Bahaya dari mendiagnosis diri sendiri
Merdeka.com - Stress dan depresi telah menjadi masalah yang sering dialami oleh orang pada zaman sekarang. Tuntutan pekerjaan, kebutuhan hidup yang semakin banyak, dan kemungkinan di masa depan yang menghantui menjadi contoh beberapa penyebabnya. Buruknya, banyak orang yang justru tidak membagi masalahnya tersebut dengan orang lai. Mereka menyimpannya sendiri dan mulai untuk men-judge diri mereka sendiri. Seperti "kenapa kok bisa jadi gini ya, apa mungkin aku itu... gini lah gitu lah". Atau seperti ini "Eh aku kok merasa aneh ya sama saudaraku? apa dia berkepribadian ganda ya?".
Nah, seberapa sering kamu mendengar kalimat-kalimat judgmental seperti di atas? Atau mungkin tanpa disadari pernah mengatakannya? Tahukah kamu ada bahaya yang mengancam kesehatan mental di balik kalimat kalimat yang terkesan remeh itu?
-
Kenapa pikiran negatif bisa merugikan kesehatan mental? Negatif thinking alias negative thinking adalah kecenderungan seseorang untuk menilai suatu hal dari sudut pandang keburukan (negatif). Pikiran negatif adalah jenis pikiran yang mengarah pada perasaan seperti kecemasan, kesedihan, kemarahan, dan putus asa.
-
Apa dampak kesehatan mental yang buruk terhadap tubuh? Gangguan kesehatan mental yang tidak diobati atau dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko penyakit fisik yang membahayakan diri seseorang seperti penyakit jantung, diabetes, obesitas, dan gangguan tidur atau insomnia.
-
Apa dampak dari hidup sendiri terhadap depresi? Hidup sendiri dapat meningkatkan risiko demensia hingga 50%, risiko penyakit jantung hingga 29%, dan risiko stroke hingga 32%. Sebaliknya, hubungan persahabatan yang erat terbukti dapat meningkatkan kesehatan mental dan kesejahteraan serta berpotensi memperpanjang usia.
-
Kenapa self esteem rendah berdampak buruk pada mental? Rendahnya self-esteem bisa menjadi masalah yang serius dan memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental seseorang.
-
Kenapa mengabaikan diri sendiri membuat hidup kita menurun? Mengabaikan kesehatan diri, kebiasaan buruk dalam pola makan dan olahraga, kurangnya kesadaran diri, kecanduan media, kebuntuan kreatif, dan penurunan intelektual adalah hasil dari mengabaikan diri sendiri. Ketika kita mengabaikan diri sendiri, semua aspek kehidupan kita akan menurun.
-
Kenapa self diagnose bisa berujung bahaya? Singkatnya, banyak orang saat ini melakukan self diagnose terhadap kondisi mental mereka sendiri. Hasilnya, ketika seseorang sedang sedih, dia menganggap bahwa sedang mengalami depresi.
Manusia memang dipenuhi oleh rasa keingintahuan. Sering kali ketika mendapatkan sebuah informasi, seseorang langsung menggeneralisir yang ia ketahui dengan fakta sekitar. Padahal informasi yang tersebar di luar sana, ada yang bersifat mentah, dan membutuhkan proses lebih lanjut untuk dapat diaplikasikan.
Kehadiran raksasa mesin pencari seperti Google, Yahoo dan Bing, yang hanya dengan sentuhan bisa membawa kita kepada informasi baru, sedikit banyak memperparah masalah ini. Banyak orang yang kemudian merasa takut terkena penyakit atau masalah serius pasca melakukan pencarian atas hal “aneh” yang dirasakan dalam dirinya.
Misal, seseorang belakangan ini sering merasa pusing. Kemudian ia menggunakan mesin pencari untuk menjawab rasa penasarannya. Dari hasil pencariannya ternyata membawanya pada gejala penyakit serius seperti kanker otak misalnya.
Orang itu kemudian langsung merasa takut dan sudah panik karena menyangka dirinya mengalami penyakit serius. Padahal belum tentu dia memang memiliki penyakit serius, tapi dia telah menciptakan kepanikan yang tidak perlu untuk dirinya sendiri. Perilaku inilah yang harusnya dihindari.
Sama dengan penyakit fisik, hal yang sama sering dilakukan pula untuk gangguan mental. Hal ini yang kemudian menyebabkan munculnya persepsi yang salah mengenai gangguan mental.
Misal, orang yang mood nya mudah berubah dikira berkepribadian ganda. Orang yang tidak mudah berada di keramaian dikira antisosial. Orang yang sering berbohong dikira psikopat. Dan masih banyak mispersepsi lainnya.
Hindari Mendiagnosis Diri Sendiri
depresi ©2018 liputan6.comMendiagnosis diri sendiri adalah memutuskan kita memiliki sebuah gangguan atau penyakit berdasarkan pengetahuan yang dimiliki diri sendiri. Perilaku ini adalah sesuatu yang cukup berbahaya.
Selain berdampak pada kepanikan yang tidak perlu, mendiagnosis diri sendiri tanpa pendapat ahli langsung juga berbahaya untuk tindakan lainnya. Misal, seseorang bisa saja mengonsumsi obat yang salah, seseorang bisa saja menyebarkan info yang salah ke orang lain sehingga menyebabkan kekacauan lainnya.
Jika memang merasa ada yang salah dengan diri lebih baik segera mengkonsultasikan dengan ahlinya. Misal, ketika merasa ada yang salah secara fisik, bisa langsung bertemu dengan dokter. Atau ketika merasa gelisah atau secara psikis ada masalah, bisa langsung bertemu dengan psikolog. Dengan demikian, kekhawatiran dalam diri bisa langsung jelas ditemukan jawabannya.
Terkadang bertemu langsung dengan ahlinya memang menimbulkan keraguan karena berbagai penyebab. Orang takut bertemu langsung dengan dokter ketika merasa tubuhnya tidak nyaman karena takut didiagnosis memiliki penyakit berbahaya.
Orang takut berkonsultasi dengan psikolog langsung karena takut akan stigma negatif orang sekitar. Padahal menyimpan kekhawatiran sendiri atau berusaha mencari tahu sendiri juga tidak menyelesaikan masalah.
Perlu diketahui, khusus untuk gangguan psikologis, seseorang baru bisa dinyatakan memiliki gangguan ketika pendapat itu didiagnosis oleh psikolog atau psikiater. Seberapa parah gangguan yang dimiliki, bagaimana penanganan yang harus diberikan, dan apa yang harus dilakukan hanya bisa ditetapkan oleh ahlinya.
Temui Ahlinya
depresi ©2018 liputan6.comApa yang kamu baca di internet mungkin membawamu pada keyakinan-keyakinan tertentu. Namun pahamilah, bahwa apa yang kamu yakini belum tentu sepenuhnya benar. Merasa mengalami satu atau dua gejala dari sebuah gangguan atau penyakit pun bukan berarti kamu memiliki penyakit atau gangguan itu. Memberanikan diri untuk datang menemui ahlinya tetap jalan terbaik.
Selain menghindari mendiagnosis diri sendiri, hindari pula memberi penilaian atas apa yang dialami orang lain. Jika menilai apa yang dirasakan diri sendiri saja kita bisa salah, apalagi menilai apa yang dirasakan orang lain.
Pengetahuan yang kita miliki memang berharga, namun ada baiknya, pengetahuan itu tidak senantiasa membuat kita puas dan merasa paling memahami orang lain. Bahkan seorang dokter ahli pun terus belajar sepanjang hidupnya, karena ilmu akan terus berkembang, karena pengetahuan tak pernah statis.
Membuat penilaian tentang diri sendiri atas ketidak nyamanan anda terhadap apa yang ada dan terjadi kepada anda memang sangat tidak dianjurkan. Karena selain akan menyiksa anda sendiri, hal semacam itu juga berbahaya bagi kesehatan jiwa anda.
Sumber: Liputan6.com (mdk/mg2)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Self diagnose yang dilakukan seseorang bisa menyebabkan kondisi mental tidak terdiagnosis dengan tepat dan malah semakin parah.
Baca SelengkapnyaSejumlah kesalahan dan perbuatan kita justru bisa membuat kebahagiaan terampas dari diri.
Baca SelengkapnyaHati-hati, terlalu banyak konsumsi konten self-development justru bisa membawa dampak negatif. Ketahui bahayanya agar tidak terjebak dalam siklus berlebihan!
Baca SelengkapnyaRendah diri adalah tantangan emosional yang dapat memengaruhi berbagai aspek kehidupan seseorang.
Baca SelengkapnyaMengenali tanda rendahnya self-esteem penting dilakukan agar kita dapat memberikan perhatian yang tepat kepada mereka yang mungkin sedang mengalaminya.
Baca SelengkapnyaSelf-injury atau kadang juga disebut sebagai self-harm, self-mutilation, cutting, atau barcoding, adalah tindakan menyakiti diri sendiri dengan sengaja.
Baca SelengkapnyaInsecure berlebihan sering kali menyebabkan seseorang meragukan diri sendiri secara terus-menerus.
Baca SelengkapnyaKepercayaan diri atau self-esteem yang tinggi penting untuk bisa menjalani kehidupan dengan baik.
Baca SelengkapnyaMelihat bunuh diri bisa sebabkan trauma pada diri seseorang, ini sejumlah cara mengatasinya.
Baca SelengkapnyaOverthinking dapat menyebabkan dampak pada kesehatan mental bahkan merembet hingga kesehatan fisik.
Baca Selengkapnya