di Pilgub Banten.
Baca SelengkapnyaHabiburokhman yakin rakyat lebih memihak Jokowi dibanding Ahok.
Baca SelengkapnyaMenurut Ribka, banyak calon Kepala daerah PDI Perjuangan ditinggalkan partai politik.
Baca SelengkapnyaPeserta aksi mengaku kecewa karena DPP Partai Golkar tidak mengusung kadernya pada Pilkada Jambi dan justru mendukung politisi dari partai lain.
Baca SelengkapnyaAgung Laksono menjelaskan, bahwa untuk menjadi Dewan Pembina Golkar tak ada syarat harus menjadi pengurus kader.
Baca Selengkapnya