Anak korban perceraian rentan sakit kepala dan susah tidur
Merdeka.com - Studi terbaru mengungkapkan bahwa anak korban perceraian lebih rentan terhadap masalah kesehatan, seperti sakit kepala, kesulitan tidur, ketegangan, pusing, dan kehilangan nafsu makan.
Para peneliti di Stockholm University mengatakan bahwa hidup dengan satu orang tua setelah perceraian bisa memperburuk kondisi anak. Dan hidup dengan hanya satu orangtua setelah pemisahan bisa lebih buruk untuk anak, temuan mereka terungkap.
Selama 20 tahun terakhir, perceraian menjadi hal yang biasa di negara-negara maju. Dalam studi ini, para peneliti menggunakan data dari survei kelas nasional, yang dilakukan pada hampir 150.000 remaja usia 12-15 tahun di Swedia.
-
Dampak apa yang dirasakan anak dari broken home? Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam mengatasi emosi, kehilangan rasa percaya diri, atau kesulitan dalam membangun hubungan yang sehat di masa depan.
-
Kapan anak paling sering terkena penyakit? Anak-anak sering berinteraksi dengan lingkungan sekitar yang mungkin terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit.
-
Siapa yang paling sering terkena kanker anak? Menurut data dari World Health Organization (WHO), secara global ada sekitar 400 ribu anak dan remaja yang terkena kanker setiap tahunnya. Di Indonesia sendiri, angka tersebut mencapai 11 ribu kasus setiap tahun.
-
Apa saja dampak trauma pada anak? Trauma dapat menyebabkan anak mengalami berbagai masalah, seperti kecemasan, depresi, gangguan tidur, dan kesulitan berkonsentrasi.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
-
Kenapa broken home bisa berdampak pada kesehatan mental anak? Mereka mungkin mengalami kesulitan dalam memahami dan mengatasi perasaan mereka tentang perceraian orang tua.Mereka juga mungkin mengalami rasa kehilangan, ketidakamanan, dan kebingungan tentang kedua orang tua mereka.
Dari hasil tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa anak yang menghabiskan waktu di rumah orang tua mereka yang telah bercerai secara bergantian, lebih mungkin mengalami stres.
(mdk/des)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Broken home adalah istilah untuk menggambarkan situasi di mana sebuah keluarga mengalami perpisahan dan perceraian antara pasangan suami dan istri.
Baca SelengkapnyaRumah adalah fondasi yang kokoh, tempat di mana anak belajar, tumbuh, dan menciptakan kenangan yang tak terlupakan. Namun, sayangnya, tidak semua seperti itu.
Baca SelengkapnyaKondisi stres yang dialami oleh anak dan remaja cenderung disebabkan oleh sejumlah hal yang perlu diektahui orangtua.
Baca SelengkapnyaAnak-anak korban perang menerima dampak psikologis yang memprihatinkan
Baca SelengkapnyaStres pada anak bukan hanya merupakan masalah kecil yang dapat diabaikan, tetapi merupakan tanda bahwa anak sedang menghadapi tekanan yang signifikan.
Baca SelengkapnyaKondisi broken home dapat memberikan dampak negatif pada anak.
Baca SelengkapnyaKDRT merupakan masalah yang masih terus terjadi hingga saat ini. Ketahui sejumlah dampak dan bahayanya.
Baca SelengkapnyaTerjadinya pertengkaran antara orangtua bisa sangat mempengaruhi kondisi mental anak.
Baca SelengkapnyaKorban KDRT sering bertahan karena anak, nilai sosial, ketergantungan finansial, trauma masa kecil, dan takut kehilangan cinta dari pasangan.
Baca SelengkapnyaDengan memahami penyebab stres dan cara mengatasinya, orang tua dan pendidik dapat membantu anak-anak mereka menghadapi tantangan dengan lebih baik.
Baca SelengkapnyaKetika anak menyaksikan orangtua melakukan KDRT terutama berulang, hal ini bisa timbulkan dampak psikologis pada mereka.
Baca Selengkapnya