TGB: Ujaran kebencian berbasis primordial agama akan menghancurkan kita
Merdeka.com - Ketua Umum Organisasi Internasional Alumni Al-Azhar Mesir (OIAA) Cabang Indonesia, Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi resmi membuka Konferensi Ulama Internasional dengan tema 'Moderasi Islam dalam Perspektif Ahlussunah Wal Jama’ah' di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Konferensi yang berlangsung selama dua hari ini diikuti oleh para Ulama Internasional dan tokoh-tokoh Islam dari 21 negara akan membahas konsep moderasi Islam dalam pandangan Ahlussunnah Wal Jama'ah. Digelar pada 26-29 Juli 2018, konferensi ini merupakan kelanjutan dari konferensi yang digelar tahun sebelumnya yang juga dihadiri oleh Presiden Joko Widodo.
TGB mengatakan, moderasi Islam menghadirkan contoh-contoh kepada setiap umat manusia, moderasi Islam telah mampu menjadi tanah yang paling subur untuk nusantara.
-
Apa yang terjadi saat awal penyebaran Islam? Hubungan mula-mula antara Indonesia dan Islam dimulai dari jalur perdagangan. Para pedagang Muslim dari Arab dan Gujarat mulai berlayar dan berdagang di wilayah Nusantara. Selain berdagang, mereka membawa serta ajaran Islam dan berinteraksi dengan masyarakat pribumi.
-
Dimana Islam menyebar? Penyebaran Islam di Indonesia pun cukup luas mulai dari Jawa hingga Sumatera, Sulawesi hingga Papua, dan dari pulau-pulau kecil di timur hingga pulau-pulau besar di barat, Islam telah meresap dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
-
Bagaimana aliran Islam muncul? Perbedaan tersebut berkaitan dengan, bidang fiqih, politik, tasawuf, aqidah, dan lainnya.
-
Mengapa ajaran Syekh Siti Jenar menjadi kontroversial? Perbedaan penafsiran Al-Qur’an di mana di dalam tubuh manusia bersemayam ruh Tuhan ini kemudian menimbulkan polemik.
-
Apa yang dimaksud aliran Islam? Islam adalah agama yang luas dan memiliki beragam aliran dan pandangan teologis yang berbeda-beda.
-
Bagaimana Islam menyebar di Indonesia? Penyebaran Islam di Indonesia pun cukup luas mulai dari Jawa hingga Sumatera, Sulawesi hingga Papua, dan dari pulau-pulau kecil di timur hingga pulau-pulau besar di barat, Islam telah meresap dalam kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia dengan cara yang berbeda-beda.
"Salah satu buah moderasi Islam adalah proklamasi 17 Agustus 1945, di mana kita ingat sebagai hari lahirnya negara Indonesia yang merupakan hasil dari perjuangan semua rakyat Indonesia termasuk para Ulama," ujar Gubernur NTB itu dalam kata sambutannya kala membuka Konferensi Ulama Internasional Moderasi Islam yang digelar di Aula Islamic Centre Masjid Raya Hubbul Wathan, NTB, Jumat (27/7) pagi.
Dia juga menambahkan, ketika moderasi Islam diabaikan maka mulailah kegelisahan hadir di antara kita. Contohnya, seperti di Suriah dan Irak di mana konsep hilangnya moderasi Islam terjadi dan menyebabkan perpecahan di kalangan umat, karena ekstremnya ajaran Islam yang salah, maka yang terjadi adalah sekarang peradaban yang sebelumnya kokoh itu hancur seketika karena kebencian.
"Kita harus perkuat persatuan & persaudaraan kita, jaga persatuan & persaudaraan kita. Salah satu yang mampu menjaga kita dari perpecahan adalah silaturahmi. Perbanyak silaturahmi. Kita harus ingat, bahwa memenuhi ruang publik dengan ujaran-ujaran kebencian yang berbasis pada sentimen primordial keagamaan itu pasti akan menghancurkan kita semua," tambah TGB.
Selain menjadi teladan bagi masyarakat, TGB juga mengharapkan moderasi Islam dapat mengurangi pandangan ekstrim yang dapat berujung kepada aksi terorisme.
"Jangan kita biarkan orang-orang yang tidak memiliki ilmu yang kuat mengenai Islam, menyuarakan keislaman yang bisa memecah bangsa kita," tutup TGB dalam pidato sambutannya.
Di tempat yang sama, Mantan Rektor Universitas Al-Azhar Al-Syarif Mesir, Prof Dr Ibrahim Al-Hud Hud dalam kata sambutannya memperkenalkan konsep toleransi yang diterapkan di Al-Azhar. Kurikulum atau Manhaj yang diterapkan di Al-Azhar menerapkan nilai-nilai yang saling menghargai perbedaan, menghargai keberagaman dan mengusung konsep moderasi Islam.
"Alumni Al-Azhar tidak akan pernah menjadikan ilmu agamanya berseberangan dan bertentangan dengan dunia dan akal sehat," tutur Prof Dr Ibrahim Al-Hud Hud di Aula Islamic Centre Masjid Raya Hubbul Wathan, NTB.
Mantan rektor Universitas Al-Azhar Al-Syarif itu juga menceritakan bahwa perbedaan pendapat dan toleransi sudah terjadi sejak zaman Rasulullah SAW dahulu, dan Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk bisa saling menghargai jika terjadi perbedaan pendapat dan tidak saling menyalahkan dan merasa paling benar.
(mdk/rnd)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Setiap individu selayaknya bisa menjadi sosok yang menyebarkan kebaikan dan menjaga harmonisasi.
Baca SelengkapnyaDi tengah upaya membumikan toleransi pada keberagaman, kelompok radikal melakukan framing terhadap moderasi beragama.
Baca SelengkapnyaIslamophobia juga bisa disebabkan oleh propaganda media yang bertujuan membuat kerusakan.
Baca SelengkapnyaNarasi intoleran dan radikal dari kelompok teror ini perlu diimbangi dengan narasi tandingan berupa moderasi beragama dan seruan toleransi.
Baca SelengkapnyaPerdebatan tentang urgensi mendirikan negara Islam sudah selesai ketika pendiri bangsa sepakat dengan format Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baca SelengkapnyaPentingnya menghormati kebebasan beragama dan tanggung jawab sosial dalam menjaga kehidupan plural di Indonesia
Baca SelengkapnyaAgama harus mejadi perekat, maka tempat ibadah bukan menjadi tempat pemecah belah.
Baca SelengkapnyaSelain penguasaan literasi yang baik, seorang ulama juga harus memiliki akhlak dan karakter yang santun, tenang, dan tidak mudah menghasut.
Baca SelengkapnyaKemenag terus mengampanyekan pentingnya moderasi beragama.
Baca Selengkapnya