2 Alasan Mengapa Bakteri Difteri Perlu Sangat Diwaspadai
Merdeka.com - Beberapa waktu belakangan persebaran difteri terjadi dengan cukup masif di Kota Malang. Sebagai dampaknya, bahkan satu sekolah yaitu MIN 1 Kota Malang hingga diliburkan untuk mencegah penyebaran dari penyakit ini.
Difteri sendiri merupakan sebuah penyakit infeksi akut yang bisa sangat berbahaya terutama pada anak-anak. Penyakit ini bisa sangat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani.
Difteri biasanya terjadi pada tenggorokan, hidung, terkadang pada kulit dan telinga. Ketika tidak segera ditangani, penyakit ini bisa menyebabkan sejumlah komplikasi.
-
Mengapa difteri bisa berbahaya? Difteri adalah penyakit yang berbahaya dan bisa mengancam jiwa. Bakteri penyebab penyakit ini bisa merusak sel-sel di hidung dan tenggorokan, serta bisa menyebar ke organ lain, seperti jantung, ginjal, atau otak.
-
Mengapa difteri berbahaya? Beberapa komplikasi yang berpotensi muncul meliputi:MiokarditisNeuritisPenyumbatan saluran napasGagal ginjalKelumpuhan Dalam beberapa kasus, difteri bisa berakibat fatal. Secara keseluruhan, 5–10% orang yang berkontraksi infeksi akan mati.
-
Apa itu difteri? Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheria yang menyerang hidung, tenggorokan, atau kulit.
-
Siapa saja yang bisa terkena difteri? Meskipun difteri tidak terlalu berbahaya, namun penyakit ini termasuk penyakit menular sehingga bisa menginfeksi siapa saja yang berada di sekitar penderita atau lingkungan yang sedang mengalami banyak kasus difteri.
-
Apa penyebab penyakit difteri? Difteri adalah penyakit menular yang terjadi karena bakteri C. diphtheriae. Racun yang dihasilkan bakteri ini yang menyebabkan orang menjadi sangat sakit.
Difteri merupakan penyakit yang sangat menular dan bisa berakibat fatal, seperti disampaikan anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. DR. dr. Sri Rezeki Hadinegoro, SpA(K).
Sri menjelaskan ada dua hal yang membuat difteri bisa menyebabkan kematian pada anak, yakni:
Difteri Menyebabkan Tersumbatnya Jalan Napas
Kuman penyebab difteri selain ada di hidung juga di tenggorokan. Ditandai dengan kehadiran selaput putih di tenggorokan. Kondisi tersebut yang membuat seoerang anak jalan napasnya terganggu.
"Kalau sudah menutupi (jalan napas), kan oksigennya jadi kurang. Seseorang kalau oksigen kurang yang meninggal dong kalau tidak cepat-cepat ditolong," kata Sri saat dihubungi Health-Liputan6.com.
Itu sebabnya jika seorang anak terkena difteri harus segera mendapatkan pertolongan medis. Salah satu bentuk pertolongan adalah dengan membuat lubang di tenggorokan agar anak bisa bernapas.
"Selaput putih (akibat kuman penyebab difteri) itu enggak bisa hilang dengan pengobatan satu atau dua hari. Kami obati dulu mungkin selama lima hari lama-lama selaputnya hilang," katanya.
Kuman Difteri Mengeluarkan Racun
Kuman penyebab difteri yakni Corynebacterium diphtheriae itu mengeluarkan racun yang masuk ke dalam aliran darah.
Bila anak terserang difteri hingga dua minggu, racun tersebut bisa merusak aliran listrik yang membuat jantung bisa berdenyut. Hal ini membuat denyut jantung bisa berhenti.
"Mula-mula denyut jantungnya enggak karuan, lama-lama tidak berdenyut (meninggal)," jelas wanita yang juga Staf Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI ini.
Reporter: Benedikta DesideriaSumber: Bola.net
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Difteri adalah infeksi bakteri yang sangat menular yang terjadi karena varian Corynebacterium diphtheriae. Penyakit ini memengaruhi sistem pernapasan.
Baca SelengkapnyaDifteri pertama kali terdeteksi di Pamekasan pada tahun 2018 silam.
Baca SelengkapnyaCara mencegah penyakit difteri yang paling efektif dengan mendapatkan vaksinasi. Selain itu, menerapkan kebiasaan hidup bersih juga dapat mencegahnya.
Baca SelengkapnyaDifteri adalah infeksi bakteri yang serius dan menular. Penting untuk mengenali cirinya karena penyakit ini tergolong berbahaya.
Baca SelengkapnyaPenyakit difteri kembali ditemukan di Garut, Jawa Barat. Seorang warga Kecamatan Samarang dilaporkan meninggal dunia setelah mengalami gejala difteri.
Baca SelengkapnyaData itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng.
Baca SelengkapnyaSalah satu hal yang banyak dipercaya adalah bahwa ketika seseorang pernah terkena DBD, dia tidak akan mengalaminya lagi.
Baca SelengkapnyaPenyakit tipes telah menjadi ancaman kesehatan di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia.
Baca SelengkapnyaProf. Tjandra Yoga Aditama, mengingatkan agar kita waspada terhadap peningkatan kasus gondongan dan cacar air di kalangan siswa.
Baca SelengkapnyaTercatat, 41.000 kasus penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang menimpa balita di Ibu Kota
Baca SelengkapnyaPenyakit yang tampaknya tidak berbahaya sekalipun dapat menimbulkan konsekuensi yang parah jika tidak ditangani atau diabaikan.
Baca SelengkapnyaJika 1 provinsi saja ada 10 anak yang menderita hepatitis, maka 34 provinsi lain bisa mengalami hal serupa.
Baca Selengkapnya