Tidak ingin calon tunggal, PAN kirim sinyal tak dukung Jokowi di Pilpres 2019
Merdeka.com - Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) mengirim sinyal partainya kemungkinan tidak akan merapat dan memberi dukungan pada Joko Widodo di Pemilihan Presiden 2019. Alasannya, PAN tidak ingin Jokowi menjadi calon tunggal di Pilpres.
"Kecenderungan kuat kita insya Allah di luar pak Jokowi, kecenderungan kuat ya. Karena tadi, kita juga tidak mau calon tunggal. Kalau semua bergabung ke pak Jokowi ya bisa calon tinggal," kata Yandri di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (5/3).
PAN sebenarnya tidak masalah dengan Jokowi, PDIP atau partai pendukung lainnya. Hanya saja, PAN mengakui jika bergabung mendukung Jokowi akan membuatnya menjadi calon tunggal.
-
Siapa yang mau mendirikan partai baru? 'Menarik ya karena waktu kami sempat bermitra didukung partai Gerindra dan PKS saat itu, kita pernah berdiskusi tentang mendirikan partai,' kata Sandiaga di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (6/9).
-
Apa visi masa depan PAN? Kedaulatan pangan menjadi salah satu isu yang akan dikawal Partai Amanat Nasional (PAN) ke depan.
-
Apa yang dilakukan PAN di Pemilu 2024? Beberapa partai politik telah mendaftarkan para kadernya untuk maju Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024.
-
Siapa yang ingin diusung oleh PDIP? 'Kalau memang misalnya Pak Anies berpasangan dengan kader kami jadi wagubnya,' Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto kepada wartawan.
-
Siapa yang membuka peluang bersatu di putaran kedua pilpres 2024? Ketua DPP PDIP Puan Maharani dan Anies Baswedan membuka wacana bersatu di putaran kedua pilpres 2024.
-
Siapa yang akan menjembatani Jokowi dan PDIP? 'Pak Prabowo yang akan bisa menjembatani kembali, merajut kembali hubungan Pak Jokowi dengan PDIP. Kita tahulah, dalam hati mereka masing-masing sebenarnya sih sangat mungkin ketemu. Kenapa? Ya Pak Jokowi juga kan besar di PDI-P dan PDI-P juga kan pernah ikut dibesarkan Pak Jokowi,' kata Habiburokhman di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (26/3).
Partai berlambang matahari terbit ini menginginkan ada calon alternatif di Pilpres 2019. Namun, keputusan mendukung calon presiden akan diputuskan melalui forum rakernas dan rapimnas.
"Nah sampai hari ini kecenderungan kuat itu di atas 80 persen. Kita ingin hadirkan calon alternatif. Bukan karena benci Pak Jokowi, kalau calon tunggal malah enggak elok," tegas dia.
Dia menambahkan, sejauh ini PAN masih melakukan penjajakan koalisi dengan Gerindra. PAN dan Gerindra saja sudah memenuhi syarat ambang batas pencalonan Presiden 20 persen. Nama yang kemungkinan akan didukung adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
"PAN sama Gerindra saja sudah cukup. Lebih malah, 9 kursi lebihnya. Artinya kami mau dengan Gerindra saja bisa juga, yang lain buat poros baru, atau nanti dengan Gerindra siapa yang lain dengan poros baru," ujar dia.
"Nah ini masih dalam penjajakan, komunikasi yang intensif karena memang waktunya terbatas 4 Agustus sudah perlu mendaftar," sambungnya.
Selain itu, Wakil Ketua Komisi II ini tidak menutup kemungkinan melahirkan poros baru di luar pendukung Jokowi dan Prabowo. PAN masih menimbang akan bergabung dengan Gerindra atau membuat poros baru. Poros baru bisa dibentuk dari komposisi tiga partai yang belum menentukan arah dukungan politik. Yaitu PKB, Demokrat dan PKS.
Dengan demikian, ketiga poros itu diantaranya poros pendukung Prabowo yang diisi oleh Gerindra dan PAN. Kemudian, poros pendukung Jokowi yang diisi PDIP, Golkar, NasDem, Hanura dan PPP. Serta poros PKB, PKS dan Demokrat.
"Nah hari ini belum ada yang terjawab. Tapi kalau PAN Insya Allah bisa membangun poros baru atau PAN dan Gerindra seperti saya biang tadi, sudah cukup," tuturnya.
Yandri menambahkan, ada sejumlah sosok alternatif di luar Jokowi dan Prabowo yang layak dipertimbangkan menjadi capres. Mereka adalah mantan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, Ketum PAN Zulkifli Hasan, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, hingga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
"Banyak sih, kan ada Pak Gatot, Anies, Muhaimin, Bang Zul, AHY. Tinggal formatnya gimana nanti," tambah Yandri.
(mdk/noe)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
PAN memiliki lambang matahari sementara PKB berlambang bumi.
Baca SelengkapnyaPartai Amanat Nasional (PAN) tidak ingin tiga kali hattrick kalah di Pilpres 2024. PAN akan menimbang calon presiden yang punya peluang menang besar.
Baca SelengkapnyaBila mendukung Prabowo atau Ganjar, PAN akan mengusulkan nama Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Cawapres.
Baca SelengkapnyaPartai Amanat Nasional (PAN) akan bekerja sama dan mengikuti langkah Partai Gerindra dalam agenda Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Baca SelengkapnyaZulhas menyebut pembicaraan dengan semua partai masih terus dilakukan. Semuanya menyesuaikan perkembangan, termasuk soal cawapres.
Baca SelengkapnyaKetua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengakui bahwa partainya tidak akan melabuhkan dukungan ke Anies Baswedan di Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaGerindra mencoba menguatkan dukungan bagi Prabowo. Mereka mencoba merayu PAN agar kembali merapatkan barisan. Bagaimana reaksi PAN?
Baca SelengkapnyaPDIP menegaskan tidak punya niatan untuk membubarkan koalisi lain.
Baca SelengkapnyaPPP menutup rapat-rapat peluang untuk membentuk poros alternatif.
Baca SelengkapnyaBelakangan santer manuver PPP menggaet PKS dan Demokrat. Sandiaga juga menilai merasa cocok berduet dengan AHY
Baca SelengkapnyaBerdasarkan jadwal, Pilgub Jakarta digelar pada November 2024 mendatang.
Baca SelengkapnyaGolkar dan PAN memberikan dukungan kepada Prabowo di Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jakarta Pusat.
Baca Selengkapnya