Yusril lawan Ahok, siapa menang di Jakarta?
Merdeka.com - Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta bakal berlangsung setahun lagi. Di samping calon incumbent, Basuki Tjahaja Purnama, sejumlah nama telah mendeklarasikan diri untuk maju. Ada yang berasal dari partai, ada pula yang memilih jalur independent.
Ternyata, pesta demokrasi lima tahunan buat warga Jakarta itu turut menarik perhatian Ketua Umum DPP Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra. Kini, mantan Menteri Hukum dan HAM di era SBY tersebut menyatakan ingin berhadapan dengan Basuki.
Dalam beberapa survei, nama Basuki atau akrab disapa Ahok masih berada di posisi teratas dari sejumlah tokoh yang ikut meramaikan Pilgub DKI. Mantan Bupati Belitung Timur ini masih unggul jika dibandingkan dengan Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Ahmad Dhani, serta Yusril Ihza Mahendra.
-
Kenapa Ahok memegang Yosafat? Ahok lalu memegang Yosafat agar tidak ikut meniup lilin ulang tahun adiknya.
-
Siapa ayah Ahok? Diketahui, pria kecil ini merupakan anak dari Indra Tjahaja Purnama dan Buniarti Ningsing keturunan Tionghoa .
-
Siapa saja kandidat yang bertarung di Pilkada DKI 2017? Pada putaran pertama, ada tiga pasangan calon: Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat; Anies Baswedan - Sandiaga Uno; dan Agus Harimurti Yudhoyono - Sylviana Murni.
-
Siapa yang menang Pilkada DKI 2017? Hasil resmi dari Pilkada DKI Jakarta 2017 menunjukkan bahwa pasangan Anies Baswedan - Sandiaga Uno memenangkan pemilihan dengan perolehan suara 57,96%, mengalahkan pasangan petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) - Djarot Saiful Hidayat yang memperoleh 42,04%.
-
Bagaimana hubungan Ahok dan Puput? Walaupun usia mereka berbeda jauh, keluarga mereka kini hidup dalam keharmonisan. Mereka bahkan diberkahi dengan dua anak yang bernama Yosafat dan Sarah Eliana.
-
Bagaimana Ahok dan Puput menunjukkan keserasian mereka? Ahok menunjukkan keserasiannya dengan sang istri, Puput, serta kedua anak mereka, Yosafat dan Sarah.
Namun, Populi Center menyebutkan, dari segi elektabilitas, Yusril berpotensi menjadi kuda hitam. Kondisi itu bisa terjadi jika jika pilgub DKI berpotensi satu putaran.
Kira-kira siapa yang bakal menang kalau Yusril dan Ahok berhadapan?
Peneliti Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Arya Fernandes menyatakan, berdasarkan peta politik yang berlangsung beberapa tahun terakhir, Ahok masih belum terkalahkan. Kondisi ini terjadi karena belum ada peserta definitif untuk bisa melawan langsung dengan kakak kandung Basuri Tjahaja Purnama itu.
Apabila muncul lawan yang memiliki rekam jejak yang baik, kemudian memilih maju dengan mendeklarasikan diri, bukan tidak mungkin posisi Ahok bakal terancam. Sayangnya, sosok-sosok yang sudah menyatakan untuk berkompetisi di Pilgub belum benar-benar mendapatkan tanggapan positif dari rakyat,
"Data per Januari kemarin posisi Ahok memang masih teratas. Tetapi, posisi itu bisa naik atau stagnan. Yang pengaruhi naik atau turunnya Ahok ada beberapa hal, apakah sudah ada calon definitif atau tidak. Kalau ada itu bisa mempengaruhi naik atau turun suara Ahok," ujar Arya saat berbincang dengan merdeka.com, Rabu (24/2) malam.
Berdasarkan pengalaman dalam Pilgub-Pilgub lainnya, calon incumbent biasanya mendapatkan perhatian lebih dibandingkan lawan-lawannya. Setidaknya, terdapat 40 persen atau lebih pemilih bakal menjatuhkan pilihannya kepada sang petahana.
Alhasil, Yusril butuh kerja keras dan memiliki strategi mumpuni untuk bisa berhadapan langsung dengan Ahok. Jika berhasil, bukan tidak mungkin Yusril bisa merebut jumlah suara.
"Selama ini basis dukungan Ahok berdasarkan data masih tersebar merata, baik dari sisi wilayah, pendidikan, pekerjaan, agama dan etnis. Ahok hampir kuat di semua segmen itu," tambahnya.
Berbeda dengan Ahok, Yusril tidak memiliki kekuatan mumpuni di DKI, apalagi PBB tak mendudukkan wakilnya di DPRD. Kondisi itu tidak mudah bagi profesor di bidang tata negara tersebut, ditambah lagi beberapa partai besar sudah melakukan penjaringan tanpa mencantumkan namanya.
"Partai yang mengusungnya lemah, belum ada sinyal buat Yusril untuk diusung partai lain. Susah baginya untuk membentuk koalisi partai, apalagi sampai head to head dengan Ahok. Persepsi incumbent masih baik," pungkasnya.
(mdk/tyo)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Yusril Ihza Mahendra menyinggung kondisi pemilu 2004, ketika Megawati Soekarnoputri dikalahkan oleh Susilo Bambang Yudhoyono.
Baca SelengkapnyaYusril pun membandingkan pasangan calon lain yang juga didukung oleh tokoh-tokoh berpengaruh lain.
Baca SelengkapnyaAlasan Ahok mengundurkan diri dari jabatan Komisaris Utama PT Pertamina agar fokus kampanye mendukung Ganjar-Mahfud dalam Pilpres 2024.
Baca SelengkapnyaPilkada Jakarta bakal digelar November 2024. Tiga calon kuat digadang memiliki potensi menang jika maju sebagai cagub.
Baca SelengkapnyaYusril Ihza Mahendra selaku ketua tim hukum Prabowo-Gibran mencecar tajam saksi ahli.
Baca SelengkapnyaBanyaknya dukungan tidak menjadi jaminan menang dalam Pilgub Jateng kali ini.
Baca SelengkapnyaSurvei Indikator Politik Indonesia mencatat elektabilitas calon gubernur Jakarta.
Baca SelengkapnyaTngkat popularitas dari Ahmad Luthfi berada diurutan pertama dengan 74,8 persen. Sementara rivalnya Andika Perkasa yang 71,8 persen.
Baca SelengkapnyaTim Hukum Capres Prabowo, Yusril Ihza Mahendra membalas argumentasi yang disampaikan kubu Anies dalam sidang Sengketa Pemilu
Baca SelengkapnyaDirektur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi megatakan Pilkada Jabar kali ini tidak kompetitif.
Baca SelengkapnyaTim hukum kubu 03 menyinggung tim hukum 02, Yusril Ihza Mahendra terkait kecocokan menjadi cawapres
Baca SelengkapnyaPilkada DKI tahun 2017 berlangsung sangat menarik dan penuh dinamika. Apalagi pemilihan tersebut juga diwarnai dengan isu-isu seperti agama dan etnis.
Baca Selengkapnya