Wapres JK Ingatkan Pentingnya Keseimbangan dalam Pemerintahan
Merdeka.com - Jelang kabinet kerja jilid II Joko Widodo-Ma'ruf Amin beberapa partai yang tidak berkoalisi di Pilpres 2019 mulai merapat. mereka melakukan lobi-lobi untuk dapat masuk di jajaran menteri Kabinet Kerja jilid II.
Wakil Presiden Jusuf Kalla tidak mau menanggapi hal tersebut terlalu jauh. Tetapi, menurutnya, dalam satu pemerintahan tetap harus ada pihak yang mengkritik.
"Suatu pemerintahan efektif harus ada check and balance. Jadi bagaimana pun walaupun kecil tetap ada check and balance," kata JK di Kampus UIII, Depok, Jawa Barat, Selasa (15/10).
-
Siapa yang mengkritik Jokowi? Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat mengkritik kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
-
Kenapa Jokowi dikritik? Khususnya terhadap keluarga Jokowi yang ikut dalam kontestasi politik baik Pilpres maupun pilkada.
-
Kenapa Jokowi tidak ikut campur dalam kabinet? 'Presiden Jokowi fokus bekerja untuk menuntaskan agenda pemerintahan dan pembangunan sampai akhir masa jabaotan 20 Oktober 2024,' kata Ari kepada wartawan, Senin (25/3).
-
Bagaimana tanggapan Jokowi soal Kabinet Prabowo? Jokowi mengaku tak memberi masukan kepada Prabowo soal penambahan kementerian. 'Kabinet yang akan datang ditanyakan dong kepada presiden terpilih. Tanyakan kepada presiden terpilih. Tanyakan pada presiden terpilih,' kata Jokowi kepada wartawan di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi, Depok, Jawa Barat, Selasa (7/5).
-
Apa pendapat Jusuf Kalla tentang speaker masjid? 'Masjid harus syahdu, karena itu kalau pidato atau dakwah atau tabligh-nya sampai keluar itu malah warga tidak dengar juga. Hanya suaranya yang keras, tapi tidak dipahami,' imbuhnya.
-
Kenapa Gibran enggan menanggapi soal Jokowi sebagai pemimpin koalisi? Calon Wakil Presiden (Cawapres) Gibran Rakabuming Raka enggan menanggapi kabar Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi bakal pemimpin koalisi besar Prabowo-Gibran. Dia menilai usulan tersebut merupakan aspirasi dan pendapat dari sejumlah pihak.
Terkait sinyal bergabungnya partai ke koalisi Jokowi, JK menyinggung, masih ada PKS yang tetap menjadi oposisi. Namun dia menegaskan tidak bisa memberi komentar banyak karena tidak terlibat dalam pembahasan koalisi.
"Tunggu aja deh. Saya tidak ingin memberikan komentar banyak soal koalisi soalnya saya tidak dalam arus itu," tutupnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Majelis Syuro PKS Hidayat Nur Wahid menyarankan Presiden Joko Widodo tidak perlu menarik-narik partai kalah dalam Pemilu masuk koalisi. Hidayat menuturkan, jangan sampai partai-partai yang baru merapat mengganggu jatah kursi menteri partai yang sejak awal mengusung Jokowi.
"Jangan sampai nanti jatah rekan-rekan partai pengusung Jokowi jadi berkurang karena masuknya partai-partai yang tidak jadi pengusung Jokowi," kata Hidayat di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (14/10).
Hidayat menyarankan, Jokowi sebaiknya memberikan kursi maksimal kepada para partai pengusungnya. Daripada memberikan jatah kursi menteri kepada partai non koalisi.
"Lebih bagus Pak Jokowi memuaskan dan memberikan maksimal hak daripada partai pendukung yang tidak menang berada di luar kabinet dan itu konstitusional," kata dia.
Wakil Ketua MPR ini heran, Jokowi malah mengajak partai-partai yang kalah bergabung dalam periode kedua. Tidak seperti saat periode pertamanya.
Hidayat menilai lebih baik partai yang kalah tetap berada di lingkaran luar pemerintah. Seperti yang diputuskan sikap politik PKS menjadi oposisi Jokowi.
"Alangkah bagusnya sudahlah kita pakai peraturan yang bagus aja, demokrasi mengenal yang adanya di pemerintahan dan di luar pemerintahan," kata dia.
Presiden Joko Widodo mengundang Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono ke Istana. Spekulasi berkembang partai yang kalah dalam Pemilu itu diajak bergabung ke lingkaran Istana.
(mdk/fik)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Jusuf Kalla mengingatkan semua pejabat termasuk Presiden agar netral dalam politik
Baca SelengkapnyaJK menyatakan bahwa semua pejabat sampai kepala pemerintah, presiden turut diambil sumpahnya agar berlaku adil bagi masyarakat.
Baca SelengkapnyaMenurut Moeldoko, pandangan JK subjektif dan tidak melihat secara utuh.
Baca SelengkapnyaMoeldoko meminta masalah netralitas tak sekedar dilihat kacamata subjektivitas.
Baca SelengkapnyaNetralitas aparat dan pejabat negara dalam pemilu menjadi pembahasan JK saat bertemu capres nomor urut tiga Ganjar Pranowo.
Baca SelengkapnyaGanjar Pranowo mengingatkan perlu ada ruang check and balances dalam pemerintahan
Baca SelengkapnyaMenurut JK, jika pilar-pilar tersebut rusak, sistem pemerintahan tidak akan berjalan maksimal.
Baca SelengkapnyaKepala Staf Kepresidenan Moeldoko merespons tegas pernyataan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla yang mengkritik netralitas Presiden Jokowi di Pilpres 2
Baca SelengkapnyaHasto menduga terjadi fragmentasi atau perpecahan di jajaran menteri KIM.
Baca SelengkapnyaHarapannya tidak adanya perpecahan atau memecah belah bangsa.
Baca SelengkapnyaJK menilai seorang pemimpin harus tenang, baik, sopan dan tidak emosional
Baca SelengkapnyaJusuf Kalla menyinggung pemimpin suka marah-marah. Menurutnya, seorang pemimpin itu harus tenang, dan tidak emosional.
Baca Selengkapnya