Begini Cara Memberi Edukasi Seks yang Tepat Bagi Anak Sesuai Usia Mereka
Merdeka.com - Salah satu tantangan bagi orangtua adalah memberi edukasi seks dan kesehatan reproduksi yang sangat penting bagi anak di masa kini. Hal ini biasa menjadi tantangan bagi orangtua dan kerap menimbulkan kebingungan.
Edukasi seks dan kesehatan reproduksi yang tepat dari orangtua bisa sangat menentukan pemerolehan pengetahuan sang anak. Dengan pengetahuan yang tepat dari anak, maka mereka bisa lebih memahami perbedaan antara pria dan wanita secara tepat.
Ditemui di Jakarta beberapa waktu lalu, Inez Kristanti, psikolog klinis dari Angsa Merah, memberikan sedikit tips mengenai tahapan edukasi seks yang sesuai dengan usia anak.
-
Mengapa edukasi seksual dari orang tua penting untuk remaja? Dengan begitu, anak remaja tidak perlu mencari informasi dari sumber yang tidak terpercaya, yang dapat berpotensi membahayakan mereka.
-
Kenapa pendidikan seks penting untuk anak? Pendidikan seksual dapat membantu anak-anak menghindari risiko-risiko masalah kejahatan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, dan penularan penyakit menular seksual (PMS),
-
Apa manfaat pendidikan seks untuk anak? Dengan memberikan pendidikan seksual yang akurat, anak akan memiliki pemahaman yang benar tentang tubuh dan seksualitas.
-
Bagaimana mengajarkan pendidikan seks pada anak? Mengenalkan informasi seksual secara bertahap sesuai dengan tingkat usia anak sangat penting.
-
Bagaimana cara menjelaskan seks ke anak? 'Saat menjelaskan, gunakan bahasa yang sederhana dan sesuai dengan usia anak. Misalnya, saat anak masih balita, bisa dimulai dengan mengenalkan fungsi tubuh dan menjelaskan bahwa ada bagian-bagian tubuh yang bersifat privat,' kata Kasandra, dikutip dari Antara.
1. Usia 1 hingga 2 Tahun
Inez mengatakan, di usia satu sampai dua tahun, anak sudah mulai mengerti tentang bahasa dan kata-kata. Di tahap ini, edukasi seks bisa dimulai dengan mengajarkan tentang organ tubuh, termasuk organ seksual.
"Kita juga perlu mengajarkan itu dengan nama sebenarnya. Biasanya kita pakai kata 'burung' atau bahasa daerah, terkadang disamarkan. Nah itu seharusnya sudah diberikan bahasa yang sebenarnya, ini penis, ini vagina," kata Inez.
"Dari situ kita mulai menormalisasi pembicaraan seksualitas dengan anak," sambungnya.
2. Usia 3 sampai 5 Tahun
Kemudian, di usia sekitar tiga sampai lima tahun, orangtua juga harus mulai sadar dan waspada tentang banyaknya pelecehan seksual yang kerap terjadi. Maka dari itu, mereka harus diajarkan tentang bagian-bagian tubuh yang bersifat personal.
(Misalnya) ini lho bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain," kata Inez menambahkan. Selain itu, jelaskan juga fungsi-fungsinya.
3. Usia Lima hingga 8 Tahun
Lalu, di usia lima hingga delapan tahun, anak sudah mulai bersosialisasi dengan teman sebayanya serta mengenal tentang jenis kelamin. Di situ, mereka sudah bisa diberikan edukasi seputar gender.
"Kemudian juga terkait citra tubuh, terkait bagaimana mencintai diri kita sendiri, menghargai diri kita sendiri," terang Inez.
4. Usia 8 sampai 12 Tahun
Hingga 12 tahun, anak sudah memasuki menjelang pubertas. Di sini, orangtua harus mengajarkan tentang kondisi itu serta perubahan yang akan terjadi.
"Memang pembicaraan terkait ini akan lebih baik jika diberikan oleh orangtua yang jenis kelaminnya sama dengan anak. Ibu memberikan edukasi pada anak perempuan, ayah memberikan edukasi pada anak laki-laki," Inez merekomendasikan.
"Tapi bukan berarti menutup kemungkinan yang lain juga terlibat. Tapi juga tetap yang memberikan pesan yang sesuai jenis kelaminnya, tapi sebaiknya yang ideal, ayah dan ibu terlibat."
Di usia tersebut, mereka juga mulai aktif secara seksual. Orangtua harus bisa membicarakan tentang hal-hal tersebut. Beberapa di antaranya seperti gairah seks serta munculnya ketertarikan dengan lawan jenis.
5. Memasuki Usia Remaja
Di usia lebih lanjut, anak sudah memasuki usia remaja. Sehingga, orangtua harus mulai menjadi teman untuk bicara soal seks pada mereka.
"Jadi kalau sebelumnya lebih ke memberikan informasi tapi tetap berkomunikasi, informasi dua arah, di usia remaja peran paling krusial adalah menjadi teman," kata Inez.
Di sini, ketika anak bicara tentang seks, orangtua tidak boleh memberikan penghakiman padanya. Inilah yang harus dihindari.
"Jadi kita menjadi teman yang bisa berdiskusi dua arah," tandasnya.
Reporter: Giovani Dio PrasastiSumber: Liputan6.com
(mdk/RWP)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Anak perlu diajarkan terkait sex education sejak dini untuk mengetahui batas tentang dirinya yang boleh dan tidak boleh disentuh orang
Baca SelengkapnyaEdukasi seksual merupakan hal yang penting untuk diberikan oleh orangtua pada anak remaja mereka.
Baca SelengkapnyaPendidikan seks pada anak penting dilakukan oleh orang tua dengan tepat sesuai tahapan usia mereka.
Baca SelengkapnyaPendidikan seks terhadap perlu disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh anak
Baca SelengkapnyaPengajaran pendidikan seksual pada anak memerlukan pemahaman yang tepat dan menyeluruh dari orangtua.
Baca SelengkapnyaContoh dan ajaran dari orangtua menjadi hal penting untuk cegah pelecehan seksual pada anak.
Baca SelengkapnyaBerikan pemahaman pada anak pentingnya menjaga tubuh mereka agar terhindar dari pelecehan seksual
Baca SelengkapnyaOrang tua bisa mencoba untuk memahami minat dan hobi anak, seperti bermain game atau mengikuti grup musik tertentu.
Baca SelengkapnyaMembesarkan anak laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan yang perlu diketahui orangtua.
Baca SelengkapnyaPendidikan seksual harus diterapkan sebagai langkah awal untuk memberikan pemahaman dasar pada anak
Baca SelengkapnyaDalam mencegah terjadinya kekerasan seksual pada anak, orangtua memiliki peran yang penting.
Baca SelengkapnyaDr. Boyke Dian Nugraha menyampaikan beberapa tips agar anak terhindar dari penyimpangan seksual atau LGBT
Baca Selengkapnya