Taufik Kurniawan tak yakin DPR jadi sasaran bom terduga teroris
Merdeka.com - Wakil Ketua DPR RI Taufik Kurniawan meminta aparat terkait, seperti Kepolisian dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyelidiki motif dari alumnus Universitas Riau yang diduga akan melakukan aksi teror dengan menjadikan Gedung DPR RI dan DPRD Riau sasaran target bom.
Hal ini menyusul terkuaknya rencana pengeboman Gedung DPR usai penangkapan tiga alumnus Universitas Riau oleh Densus 88 Antiteror pada Jumat (1/6) lalu. Mereka adalah Muhammad Nur Zamzam, Rio Bima Wijaya, dan Orandi Saputra. Ketiganya disebut-sebut berencana meledakkan bom di Gedung DPR RI dan DPRD Riau.
"Motif dari pelaku yang rencananya menjadikan Gedung DPR sebagai target bom ini harus diusut secara tuntas. Walaupun sebenarnya ini kurang meyakinkan ya, apa kepentingannya. Karena Gedung DPR kan rumah rakyat. Kalau memang ada aspirasi yang ingin disampaikan, bisa datang ke sini. Tak perlu menggunakan teror seperti itu," kata Taufik ketika dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa (5/6).
-
Apa saja permintaan DPR RI ke polisi? 'Setelah ini, saya minta polisi langsung berikan pendampingan psikologis terhadap korban serta ibu korban. Juga pastikan agar pelaku menerima hukuman berat yang setimpal. Lihat pelaku murni sebagai seorang pelaku kejahatan, bukan sebagai seorang ayah korban. Karena tidak ada ayah yang tega melakukan itu kepada anaknya,' ujar Sahroni dalam keterangan, Kamis (4/4). Di sisi lain, Sahroni juga memberi beberapa catatan kepada pihak kepolisian, khususnya terkait lama waktu pengungkapan kasus. Ke depan Sahroni ingin polisi bisa lebih memprioritaskan kasus-kasus pelecehan terhadap anak.'Dari yang saya lihat, rentang pelaporan hingga pengungkapan masih memakan waktu yang cukup lama, ini harus menjadi catatan tersendiri bagi kepolisian. Ke depan harus bisa lebih dimaksimalkan lagi, diprioritaskan untuk kasus-kasus keji seperti ini. Karena korban tidak akan merasa aman selama pelaku masih berkeliaran,' tambah Sahroni.
-
Apa yang diminta DPR ke Polisi? 'Pokoknya wajib dijatuhi hukuman pidana, biar jera orang-orang nekat itu. Dan sebagai sebagai warga Jakarta, kami tentunya berharap pihak kepolisian bisa menjadikan ini bahan evaluasi.' 'Bahwa saat CFD dan di jam-jam olahraga pagi, sebetulnya sangat rawan terjadi tindak kejahatan. Jadi mungkin polisi bisa meningkatkan intensitas pemantauan cctv dan menempatkan aparat tambahan di titik-titik tertentu. Agar masyarakat bisa berolahraga dengan lebih tenang,' tambah Sahroni.
-
Siapa yang DPR minta tindak tegas? Polisi diminta menindak tegas orang tua yang kedapatan mengizinkan anak di bawah umur membawa kendaraan.
-
Mengapa DPR RI minta pelaku dihukum berat? 'Setelah ini, saya minta polisi langsung berikan pendampingan psikologis terhadap korban serta ibu korban. Juga pastikan agar pelaku menerima hukuman berat yang setimpal. Lihat pelaku murni sebagai seorang pelaku kejahatan, bukan sebagai seorang ayah korban. Karena tidak ada ayah yang tega melakukan itu kepada anaknya,' ujar Sahroni dalam keterangan, Kamis (4/4).
-
Apa yang diminta DPR dari polisi? Sahroni meminta kepolisian mengusut tuntas dugaan penganiayaan setelah ditemukannya mayat remaja laki-laki bernama Afif Maulana (AM) di bawah jembatan Kuranji, Kota Padang yang diduga dianiaya kepolisian.
-
Apa yang diminta DPR untuk KPK dan Polri? Lebih lanjut, Sahroni tidak mau kerja sama ini tidak hanya sebatas formalitas belaka. Justru dirinya ingin segera ada tindakan konkret terkait pemberantasan korupsi 'Tapi jangan sampai ini jadi sekedar formalitas belaka, ya. Dari kolaborasi ini, harus segera ada agenda besar pemberantasan korupsi. Harus ada tindakan konkret. Tunjukkan bahwa KPK-Polri benar-benar bersinergi berantas korupsi,' tambah Sahroni.
Di sisi lain, walaupun tidak meyakini bahwa Gedung DPR akan dijadikan target bom, Taufik meminta seluruh pihak mewaspadai hal ini. Ia berharap, aksi radikalisme atau serangan teror tidak terjadi di DPR. Ia pun mengapresiasi Kepolisian, khususnya Densus 88 Antiteror yang berhasil mengendus rencana itu.
"Kita tidak mau DPR, dan semua wilayah di Indonesia menjadi sasaran teror. Paham radikalisme, maupun aksi terorisme harus diberantas hingga ke akar-akarnya. Kita apresiasi langkah Densus 88 yang bisa menggagalkan rencana serangan ke DPR ini. Dan kita dorong dapat diselidiki, dalam kaitan motif si pelaku," kata Waketum PAN itu.
Jumat (1/6) lalu, Densus 88 Antiteror Polda Riau menangkap tiga alumnus Universitas Riau. Ketiganya ditangkap di gedung Gelanggang Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Riau. Mereka telah mempersiapkan empat bom rakitan berdaya ledak tinggi siap ledak.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Komisi I DPR menyoroti kebakaran Gudang Munisi Daerah (Gudmurah) Kodam Jaya di Desa Ciangsana, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Sabtu (30/3) malam.
Baca SelengkapnyaHingga berita ini ditulis, penggeledahan masih berlangsung
Baca SelengkapnyaPuan mengapresiasi penangkapan 3 terduga pelaku teroris di Kota Batu, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaTerduga teroris ini berencana melakukan bom bunuh diri di rumah ibadah.
Baca SelengkapnyaAgar tindakan segelintir oknum tidak merusak citra Mabes TNI.
Baca SelengkapnyaDE adalah pegawai PT Kereta Api Indonesia (Persero) ditangkap lantaran dirinya diduga terlibat aksi terorisme.
Baca SelengkapnyaJuru Bicara Densus 88 Polri Kombes Aswin Siregar buka suara terkait sejumlah senjata api milik DE, karyawan BUMN terduga teroris di Bekasi.
Baca SelengkapnyaRatusan massa terdiri dari pelbagai elemen masyarakat itu melakukan demonstrasi di depan gedung DPR sejak Kamis (22/8) pagi.
Baca SelengkapnyaNamun demikian, Dave meminta permasalahan itu tidak digoreng sehingga menimbulkan kondisi yang tidak lebih baik.
Baca SelengkapnyaAkademisi Ramai-Ramai Kritik Pemerintah, Puan Maharani: Mereka Suarakan Aspirasi Rakyat
Baca SelengkapnyaDensus 88 menangkap pelajar karena diduga hendak melakukan teror bom di sejumlah rumah ibadah di Malang, Jawa Timur.
Baca SelengkapnyaKader Partai Gerindra itu menduga kuat pelaku merupakan beking tambang ilegal atas kasus ini.
Baca Selengkapnya